16. Mess Up

710 23 0
                                    

Pria 36 tahun itu harus menggeram kesal kala supir yang diutusnya melapor bahwa sang putri telah pulang bersama teman lelakinya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Pria 36 tahun itu harus menggeram kesal kala supir yang diutusnya melapor bahwa sang putri telah pulang bersama teman lelakinya.

Hingga tak lama suara knalpot yang menggelegar sayup-sayup terdengar.

Berhenti didepan rumah dinas yang begitu besar dan mewah, kedua remaja berseragam putih abu itu turun dari kuda besi milik ketua Valasta.

"Sekali lagi gue minta maaf atas nama Jeva. Gak seharusnya dia ngomong kaya gitu," ujar Avigar dengan penuh sesal.

"Gapapa, Av. Lagian yang dibilang Jeva gak sepenuhnya salah. Toh, emang gue udah gak punya harga diri. Semua yang gue punya udah dirampas." Vilona tersenyum miris.

"Lo salah. Justru lo itu sangat berharga." Avigar berkata dengan penuh ketulusan. Membuai Vilona dengan penuh rasa haru.

"Apa gue juga berharga dimata lo, Av?"

"Sebagai seorang sahabat dan cewe terkuat yang pernah ada, lo berharga banget, Vi."

Lagi-lagi hanya sekedar sahabat. Pantaskah Vilona berharap lebih? Dirinya yang sudah kotor ini, apa pantas memperjuangkan cinta seorang Avigar Mahesta yang hatinya sudah terkunci pada Jeva Kalea?

"Vilona!" itu ayah Vilona yang memanggil lantas menarik putrinya menjauh dari raga Avigar.

"Sudah berapa kali saya bilang, jangan dekat-dekat dengan putri saya!"

Avigar tersenyum sinis. "Kalau memang begitu, perlakukan dia seperti seorang putri, bukan sebaliknya, Tuan Fandy Sanjaya yang terhormat."

"Bocah lancang!" satu tamparan menyapa rahang tegas Avigar.

Vilona melepas rangkulan Fandy. "Lo gapapa, Av?" tanya gadis itu khawatir.

Avigar mengangguk. "Lo gapapa gue tinggal sendiri, atau perlu gue temenin?"

Sejujurnya Vilona takut ditinggal bersama Fandy namun ia memilih tersenyum menenangkan. Enggan merepotkan Avigar ataupun membuat lelaki itu harus kembali menerima tamparan dari tangan kasar sang ayah. "Gapapa. Gue berani. Ada ART juga."

"Good. Kalo ada apa-apa, langsung telpon gue, ya?"

Vilona mengangguk menurut. Sementara Fandy yang melihat interaksi kedua remaja tersebut menatap dengan kesal.

Setelah punggung Avigar menghilang dikelokan sana, gadis bersurai panjang itu meninggalkan sang ayah cuek.

Menarik pergelangan Vilona, Fandy berujar, "Sudah berapa kali saya bilang, menjauh dari bocah itu!"

Vilona memandang ayahnya dengan kilat kebencian yang begitu ketara. "Yang anda sebut bocah itu adalah sahabat saya, laki-laki yang selalu melindungi saya. Tidak seperti anda, Bapak Fandy Sanjaya."

"Just Fandy."

"Ada apa ini?" tanya Viola diambang pintu, menarik sebuah koper besar.

Melihat kesempatan, Vilona menarik tanganya dari cengkraman Fandy.

AVIGAR || ENDWhere stories live. Discover now