Chapter 34🌺

328 14 21
                                    




Setelah hujan mengguyur bumi begitu keras semalam, Tang Weiheng bangkit dari tempat tidurnya dan segera bersiap untuk menemui Nuan Tao. Mengenggam jubah Tang Weiheng, paman Yuan berkata dengan khawatir di sisinya.

"Tuan....Apakah anda tidak ingin bersabar sejenak agar tubuh anda membaik terlebih dahulu?" Tang Weiheng mengikat rambutnya, "Aku sudah pulih."

"Tapi anda baru saja sembuh dari demam...." Tang Weiheng mengambil Tiān zhù dan memasangnya di pinggang kemudian bergegas keluar tanpa memperdulikan paman Yuan. Pagi ini, begitu Tang Weiheng membuka matanya setelah menangis begitu banyak semalam yang pertama kali ia pikirkan adalah segera pergi menuju kediaman Nuan Tao. Ia segera memanggil paman Yuan untuk menyiapkan seragamnya yang dihadapi dengan raut wajah tak berdaya paman Yuan.

Tang Weiheng memacu kudanya menyusuri jalan yang penuh dengan genangan air. Tangannya mengerat pada tali kekang kuda ketika memikirkan segala hal yang ia terima secara beruntut kemarin. Ada rasa masam yang masih kuat di dalam hatinya, akan tetapi air matanya sudah lama habis. Selain kekosongan yang menyedihkan ia sudah tidak punya kekuatan untuk mencurahkan emosinya lagi.

Kudanya berhenti di sebuah gerbang dengan emblem pasukan Pasukan Kavaleri Harimau Putih Perbatasan Barat. Tanpa membuang waktu, ia mendorong gerbang dan segera berhadapan dengan pelayan yang berada di pekarangan rumah. Tang Weiheng segera menangkupkan tangan dan berkata, "Saya adalah prajurit dari Pasukan Kavaleri Harimau Putih Perbatasan Barat yang dipimpin Jenderal dan datang memenuhi panggilan Jenderal untuk datang mengunjunginya," pelayan itu mengangguk dengan cepat dan segera membimbing Tang Weiheng menemui Nuan Tao.

Mengetuk ringan pintu kamar Nuan Tao, pelayan itu meminta izin. Setelah mendapatkan izin, ia membuka pintu perlahan dan Tang Weiheng masuk. Tang Weiheng melihat sosok pria tua yang bersandar di tempat tidur dengan perkamen ditangannya. Walau saat ini Nuan Tao tengah terluka, akan tetapi sosoknya yang kuat tetap terlihat.

"Jenderal, saya datang memenuhi panggilan anda," Tang Weiheng memberi hormat dan Nuan Tao menyuruh seorang pelayan untuk menyiapkan kursi dan menyeduh teh. Tang Weiheng kini duduk di sisi tempat tidur Nuan Tao dan menunggu apa yang hendak orang tua itu katakan.

"Tang Weiheng, apa kau sudah mendengar dari Mayor Jenderal Xia mengenai apa yang terjadi pada Letnan Wei?" Tang Weiheng mengangguk, "Begitu ya...." Ada jeda sejenak dalam kalimat Nuan Tao yang diselingi dengan helaan napas, "Aku sudah berhutang dosa begitu banyak pada Pasukan Kavaleri Harimau Putih Perbatasan Barat. Diriku juga sudah mendengar mengenai keributan yang kau timbulkan di pengadilan pagi sebelumnya."

"Prajurit rendahan ini bersalah dan layak dihukum karena mempermalukan nama Pasukan Kavaleri Harimau Putih Perbatasan Barat, Jenderal," Nuan Tao menggeleng dan berkata dengan suara berat, "Tidak, akulah yang harus berterima kasih padamu...dengan semua luka yang kau terima, kau masih bangkit untuk memperjuangkan apa yang sebenarnya harus diterima oleh mereka yang telah gugur...seharusnya itu adalah tanggung jawabku, namun tubuh tua ini justru terkapar tak berdaya di saat yang tidak tepat. Hal ini benar-benar...menjadi kesalahan terbesar dan terhina dalam hidupku."

"Tang Weiheng, aku sudah menerima surat dari Yang Mulia Kaisar mengenai permasalahan yang terjadi di pengadilan pagi. Walau menyakitkan, ketahuilah bahwa apa yang diputuskan oleh sang kaisar bukanlah keputusannya semata. Yang Mulia juga ingin memberikan pemakaman yang layak, akan tetapi ia adalah seorang kaisar dan harus mempertimbangkan suara-suara pejabat istana. Negara dalam keadaan genting, jika pikiran para pejabat istana tidak berada dalam satu arah yang sama, perpecahan internal akan menambah masalah. Kaisar adalah orang yang bijak, harap kau dapat memikirkannya dengan baik."

Tang Weiheng hanya diam mendengar penuturan Nuan Tao dan Nuan Tao memahaminya. Ia benar-benar mengerti kesulitan apa yang ia hadapi setelah hal buruk datang menimpanya satu demi satu.

THE GENERAL'S HATED OMEGA WIFEWhere stories live. Discover now