Chapter 27 🌺

235 14 11
                                    




Liu Kangjian membuka tudung mantelnya dan menatap ke depan sebuah kuil besar yang berdiri kokoh nan megah di atas bukit. Gerombolan burung terbang diantara awan yang mengelilingi bangunan di ketinggian itu. Puncak kuil itu memiliki lonceng tembaga raksasa berwarna hitam yang memantulkan sinar matahari. Cahaya matahari yang bersinar dari ujung cakrawala membuat Liu Kangjian menutupi ujung matanya dengan punggung tangan karena cahaya yang menyilaukan.

Memantapkan niatnya, Liu Kangjian menarik tali kekang kuda dan kuda itu berlari menuju kuil. Begitu Liu Kangjian sampai di depan pintu masuk kuil, ia menghadapi gerbang besar tanpa pintu. Melihat ke anak tangga yang berjumlah begitu banyak, Liu Kangjian mengerutkan keningnya dan turun dari kuda. Ia hendak menarik pedangnya sebelum sebuah suara menghentikannya.

"Kau ingin menggunakan pedang terbang untuk naik ke atas sana, tuan?" Liu Kangjian menoleh kebelakang dan mendapati sosok seorang wanita yang tengah bersandar di batu tebing. Wanita itu memiliki perawakan tubuh yang sedikit kekar dengan pakaian tanpa lengan atau jubah. Sebuah tato tanduk iblis berwarna hitam tercetak di lengan atas tangan kirinya. Ia mengenakan hanfu putih tanpa lengan yang terbuka setengah hingga menampilkan dalaman berwarna hitam ketat dengan celana bermodel hakama berwarna hitam. Ada cerutu yang terjepit di antara jarinya, ketika ia menopang dagu dengan tangannya. Di pergelangan kakinya, terdapat gelang emas dengan lonceng kecil yang bersuara menyenangkan ketika wanita itu menggerakkan kakinya. Ada tahi lalat di bawah mata kanannya dan rambutnya yang terlihat agak berantakan itu dibiarkan terurai. Bibirnya yang dicat dengan pewarna bibir berwarna merah terang tersenyum menatap Liu Kangjian sebelum ia melanjutkan kalimatnya tadi.

"Aku tidak menyarankan hal itu," Liu Kangjian melepas genggaman tangannya pada gagang pedang kemudian menangkupkan tangannya, "Saya berterima kasih atas peringatan saudari kultivator. Bisakah anda mengatakan alasannya pada saya?" Wanita itu memutar cerutu di tangannya, kemudian menunjuk ke salah satu sudut tebing.

"Kau lihat apa itu?" Liu Kangjian memutar kepalanya menatap arah telunjuk wanita tersebut. Di sebuat sudut tebing, melayang di udara, sebuah pola segel terlihat. Memicingkan matanya, Liu Kangjian bergumam, "Pelindung penghalang..." Wanita itu tertawa setelah mendengar gumaman Liu Kangjian.

"Tuan, kau terlihat seperti seseorang dengan kemampuan yang tinggi. Tak disangka kau bahkan tidak teliti dengan hal-hal seperti ini? Bisa kau bayangkan dengan wajah tampan dan perawakanmu itu, kau jatuh dari langit karena tidak sadar ada penghalang disana? Penghalang itu menutupi seluruh bukit dan akan menaklukan semua perangkat kultivator yang mencoba untuk memasukinya," Liu Kangjian ikut tertawa canggung mendengar penjelasan wanita tak dikenal itu.

"Terima kasih pada dermawan baik hati karena telah mengingatkan saya," Wanita itu melambaikan tangannya dan mengatakan bahwa itu bukan masalah, "Tuan, untuk apa kau datang ke kuil 水 (shuǐ) ini?" Liu Kangjian diam sebentar sebelum menjawab, "Untuk bertemu dengan sanzo dari penjaga kitab yang mendiami kuil ini," Wanita itu memicingkan matanya dan senyum di mulutnya semakin dalam.

"Jika itu adalah sanzo...Mungkin kau bisa segera bertemu dengannya. Naiklah, semoga hal yang kau inginkan darinya berjalan dengan lancar," Liu Kangjian kembali menangkupkan tangannya dan berbalik untuk menaiki tangga. Tiba-tiba ia teringat akan suatu hal dan memutar tubuhnya untuk bertanya lagi hanya untuk mendapati bahwa wanita itu sudah menghilang. Liu Kangjian terdiam di tempatnya, merenung , kemudian memutuskan untuk melanjutkan perjalanannya.

Tangga yang ia naiki berwujud tangga batu hitam dengan lumut lembab yang berada di sepanjang anak tangga. Liu Kangjian menapaki tangga satu persatu sembari menghitung di dalam hati satu demi satu anak tangga yang ia hadapi. Liu Kangjian menghabiskan waktu seharian untuk mendaki dari bawah hingga sampai keanak tangga terakhir. Ketika sampai di puncak, ia menghembuskan napas berat dengan keringat yang menetes dari dahinya. Ia berkuda tanpa henti beberapa hari ini dengan kecepatan penuh, membuatnya hanya memiliki sedikit waktu untuk beristirahat. Ketika ia sedang mengatur napasnya sedikit, sebuah suara rendah dari seorang pria terdengar.

THE GENERAL'S HATED OMEGA WIFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang