3. Putus atau Terus?

1.1K 39 4
                                    

"Lepas," ujar Jeva saat pergelangan tanganya dicekal seseorang

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Lepas," ujar Jeva saat pergelangan tanganya dicekal seseorang. Tanpa menoleh pun ia sudah tau siapa pelakunya.

Avigar sengaja mengorupsi beberapa menit terakhir pelajaran kelasnya untuk menghadang Jeva didepan pintu IPA 1 tersebut.

"Gue kemarin ngirim Uus buat jemput lo, kenapa pulang sama Agas?"

"Lo kesini cuma mau nanya itu doang? Gak guna." Jeva menarik tanganya dari genggaman Avigar.

Kini dapat terlihat jelas wajah Jeva yang sedikit pucat dan hidung yang kemerahan. Mungkin efek kehujanan semalam. Silahkan katai Avigar dengan kata kasar yang ada, cowo brengsek mana yang membiarkan pacarnya menunggu lama hingga kehujanan dan malah asik merayakan ulang tahun bersama sahabat perempuanya.

"Gue minta maaf, ya? Keadaanya mendesak, Va."

"Percuma lo minta maaf, kalo lo bakal ngulangin dan gak pernah berubah. Jadi, gue gak butuh maaf lo."

"Ikut gue," tanpa ijin Avigar menarik tangan Jeva, membawanya ke taman sekolah.

"Kalo mau ngomong, cepet. Gue laper," ujar Jeva cuek menghadap ke depan. Enggan melihat wajah tampan Avigar.

"Gue minta maaf. Sumpah gue gak maksud buat bikin semuanya kaya gini."

"Terus?"

Avigar kalut. Bukanya tak mau, ia hanya tak bisa memberikan penjelasan yang selama ini Jeva minta. Karna hal ini berhubungan dengan sesuatu yang amat penting dan rahasia.

"Vilona bener-bener butuh gue, Va. Gue gak bisa ninggalin dia semalem."

"Gue gak peduli ya, Av, sama omongan-omongan lo yang kaya gini. Gue bosen dengernya. Gue cuma minta ketegasan lo. Minimal kasih gue penjelasan yang logis, deh."

Avigar hanya terdiam mendengarkan.

"Kalo lo emang sayang sama Vilona, gapapa. Gue lepasin lo. Jangan seret gue ditengah-tengah kalian. Karna disini kesanya gue yang orang ketiga dan rasanya gak enak sama sekali, Av."

Mata yang biasa menatap tajam itu terlihat melemah dan terluka. Sangat sakit rasanya melihat gadis yang begitu ia sayangi berada diposisi seperti ini. Dan lebih sakit lagi saat menyadari dirinya lah yang menyebabkan Jeva berpikir demikian.

"Gak enak jadi yang pertama tapi selalu dinomer dua-in. Gak enak selalu ngalah sama orang yang udah bareng sama lo sejak kalian kecil." Jeva yang jarang menangis dihadapan Avigar, kini harus terlihat lemah dihadapan lelaki itu. Ia terlalu lelah untuk sekedar memasang topeng gadis tangguh dan kuat.

Sungguh lebih baik Jeva memarahinya, mengeluarkan kata-kata kasar atau apapun daripada harus melihat gadis itu menitikan air mata karenanya.

Jeva mengambil pasokan udara sebanyak yang ia bisa. Dadanya terasa dihantam begitu keras. "Sebelum terlalu jauh, mending kita berenti sampe sini biar gak ada lagi yang harus terluka. Gue, elo dan Vilona akan bahagia dengan cara masing-masing."

AVIGAR || ENDWhere stories live. Discover now