bagian 40 : trip to jogja

5 3 0
                                    

Kereta api tujuan Yogyakarta sudah berjalan. Adis sedang sibuk menscroll beranda Instagram. Di sampingnya, Alaska, sedang mengatur ritme jantungnya yang berdetak dua kali lebih kencang dari biasanya. Fiks ini mah fikssss.

"Kamu kenapa sih? Kaya gak tenang gitu?"

"Hah? E-enggak."

Adis menggelengkan kepala menatapnya heran, ia berkata, "Kamu boleh ikut tapi janji jangan bilang ke adek-adek saya dan Bibi saya soal saya habis keluar dari rumah sakit?"

"Iya Adis, janji."

Adis mengangguk. Ia menatap layar ponselnya lagi. Sekretaris Leo yang duduk di bangku depan mereka menggelengkan kepalanya sambil berdecak, "Ck ck ck ck ..."

Alaska melotot. Sekretaris Leo duduk lagi di tempatnya. Alaska menatap Adis. Perempuan itu mengerutkan dahinya dan menoleh lagi ke arah Alaska yang masih sibuk memandanginya.

"Apa?" tanya Adis.

"Apa?" Bukannya menjawab, Alaska malah balik bertanya. Adis menggelengkan kepalanya, "Gak jelas."

***

Bibi Adis langsung menyambut mereka hangat. Adis menyalaminya dan memeluknya erat, "Ya ampun keponakan Bibi udah besar banget, tambah cantik lagi. Sehat?"

"Sehat, Bi. Bibi sehat?"

"Alhamdulillah, ini siapa?"

"Ini Alaska, teman kerjanya Adis. Yang ini, Leo. Sekretaris nya Alaska."

"Oh ... Temennya Adis semua toh. Ya udah yuk masuk, Bibi udah buatin kalian makanan yang banyak, pasti kalian laper kan? Yuk yuk."

Alaska mengangguk sopan, Sekretaris Leo berbisik, "Lumayan gak keluar uang beli makanan di luar."

"Sst, diem. Kalau orangnya denger gimana?"

"Kenapa kalian bisik-bisik?" tanya Adis heran.

Mereka berdua menggeleng secara bersamaan. Adis mengajak mereka masuk sementara Bibinya sedang menyiapkan makanan di dapur. Sera dan Nomi datang dari atas dan menutup mata Adis. Adis meraba-raba lengan adiknya.

Alaska dan Leo beradu pandang. Adis tertawa, "Ini siapa yaaaa ... Kok kaya kenal ya? Siapa si?"

Adis menurunkan tangan mereka dan berbalik badan. Sera dan Nomi langsung tersenyum dan memeluk Adis saat itu juga. Adis pun ikut memeluk mereka dengan erat, "Hmm kangen banget Kakak sama kalian ... Sehat kan?"

Mereka melerai pelukannya, Sera menjawab, "Sehat kok, Kak. Kakak gimana?"

"Kakak baik-baik aja. Gimana? Udah tau mau sekolah dimana?"

"Udah, Kak. Nanti Sera kasih brosurnya ya?"

Adis mengangguk. Ia beralih menatap Nomi. Ia bertanya menggunakan bahasa isyarat, "Nomi kangen gak sama Kak Adis?"

Nomi membalasnya, "Kangen banget. Mata kak Adis gak bisa bohong. Kakak kelihatan cape banget, kenapa harus bohong? Nomi gak suka liat Kak Adis bohong gitu!"

Adis tersenyum, ia merapikan rambut Nomi. Ia membalasnya dengan gerakan tangan lagi, ia menunjuk dirinya, "Kak Adis enggak bohong, kak Adis benar-benar baik sekarang. Nomi gak boleh marah sama Kak Adis karena Kak Adis cuma nginap malam ini. Besok, Kak Adis harus pulang ke Jakarta."

Bengkel Perut 88 Where stories live. Discover now