30. Caman dan Camer

615 15 0
                                    

Jam pulang sekolah rasa-rasanya menjadi sesuatu yang paling membahagiakan bagi para siswa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jam pulang sekolah rasa-rasanya menjadi sesuatu yang paling membahagiakan bagi para siswa. Tak terkecuali Jeva Cs dan anak Valasta.

Mereka semua sedang bersama-sama menuju gerbang utama SMA Chatra. Sampai sebuah mobil sedan mewah berwarna hitam berhenti di pekarangan sekolah yang luas itu.

Avigar yang tak asing dengan mobil itu buru-buru datang menghampiri kala pintu mobil penumpang mulai terbuka. Seorang wanita cantik nan anggun turun dari sana. Pemandangan yang turut disaksikan Jeva dan seluruh siswa.

"Siapa, tu, Va?" bisik Fiana.

"Camer," jawabnya singkat. Atau mungkin mantan camer lebih tepatnya? Mengingat hingga kini hubungannya dengan putra Ivanna Karmelia itu tak kunjung membaik.

"Mami ngapain jemput aku, sih? Aku kan bawa motor," tembak Avigar kala berhadapan dengan sang mami.

Pukulan ringan dari kipas bulu yang dibawa, didaratkan pada kepala Avigar. "Heh! GR banget kamu! Siapa juga yang mau jemput kamu. Males bangetz."

"Lah terus?"

"Mami mau jemput anak mami yang lain."

Avigar mengerut. "Hah? Siapa?"

Ivanna tak menggubris ucapan sang putra. Sibuk mencari sosok raga yang hendak ia bawa pulang ke rumahnya. Tak perlu waktu lama, netranya berhasil menemukan gadis yang ia cari, yang juga tengah tersenyum ramah ke arahnya.

Tangan kanannya sedikit terulur ke udara, mengisyaratkan agar Jeva mendekat.

"Halo, Tante," sapa Jeva setelah berdiri tepat di hadapan Ivanna dan Avigar.

"Jevaaa, Tante kangen banget ih sama kamu," ujar Ivanna seraya memeluk cupika cupiki kekasih putranya itu.

"Hehe, Jeva juga kangen," balas Jeva mengurai pelukannya.

Adhara dan Fiana yang merasa canggung pun tersenyum seraya menundukkan kepala sekilas sebagai sapaan terhadap ibu dari cowok yang mereka benci tersebut. Ya walaupun keduanya terkesan memusuhi Avigar, namun, sopan santun terhadap orang tua tetap nomor satu. Dan untungnya Ivanna membalas dengan senyum merekah penuh keramahan.

"Kalo Jeva juga kangen sama Tante, Jeva ikut Tante ke rumah, ya? Jeva gak ada acara, kan?"

Gadis itu menggaruk alisnya, antara tak enak hati dan kebingungan. "Jeva udah janji mau jalan sama Adhara sama Fiana, sih, Tante," jelasnya menunjuk kedua temannya yang berada di samping kanan kiri menggunakan ibu jari.

Sementara itu, Avigar terkejut mendengar permintaan ibunya. Pasalnya, ia tak menceritakan bahwa hubungannya dengan Jeva sedang renggang. Meski begitu, dirinya tetap senang luar biasa. Mungkin dengan Jeva datang ke rumahnya, akan membuka jalan perdamaian mereka.

Kedua insan yang masih terikat hubungan itu juga tak menyangka, bahwa kerinduan Mami Ivanna sampai membuatnya datang ke sekolah dan meminta Jeva untuk singgah ke istanannya.

Ivanna nampak kecewa. "Yahh, padahal Tante sengaja jemput kamu, loh, biar bisa main ke rumah."

"Aduh, gimana, ya, Tan-"

"Udah, Va. Gapapa, lo ikut Mamanya Avigar aja, soal jalan mah bisa kapan-kapan kita." Dhara memberi usul.

"Beneran gapapa, nih?" tanya Jeva tak enak hati.

"Iya gapapa, Va. Santai," kata Fiana menenangkan.

Jujur, Adhara dan Fiana memang sangat mendukung perpisahan Jeva dan Avigar, dan mungkin kedatangan Jeva ke rumah Avigar kali ini akan membuat keduanya batal putus, tapi mereka juga tak enak hati pada ibu Avigar yang sampai rela datang menjemput Jeva. Mungkin mengalah tidak masalah.

"Nah, tuh, temen-temennya udah pada ngijinin. Jadi gimana, mau ya, main ke rumah Tante?"

"Iya deh, Tante, Jeva ikut."

Ivanna tersenyum cerah. "Makasih, ya, nak Adhara, nak Fiana. Maaf, Tante pinjem Jeva-nya dulu."

"Iya, Tante, gapapa. Kalo gitu, saya sama Fiana pamit pulang dulu," ucap Dhara kemudian menyalami Ivanna diikuti Fiana.

"Hati-hati, ya."

"Iya, Tante." Fiana menjawab. "Gue sama Dhara, duluan ya, Va."

"Yow, tiati kalian."

"Ini anak satu ngapain mesam-mesem sendiri? Mau pulang gak kamu?" tanya Ivanna pada Avigar.

"I-iya pulang. Tapi, aku anterin Vilona dulu, Mi," jawabnya menoleh pada Vilona yang entah sejak kapan berada di belakangnya, tersenyum seraya menunduk sekilas pada Ivanna yang membalas senyum samar. Bukan tanpa alasan, itu karna Ivanna tahu, ayah Vilona sangat tidak suka dengan putra semata wayangnya yang entah apa alasannya. Selain itu, ia turut menyadari bahwa kedekatannya dengan Vilona pasti menyakiti Jeva.

Jeva yang mendengar, hanya bisa melipat bibir dengan perasaan campur aduk. Ia tak berbohong kala berkata juga merindukan wanita yang telah melahirkan lelaki yang masih ia sayangi sampai detik ini itu. Alasannya ingin berkunjung ke rumah Avigar benar-benar karena itu, bukan karena ingin caper pada Avigar. Tapi di sisi lain, walau sudah teramat sering, saat mendengar apa yang dikatakan Avigar tadi, masih saja membuat Jeva merasakan sakit.

Dibenak yang menjerit rintih, tanpa diketahui ketiganya, hati Vilona turut merasakan pedih. Melihat interaksi antara anak dan ibu, yang begitu hangat, tak seperti dirinya dan ibunya. Pun interaksi antara ibu dan kekasih putranya, yang mungkin tidak akan pernah ia rasakan. Mengapa dunia seperti berjalan tidak adil. Semua bahagia, hanya ia yang tersiksa, namun tetap harus mengukir senyum indah penuh luka.

"Yaudah, sana. Mami sama Jeva duluan."

"Ayo, sayang." Ivanna menuntun caman-nya untuk masuk ke dalam mobil.

"Pak, hati-hati ya nyetirnya. Ada dua perempuan kesayangan saya, nih," ujar Avigar pada supir.

"Siap, Mas Avigar!"

"Heleh, gombal!" hadrik Ivanna.

Cowok itu terkekeh, lalu menutupkan pintu mobil.

"Yok, gue anterin lo balik."

Vilona tersenyum. "Sorry, ya, ngerepotin lo terus."

"Dih? Lagian gak gratis, lo harus bayar," gurau Avigar lalu mendorong bahu Vilona dari belakang seperti kereta menuju motornya.

Avigar tahu, Vilona pasti merasa tidak nyaman ataupun iri dengan situasi tadi, terbukti dirinya yang hanya diam dan terus menunduk. Jadi, Avigar berupaya untuk menghiburnya sedikit.

"Haha siap!"

̶A ̶V ̶I ̶G ̶A ̶R

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

̶A ̶V ̶I ̶G ̶A ̶R

Makasi udaa bacaa

Karna ga cukup, kita lanjut part dua kalo banyak yang vote xixi

AVIGAR || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang