Chapter 32🌺

181 10 8
                                    


Di suatu puncak bukit muncul sebuah robekan dimensi dari udara kosong dan dari dalamnya berjalan keluar seorang pria dengan jubah perak. Ia mengenakan tudung dan wajahnya tak terlihat. Di tangannya, mengambang sebuah baja hitam dengan energi hitam yang mengelilinginya. Pria itu menyaksikan pertempuran berdarah antara dua negara besar di bawah tebing. Ia mengamati dan tak berbuat apapun, sampai kemudian sebuah ledakan besar muncul di salah satu sisi tebing. Merasa tertarik, pria itu mengalihkan fokusnya untuk melihat apa yang terjadi.

Di bawah tatapannya, ia melihat seseorang dengan tombak berapi yang bergerak cepat kedepan. Orang itu bergerak bebas tanpa teknik bela diri, hanya mengayunkan senjatanya secara membabi buta. Tiap kali batang api itu diayunkan, senjata itu akan mengeluarkan ledakan energi spiritual yang membakar jalur pada tiap tebasannya. Membuat medan pertempuran menjadi lebih ricuh. Pria itu hanya bersiul santai dan mencoba mencari hal lain dengan menggunakan benda di tangannya. Sebuah simbol muncul di dahinya dan ketika ia berhasil mendeteksi apa yang dia incar, sebuah desahan kecewa terdengar.

Kemudian sebuah bayangan hitam muncul di belakangnya, "Tuan Perdana Menteri... Yang Mulia memanggil anda," pria itu menoleh dan mengangguk.

"Aku cukup skeptis dengan menggunakan pasukan iblis dan tak berharap mereka dapat bertahan....Tapi pria itu? Dia mati juga? Sungguh tidak berguna," dengan lambaian tangan, baja hitam yang melayang itu masuk kembali ke dalam ruang dimensi miliknya. Pria itu memutar tubuhnya dan membuka robekan dimensi yang baru. Ketika ia hendak melangkah masuk, kakinya terhenti dan ia bergumam, "Siapa namanya? Apakah itu sesuatu dengan marga Wei?" bayangan yang mengikutinya segera memberikan jawaban, "Anda benar, tuan."

Mendengar jawaban, pria itu tertawa, "Sesungguhnya dia adalah bidak yang bagus, mungkin aku kurang dalam menjinakkannya....Mungkin aku akan mencobanya lagi lain kali," jubahnya tertiup angin dan tudung terangkat, memperlihatkan topeng perak bersinar sebelum ia memasuki portal.

***

"Hah!" Tang Weiheng terhenyak dari tidurnya. Karena reflek, ia bangkit secara spontan hanya untuk merasakan rasa sakit yang intens di sekujur tubuhnya. Memegang lengan kirinya, ia menyadari kemudian bahwa tubuhnya kini penuh dililit perban. Mengatur napasnya ia mencoba mengingat apa yang terjadi sebelumnya.

Bayangan menyakitkan akan kematian Wei Ling sebelumnya dengan cepat melintas di depan matanya, remaja itu segera mencoba bangkit dari tempat tidurnya. Begitu kakinya menapak di tanah, ia terjatuh ke depan dengan suara berdebum.

"Shīxiōng...." Kesadaran perlahan kembali pada akal sehatnya, membuatnya tersadar bahwa orang yang berharga baginya sudah tidak ada lagi di dunia. Menggertakkan gigi, Tang Weiheng mencoba bangkit dari tanah.

Pintu tenda terangkat dan Wang Zhouxi masuk di waktu yang tepat. Melihat seorang anak yang tersungkur dengan menyedihkan di bawah, Wang Zhouxi mendekati Tang Weiheng dengan panik, "Shīdì!" pria itu berjongkok dan bergegas membantu Tang Weiheng berdiri kemudian mendudukkannya di tempat tidur.

"Wang-xiōng..." Tang Weiheng berbicara dengan lemah pada Wang Zhouxi.

"Apa kau baik-baik saja? Apa lukamu masih terasa sakit?" Tang Weiheng menggeleng ringan sebagai jawaban. Anak itu kemudian mengangkat kepalanya dan matanya yang besar menatap Wang Zhouxi.

"Wang-xiōng, dimana Wei- xiōng?" tenggorokan Wang Zhouxi tercekat dan ia tertegun di tempat. Tang Weiheng meremas lengan baju Wang Zhouxi dan berkata dengan suara gemetar, "Wang-xiōng...Aku....Aku tidak akan bersikap tidak masuk akal, katakan padaku....Setidaknya, jasadnya...Jasadnya....Biarkan aku melihatnya? Mereka pasti membawanya kembali bukan?" ada senyum dengan nada memohon di wajah anak itu. Benar-benar berbeda dengan tampilan biasanya yang selalu terlihat kuat dan tidak tergoyahkan.

THE GENERAL'S HATED OMEGA WIFEWhere stories live. Discover now