bagian 27 : paruh waktu

6 3 0
                                    

Alaska menatap aneh ke arah Adis yang sudah berangkat lagi sore-sore, padahal satu jam yang lalu ia dan Adis baru sampai di apartemen. Laki-laki yang masih sibuk merapikan barang-barang yang ada di atas meja sofa itu membuka suara melihat Adis dengan pakaian rapi turun dari tangga.

"Mau kemana?"

"Kepo," ucap Adis menatap Alaska datar.

"Loh? Saya nanya baik-baik loh. Mau kemana memangnya? Mau saya antar?"

"Antar pake apa? Kendaraan aja kamu gak punya."

"Saya temeni sampai tujuan maksudnya, kamu mau kemana? Baru pulang loh."

"Mau kemana ya terserah saya, bukan urusan kamu. Inget ya peraturan nomor lima."

Peraturan nomor lima, privasi itu penting, jangan coba-coba ingin tahu hidup yang satu dengan yang lain. Anggap dua orang asing yang tinggal karena kecelakaan.

"Hm, oke deh. Kamu hati-hati, perut kamu gak sakit ya? Aneh, biasanya perut Mommy aku selalu sakit kalau haid."

"Saya bukan perempuan lemah!"

Kalau saja ini dunia fiksi, hidung Adis pasti memanjang seperti Pinokio. Alias sakit banget tau perutnya kalau haid ituuuuu pengen jambak rambut Alaska deh jadinya. Tapi Adis tidak boleh mengeluh sakit agar dikasihani dan diperhatikan oleh Alaska. Cuih, geli bayanginnya.

Ini tuh bukan dunia orange ya, hey, wake up.

Sebelum Adis keluar dari apartemen, ia berkata, "Oh iya tolong kasih makan Bisnis ya, saya pulang malam nanti."

Peraturan nomor 6, pihak kedua wajib merawat Bisnis, memberi makan, dan memandikannya saat pihak pertama tidak ada di rumah.

***

Warung perempatan yang pernah Adis ceritakan beberapa hari lalu itu sebenernya cafe kecil yang memiliki banyak penjual. Ada sekitar lima gerobak di depan. Ada bakso bakar, kebab, bakso kuah, mi ayam, nasi goreng, ayam geprek, nasi uduk dan makanan berat maupun ringan lainnya. Namun pelayan atau waitersnya melayani semua pesanan dari beberapa penjual yang bosnya satu orang, bukan bakso dan nasi uduk beda bos maksudnya. Walaupun warung ini tidak terlalu besar, namun cukup rame setiap harinya.

Dan kalian tau? Di tempat ini lah Adis diterima kerja shift malam. Adis sudah memakai seragam kerjanya. Hari ini adalah hari pertama nya jadi waiters sebagai pekerjaan sampingan. Ya lagi-lagi cuan nomor satu, ia harus ngebut agar bisa membayar hutang Alaska satu bulan.

Walaupun sebenernya mustahil, ya siapa tau bisa bayar setengahnya kan? Setengahnya lagi nanti minjem lah ke bank atau apa setidaknya Adis sudah berusaha.

"Hey, girllll, kamu kerja disini yah?" Laki-laki kemayu yang Adis temui beberapa hari lalu itu menyapanya.

Adis mengangguk dan tersenyum kecil, "Iya, Mas. Saya baru di sini, mohon bantuannya."

"Mas?" Laki-laki itu tertawa, "Kayaknya aku lebih cocok di panggil Mbak deh ahayyyy."

"Hah?"

"Ah, panggil Kak aja deh, aku tuh malu kalau di panggil Mbak loh," katanya tersenyum malu-malu.

"O-oh iya Kak ...?"

"Inces, orang sini panggil aku Inces."

"Hah? Oh, saya Adis, saya mau lanjut kerja dulu ya, Kak."

Bengkel Perut 88 Where stories live. Discover now