Chapter 44🌺

141 10 0
                                    




Suara berdenting dari kuas yang jatuh mengenai cangkir teh terdengar memenuhi ruangan. Wajah Liu Wenhua memucat menatap Lan Jiao yang terengah-engah datang mengabarinya sesuatu.

"Apa kau bilang?!"

"Fūrén, apa yang saya katakan adalah kenyataan. Hari ini, ayah anda datang dan menghancurkan markas tuan!" Liu Wenhua spontan menutup mulutnya dengan kedua tangannya karena shock.

"Jiao-er...ambilkan aku kertas yang baru..." tangan Liu Wenhua bergetar dan ia berusaha menenangkan diri dengan memegang tepian meja. Lan Jiao segera bangkit dan menyiapkan kertas baru di atas meja.

"Fūrén, apa yang ingin anda lakukan?" keringat dingin mengalir di pelipis Liu Wenhua seiring tangannya yang menggores kuas di atas kertas, "Aku harus menjelaskan situasinya pada ayah. Bahwa Báihe-jun sama sekali tidak bersalah dan...apa yang terjadi diantara aku dan dirinya, keluargaku tidak perlu ikut campur," Lan Jiao menatap kegiatan tulis menulis Liu Wenhua dalam diam sebelum akhirnya berkomentar.

"Fūrén, mengapa tidak anda biarkan saja?" seketika Liu Wenhua menoleh memandang Lan Jiao kaget, "Jangan bercanda, Jiao-er!" wajah Lan Jiao menjadi murung dan ia membalas, "Selama ini tuan memperlakukan anda dengan dingin. Jadi saya rasa itu hal yang bagus jika Tuan Besar Liu ingin mengambil tempat untuk membalaskan rasa sedih anda."

Liu Wenhua menggelengkan kepalanya dengan tak berdaya, "Kau tidak mengerti apa-apa, Lan Jiao. Jangan bicara omong kosong."

"Maafkan saya, Fūrén..." Liu Wenhua Kembali mengembalikan fokusnya pada kertas di tangannya dan sorot matanya penuh dengan kegelisahan.

'Aku benar-benar berterima kasih karena ayah sangat peduli terhadapku, akan tetapi masalah antara aku dan Báihe-jun aku tidak ingin siapapun ikut campur...'

Memikirkan suami dan ayahnya yang bertarung karena dirinya, Liu Wenhua mulai merasa sakit kepala. Setelah selesai menuliskan surat, Liu Wenhua menyerahkan surat ditangannya kepada Lan Jiao.

Lan Jiao menerimanya dan merogoh sesuatu dari balik saku roknya, "Fūrén, saya hampir lupa. Hari ini Tuan Hong telah mengirim surat balasan untuk anda," Liu Wenhua menerima surat di tangan Lan Jiao, "Um, terima kasih Jiao-er."

Liu Wenhua segera membuka surat ditangannya dan membacanya perlahan. Matanya bergerak tenang membaca kata demi kata hingga akhirnya ia selesai membaca surat dari Hong Kaibo. Ia menghela napas dan melipat kembali surat ditangannya. Melihat Liu Wenhua yang merapikan kertas baru lainnya di atas meja, Lan Jiao tak bisa menahan dirinya untuk bertanya, "Fūrén? Apakah Tuan Hong menyampaikan berita buruk?" Liu Wenhua mencelupkan kuas ke dalam tinta dan menjawab, "Bagaimana aku mengatakannya ya...Ini adalah hal yang bagus untukku tapi juga lumayan buruk karena sudah terjadi."

Lan Jiao memiringkan kepalanya bingung dan akhirnya memutuskan diam memperhatikan Liu Wenhua menulis. Dalam setiap goresan kuasnya, alis Liu Wenhua mengerut semakin dalam.

'...selesaikan berdasarkan peraturan hukum yang berlaku. Laporkan secara anonim dan temukan salah satu pelaku yang memiliki andil besar untuk dijadikan kambing hitam. Urusan yang berhadapan dengan istana, secara menyeluruh, akan kutangani secara pribadi dan jika akhirnya kau sudah yakin bahwa yang bersangkutan bersalah, segera kabari aku.'

Itu adalah paragraf terakhir dalam surat Liu Wenhua untuk Hong Kaibo. Liu Wenhua melipatnya dengan rapi dan menyerahkannya pada Lan Jiao, "Jiao-er, jika nanti Hong Kaibo kembali mengirim surat, secepatnya beritahukan padaku."

Memandang raut wajah serius Liu Wenhua, Lan Jiao dengan patuh berbalik dan pergi menjalankan tugasnya. Setelah akhirnya sendirian di dalam pondok, jari-jari Liu Wenhua secara perlahan mengetuk permukaan meja. Tiba-tiba aroma tanah basah yang familiar datang menyapa indera penciumannya dan ia bangkit untuk menyalakan perapian. Sembari merapikan jubah yang melilitnya, ia berjalan keluar dan menatap kearah pekarangan belakang kediaman Tang diantara derasnya rintikan hujan.

THE GENERAL'S HATED OMEGA WIFEWhere stories live. Discover now