42. Gagal untuk Bertahan

759 21 2
                                    

Arena balap yang belakangan ia tinggalkan, malam ini kembali dijajaki Avigar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Arena balap yang belakangan ia tinggalkan, malam ini kembali dijajaki Avigar. Cowok itu butuh pelarian untuk mengusir bayang-bayang Jeva yang terus berputar di kepala.

Jika diingat kembali, Jeva memang membawa perubahan besar ke arah positif bagi dirinya. Jeva yang tidak suka asap rokok, membuat Avigar mau tak mau harus menahan diri untuk tidak menyentuh benda itu di hadapan Jeva, meski gadis itu tak pernah melarang. Dari sana, kebiasaan merokok Avigar berkurang drastis. Walau sesekali, Avigar masih menggunakan benda bernikotin itu jika pikirannya tengah riuh dan sesak.

Jeva yang suka sleepcall, mengharuskan Avigar untuk menelponnya tiap malam dan membuat cowok itu perlahan jauh dari dunia balap.

Jeva yang selalu menasehati dengan lembut bahwa selalu ada cara untuk menyelesaikan masalah secara baik-baik tanpa kekerasan, membuat otak Avigar terdistraksi. Meski cowok itu selalu membantah, namun tanpa disadari, sebenarnya Avigar melakukan apa yang Jeva katakan.

Sial.

Mengingat pengaruh baik Jeva dalam hidupnya, membuat rasa rindu itu kian meradang.

"Mau ke mana lo?" tanya Mervin yang melihat Avigar bersiap meninggalkan arena. Padahal, belum lama cowok itu sampai.

"Cabut."

"Gak balapan, Av?" tanya Gaga.

"Males."

Tak ingin membuang waktu lama, Avigar tancap gas meninggalkan arena. Mengikuti ke mana motor hitamnya akan berhenti.

Sementara beberapa kilo jarak di tempat lain, gadis yang membuat Avigar pening kepala itu tengah asik melamun.

Jeva tak jauh berbeda dengan Avigar, kepalanya pusing dihantam sesuatu tak kasat mata. Banyak sekali hal-hal yang mengalihkan perhatiannya.

Mulai dari cita-cita, rasa rindu pada raga bernama Avigar Mahesta dan gosip yang makin santer terdengar di sekolah. Absennya sang topik utama selama seminggu, terkesan membenarkan spekulasi yang ada di SMA Chatra.

Apalagi jika bukan gosip tentang Vilona yang berbadan dua. Masih dengan kemungkinan terbesar bahwa si pelaku yang membuat Vilona hamil adalah Avigar. Meski cowok itu tetap berangkat sekolah seperti biasa dan terkesan tak peduli dengan gosip yang bersliweran di telinga.

Setidaknya, sikap Avigar yang begitu, membuat hati Jeva sedikit lega. Ia tahu betul, Avigar tidak akan menggubris hal-hal yang tidak penting dan tidak benar adanya. Yang mana berarti, jika Vilona hamil, bukan Avigar pelakunya. Itulah yang diyakini Jeva.

Jeva mengembuskan napas kasar, lalu melangkah keluar kamar, berniat mencari angin segar. Mungkin, berkeliling sebentar akan menjernihkan pikiran.

"Kok gue bisa sampe sini, sih?" monolognya saat menyadari sudah berjalan terlalu jauh.

Gadis itu berputar arah. Niatnya mencari angin malah membawanya ke tempat yang sepi dan jauh dari keramaian.

"Sendiri aja, Ndng?" ujar lelaki botak gendut yang entah datang dari mana menghadang jalannya. Seingat Jeva, tidak ada siapapun di tempat ini tadi.

AVIGAR || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang