bagian 2 : mapala cafetaria

29 7 3
                                    

Cafetaria Kantor penuh seiring matahari sudah terik dan sejajar dengan kepala menandakan jam istirahat di Mapala Group. Adis, Jinora, Mayang, Mbak Kemala, Pak Manager Ramos, dan Ahad sudah makan bersama di meja panjang bagian sudut dekat jendela.

Selama menikmati makan siang, mereka tak henti-hentinya mengoceh membuat meja di sampingnya melirik aneh ke arah meja mereka.

Jinora berdecak, "Lo kalau mau beli sendiri dong Mayang, nyicip mulu."

"Mahalll," jawab Mayang.

"Dasar kutu gajah, pelit banget untuk diri sendiri aja. Udah dikit aja ini punya gue."

Mayang memutar bola mata malas menatap Jinora yang tak mau berbagi makanannya. Padahal Mayang hanya mencicip saja, soalnya ia hanya pesan nasi dan sup tanpa lauk yang lain.

"Lagian kenapa kau gak pesan lauk yang laen sih Mayang?" tanya Pak Ramos.

Mayang menyengir, "Kita tuh harus berhemat Pak, gaji kita kan bukan cuma untuk makan sajo. Jadi ndak boleh boros do. Ini hanya tentang mindset."

"Yeee emang dasar lu pelit!" Jinora kembali adu mulut dengan Mayang.

"Bukan pelit, namanya hemat. Hemat pangkal kaya, boros pangkal miskin."

Jinora menyolot, "Lah? Kalau gitu kenapa lo gak kaya-kaya sampai sekarang? Bukannya dari dulu lo hemat terus anaknya?"

"Lah iya ya?" Mayang menggaruk rambutnya.

Adis menggelengkan kepala berkali-kali melihat tingkah Mayang yang terlalu pelit, dikatakan orang Minang pelit takutnya Mayang sakit hati bawa-bawa suku, ya emang tidak semua orang Minang pelit. Tapi Adis ketemunya sama yang modelan Mayang terus, sih.

"Liburan nanti, kita hangot yuk," ajak Ahad.

Adis menatapnya datar, "Hangout, bukan hangot. Minggu ..."

"Tulisannya kan gitu, Kak Adis. Kok manggil saya minggu sih, nama saya kan Ahad." Laki-laki Ambon itu mengerucutkan bibirnya.

"Ahad itu kan artinya Minggu kan Mbak Manager?"

Kemala hanya mengangguk dengan wajah datar. Adis menunjuk jawaban Kemala, "Tuh kan ..."

"Tapi ... Ah, sudahlah! Cape saya lihat Kaka Adis ganti-ganti nama orang terus."

Adis tertawa, namun ekspresinya langsung berubah saat mendapati Kang Jian bersama Alaska yang memegang nampan dan berjalan ke arah meja mereka. Adis teringat saat ia mencium Alaska, perempuan itu langsung memukul dahinya dan mengambil daftar menu makanan untuk menyembunyikan wajahnya dari Alaska.

Pak Ramos dan yang lainnya mengerutkan dahi, "Kenapa kau, Dis? Mau pesen lagi?"

"Ah, e-enggak, Pak. Mau liat-liat aja dulu, kayaknya menarik."

Kang Jian dan Alaska ikut bergabung bersama mereka. Kang Jian duduk di samping Mayang, dan Alaska duduk di samping Kang Jian dengan posisi duduk  tepat didepan Adis.

Adis mengintip, ia tidak mendapati keberadaan Alaska. Ia menurunkan daftar menu makannya untuk mencari keberadaan Alaska. Saat ia tahu Alaska duduk di depannya dan menatap wajah Adis, perempuan itu melotot dan menaikkan lagi menu makan agar menutupi wajahnya.

"Kenapa you Adis?" Kang Jian bertanya.

"E-enggak papa, lagi pengen baca aja."

Pak Ramon, Kemala dan yang lainnya semakin heran saat Alaska mengeluarkan tisu dari kantong kemejanya yang dilapisi jas rapi, ia membersihkan meja makan di kantin kantor dengan tisu tersebut, lalu mengeluarkan sendok dan garpu sendiri, juga sedotan yang ia siapkan dari tas kecil yang entah kenapa bisa muat di kantong kemejanya.

Bengkel Perut 88 Where stories live. Discover now