bagian 25 : tamu tak diundang

9 4 0
                                    

Entah angin darimana Adis dikejutkan akan perlakuan Alaska yang tiba-tiba tidak menyebalkan seperti biasanya. Pertama, laki-laki itu membuatkan kopi untuk Adis yang masih sibuk di depan komputer.

Adis mengerutkan dahi menatapnya, "What this?"

"Kopi," balas Alaska tersenyum.

"Dalam rangka?"

"Tidak dalam rangka apapun. Saya gak mau liat kamu ketiduran di dekat komputer dengan alasan masih mengantuk dan berujung kena amuk atasan."

"Kamu gak ngasih saya racun kan, Al?"

Alaska tertawa, "Memang muka ganteng saya ini seperti penjahat yang di film-film ya Adis?"

Adis memutar bola mata malas, ia meneguk kopinya. Alaska mendekat lagi, "Enak gak? Kemanisan? Atau gimana?"

"Kurang gula sih, tapi gak papa, thank ya!"

Alaska mengangguk, saat ia sudah berbalik badan, ia kembali mendekati Adis lagi, "Butuh sesuatu? Mau dibelikan makanan di bawah atau gimana? Kebetulan saya masih free, gak sibuk sibuk amat."

"Oh itu ... Gak jadi deh."

"Apa?"

"Gak papa, udah sana, syuhhh."

Alaska menatapnya datar, "Baru juga dibaikin!" Alaska pergi meninggalkan Adis, perempuan itu menyolot, "Siapa juga yang minta di baikin?"

Kedua, saat Adis setelah selesai rapat di kantor eksekutif. Alaska tak sengaja melihat celana kantor yang di pakai oleh Adis sedikit berbeda warnanya di bagian panggul. Ya walaupun Adis memakai celana hitam, namun dari dekat cukup kelihatan. Apalagi Alaska ada di belakang setelah membukakan pintu untuk Adis.

Laki-laki itu berlari kecil dan menjaga Adis dari pandangan orang-orang nantinya. Alaska terus mengikutinya Adis dari belakang sambil melebarkan tangannya. Adis yang merasa ada yang aneh pun berbalik ke belakang, "Ada apa?"

Alaska menggeleng. Adis berjalan lagi di koridor, Alaska tetap mengikuti nya dari belakang. Adis menghentikan langkahnya dan membuang napas panjang, "Kalau mau jalan, di sini," kata Adis menunjuk sampingnya. "Kenapa harus di belakang gitu?"

"Kamu haid ya?" tanya Alaska.

"Kok tau?"

"Itu kamu marah terus."

"Apasih? Gak jelas, sana pergi!" Adis kembali melanjutkan langkahnya. Tapi ia dibuat heran oleh Alaska yang sudah di usir pun tetap mengejarnya dari arah belakang. Ketika Adis melambatkan langkahnya, Alaska ikut melambatkan langkahnya. Masalahnya, jalan di sampingnya masih lebar, mengapa laki-laki itu tidak ikut berjalan di sampingnya saja sih? Adis risih nih jadinya.

Adis berhenti. Ia membuang napas kasar. Berbalik badan, ia menatap Alaska nyalang, "Saya bilang, kamu gak usah dekat-dekat sama saya. Kamu lupa ya peraturan nomor 2? Pura-pura gak kenal dan jaga j.a.r.a.k JARAK! Kamu itu pikun apa gimana?"

"Saya gak pikun, saya masih muda, belum menikah, umur saya masih—"

"Saya gak nanya umur kamu. Aish, udah lah. Saya lagi gak mood hari ini. Ngajakin berantem aja dari tadi, kalau saya serius saya potong-potong tangan kamu jadi bentuk trapesium, mau kamu?!"

Wah ... Rupanya begini ya digalakin orang pms. Is is is, padahal Alaska tadinya mau membantu, sudah baik betul loh Alaska pagi ini.

"Itu masalahnya, anu ..."

"Anu apa?! Kalau ngomong itu yang jelas."

"Kamu gak bawa pembalut?"

"Hah? Kenapa jadi bahas pembalut?" tanya Adis tak mengerti. Namun tak lama setelah itu ia paham dan menelan ludahnya.

Bengkel Perut 88 Where stories live. Discover now