14. Faya, Jeva dan Lukanya

688 20 11
                                    

Mama, Papa
Senyumku adalah luka, tangisku yang nyata. Aku lelah, hidupku begitu bermasalah.

 Aku lelah, hidupku begitu bermasalah

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Av, entar temenin, yuk?"

"Kemana?"

"Rumah sakit. Faya di rawat lagi. Papa sibuk, mama dari kemaren udah jaga, gue takut mama kecapekan jadi gue nawarin diri buat gantian jaga."

"Kumat lagi?"

"Engga sih, cuma agak shock kena tamparan papa kemarin, ini juga udah waktunya check up, kata dokter sekalian dirawat inap aja."

"Maaf, ya? Semua gara-gara, gue."

"Bukan salah lo, Av, ck!"

"Kalo gue gak ke rumah lo, semua gak bakal kaya gini. Faya gak perlu kena tamparan bokap lo juga."

"Lo kalo ngomong gitu sekali lagi, gue marah, ni!"

"Iya-iya, engga. Maaf."

"Jadi gimana? Bisa gak temenin gue?"

"Sorry, kayanya gue gak bisa deh, Va. Kemarin ayah ngajak gue ke acara pertemuan koleganya hari ini."

Jeva mengangguk paham. "Ya udah kalo gitu gapapa. Gue bisa sendiri kok."

"Maaf, ya? Kalo gue bisa, nanti gue susul ke RS."

"Gapapa. Gue ngerti lo harus belajar bisnis dari sekarang. Semangat, ya! Katanya mau nikahin gue," jawab Jeva menekan kalimat terakhir untuk mempertegas keseriusan hubunganya dengan Avigar didepan Vilona.

Sementara yang tersindir hanya merotasi mata jengah.

Avigar tersenyum. "Thankyou," seraya mengusak kepala bagian kanan Jeva.

"Udah bel tuh, gue balik kelas, ya?"

Cowok ganteng itu mengangguk. "Hati-hati."

Selepas menghilangnya Jeva dari balik pintu kelas, Vilona berujar, "Kenapa lo bohong?"

"Terpaksa."

"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
AVIGAR || ENDWhere stories live. Discover now