28. Beban

671 21 4
                                    

Lebih baik kita bertengkar hebat lalu kembali bersama, daripada saling diam tapi akhirnya berpisah.

Avigar

—Avigar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Srak!

"E-eh!"

Tarikan tiba-tiba membuat Jeva yang tak siap, sedikit terhuyung. Untung ia memiliki kesigapan hingga tak hilang keseimbangan.

Mengibas rambut yang menutupi penglihatannya, Jeva mengeram. Orang tidak sopan mana yang sudah menariknya tak berperikesopanan ini.

"Gila lo—" suara Jeva mengecil. Bukan karna takut, itu karna seseorang yang di hadapannya ini, yang menariknya saat keluar dari bilik toilet ini, membuat kekesalan Jeva bertambah dua kali.

Jeva membuang napas kasar, bibirnya menipis. "Ngapain lo narik-narik gue?!"

"Sorry, sorry kalo kekencengan, gue ga sengaja," sesal Vilona yang seperti biasa memakai cardigan rajut untuk menutupi bekas luka sayatnya yang belum memudar.

"Ck!" Jeva kembali ingin meninggalkan tempat, untuk apa berlama-lama melihat wajah orang yang sangat tidak kita suka dan ingin kita hindari, pikirnya. Namun dengan cepat, Vilona menahan tangan Jeva.

Dengan mudah Jeva menghempas tautan tangan mereka. "Lo sama sahabat lo itu, bisa gak sih gak ganggu gue?!"

"Avigar masih pacar lo, Va."

"Bodo amat!" Jeva hampir melupakan fakta bahwa ia masih berstatus pacar Avigar. Dirinya belum resmi putus dari Avigar Mahesta. Satu kata itu masih sangat sulit terucap dari lisannya.

Vilona menghela napas sejenak. Ia harus bersabar menghadapi kekasih sahabatnya ini. "Oke, sorry. Gue cuma mau ngomong sama lo."

"Gue gak punya waktu buat ngomong sama orang yang sering bikin gue sakit hati."

"Gue gak bakal minta banyak waktu lo."

Jeva merotasi mata. "Dua menit."

Bibir sedikit pucat itu tersenyum cerah, setidaknya Jeva memberinya kesempatan untuk berbicara.

"Va, please baikan sama Avigar, ya? Jangan hukum dia karna kesalahan gue."

Jeva terkekeh sejenak, namun tetap membiarkan Vilona menuntaskan tujuan ucapannya. Ironi sekali pikirnya, gadis si penyebab masalah dalam hubungannya ini malah berkata demikian seolah ingin menyatukan hubungannya yang sedang berantakan.

"Itu salah gue karna nyuruh Avigar nemenin gue kemaren. Sorry, udah ngerusak rencana nge-date kalian. Gue gak tau."

Jeva melirih sinis, "Hhh. As always."

"Tolong, ya, Va? Jangan kasih silent treatmen ke Avigar kek gini. Kasian dia, Va."

Sejak perdebatan terakhir Jeva dan Avigar di gerbang sekolah empat hari lalu, Jeva benar-benar menutup akses Avigar untuk dapat berbicara padanya. Entah secara langsung maupun elektronik. Benteng yang semula dibangun saat pertama kali mereka break, makin tinggi dan kokoh dibuat Jeva.

AVIGAR || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang