27. Hanya Mimpi

747 21 1
                                    

"Engga, Va! Gue gak mau putus!"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Engga, Va! Gue gak mau putus!"

"Jeva!"

"Jangan tinggalin gue!"

"Jevaa."

"AVIGAR!"

Lelaki yang tertidur dengan meletakkan kepala dikasur pesakitan itu terperanjat kaget. Napasnya terengah. Setelah cukup lama mengigau, akhirnya cowok itu terbangun. Ia tatap sekeliling. Ruang rawat VIP bernuansa coklat muda dan putih yang tertangkap netra.

Demi Tuhan, Avigar lega, ternyata kejadian dimana Jeva memutuskannya hanyalah mimpi. Ia masih mencoba mengatur napas dengan baik.

"Av, tangan gue." Vilona menyadarkan Avigar yang sedari tadi mencengkram tanganya kuat. Menimbulkan rasa sakit yang membekas.

Arah pandang Avigar jatuh kepada kedua tangannya. "Eh? Sorry, sorry. Gak sengaja," ucapnya tak enak hati.

"Gak apa-apa," balas Vilona mengusap tangan kanannya sekilas. Nasib baik semalam tangannya sudah terbebas dari infus.

"Sakit, ya?"

"Dikit, hehe."

"Aduh, sorry ya, Vi. Gue gak sadar, sumpah."

"Iya, gak papa, Av. Serius." Vilona mencoba menenangkan bahwa ia baik-baik saja. "Mimpi buruk?"

Avigar mengangguk.

"Jeva?"

"Kok lo tau?!"

"Tadi lo nyebut-nyebut nama Jeva terus."

"Iya?!" tanya Avigar tak percaya.

Anggukan Vilona berikan sebagai pembenaran. "Ada apa? Berantem lagi?"

"Dikit."

"Kenapa?"

"Gue batalin janji buat jalan sama dia semalem."

"Gara-gara gue minta lo temenin gue, ya? Sorry. Gue cuma jadi beban lo. Gue ngrepotin terus." Gadis yang tak lagi pucat itu tertawa sumbang.

"Engga, Vi. Gue gak ngerasa direpotin. Jeva pasti juga ngerti kok." Avigar membual. Mana ada Jeva mengerti. Buktinya semalam berakhir dengan pertengkaran. Lebih dari itu, hubungannya benar-benar diambang kehancuran. Mengingat bagaimana Jeva melempar kalung pemberiannya.

Dan Vilona tentu paham betul bagaimana tidak sukanya Jeva pada dirinya. Mana mungkin Jeva akan mengijinkan pacarnya pergi demi perempuan yang tak ia suka. Semua ucapan Avigar hanyalah kalimat penenang yang Vilona tahu hanya sebuah kebohongan.

"Maaf," hanya itu kata yang terucap.

"Gak papa," tangan Avigar beralih mengusap pelipis Vilona. "Hari ini lo pulang, kan? Gue yang anter."

Semalam, Avigar benar-benar datang menemui Vilona setelah meninggalkan Jeva dengan rasa kecewa di dada. Dan benar adanya bahwa Fandy berada di sana. Hanya berdua dengan Vilona.

AVIGAR || ENDWhere stories live. Discover now