bagian 21 : playgirl cap badak

9 4 0
                                    

Berita mengenai launching aplikasi terbaru grosiran.id by mapala sudah tersebar luas mulai dari berita televisi, koran, radio, dan juga artikel yang kini telah Alaska baca di meja kantornya.

Bukan pusing karena promosi aplikasi, sekarang Alaska harus memutar otak bagaimana caranya agar bisa menghasilkan uang dengan cepat dalam satu hari? Yang pasti, kalau ia tidak mendapatkan uang segera, malam ini ia akan tidur di jalanan, dan Alaska tidak bisa membayangkan saat ia ditemani oleh serangga-serangga di bawah kolong jembatan.

Memikirkan nya saja membuat Alaska bergedik ngeri, laki-laki itu baru teringat akan perkataan Adis beberapa hari lalu. Yap. Aplikasi baca novel.

Ia membuka aplikasi di ponselnya, lalu menscroll cerita itu tanpa membacanya. Ia menatap layar ponselnya dengan bosan, kenapa konfliknya rumah tangga terus? Alaska bahkan belum menikah. Ia dan Tsabita dijodohkan karena orang tua Tsabita sudah berteman baik sejak kecil dan menjalin perusahaan bersama. Orang tua Tsabita juga memiliki perusahaan teknologi, Carry On Group.

Baru saja dibicarakan, sang empu menelepon. Alaska segera mengangkatnya, "Halo?"

"Sayang, udah makan? Aku di bawah nih."

Alaska langsung merubah tempat duduknya, "Loh? Kamu ngapain ke sini? Kalau orang-orang liat gimana? Kamu itu anak pemilik perusahaan juga, kalau orang liat aku sama kamu gimana?"

"Tenang, aku pakai masker sama topi, gak akan ada yang ngenalin. Aku tunggu ya di cafetaria mapala, aku udah bawain kamu masakan enak. Kamu mau?"

Sebenernya malas sekali mengiyakan ajakan Tsabita, secarakan Alaska tak pernah mau berbicara dengan perempuan itu. Namun, kali ini situasi nya berbeda. Alaska butuh makan, karena sejak tadi malam belum ada satupun makanan yang masuk ke dalam perutnya.

Alaska memegang perutnya. Suara Tsabita terdengar lagi, "Gimana sayang?"

"Iya iya, nanti aku turun kebawah setelah selesai mengaudit ini. Sebentar ya? Jam makan siang sebentar lagi, kamu mau nunggu?"

"Iya aku tungguin kok, sekalian aku pesan minum dulu."

"Oke."

Alaska menutup panggilannya. Ia mengerjakan sisa sisa tugasnya terlebih dahulu di depan komputer. Setelah selesai, Alaska segera beranjak dan berniat pergi meninggalkan kantor, namun matanya tertuju pada Adis yang masih di depan komputer saat jam istirahat sudah berlangsung dan semua orang sudah keluar dari kantor.

Alaska melirik ke arah arloji murahannya. Beberapa hari kemarin, Adis melarang Alaska memakai jam merk rolex, katanya "Gila aja nyamar jadi orang biasa tapi jamnya kaya gini. Pakai yang biasa aja, jas nya juga jangan yang ratusan juta gini, ganti yang murahan."

Alaska tidak tau konsep murahan itu seperti apa. Akhirnya ia memerintahkan sekretaris Leo untuk belanja perlengkapan kantornya dengan harga yang cukup murah di mal. Tapi tetap aja, harga satu jas nya lima juta. Kata Alaska, ya itu sudah murah bagi saya.

"Adis, kenapa masih disini? Gak makan?"

"Enggak, duluan aja," katanya.

"Gak laper?"

"Enggak."

Sedetik kemudian terdengar suara perut Adis yang berbunyi. Adis memegang perutnya yang tidak bisa di ajak kompromi, ia menyengir sedangkan Alaska tertawa kecil melihat tingkahnya.

"Makan bareng saya, mau?"

***

Alaska dan Adis duduk bersebelahan. Di depan mereka sudah ada Tsabita dengan rambut gelombangnya yang dihiasi topi hitam dan wajahnya ditutupi masker hitam, sudah cocok jadi pencuri ayam jagonya Sekretaris Leo.

Bengkel Perut 88 Donde viven las historias. Descúbrelo ahora