bagian 46 : cowo shultannn

5 3 0
                                    

Adis mengelap meja makan pelanggan yang baru saja pulang. Ia memegang perutnya yang berbunyi. Adis baru ingat ia belum ada makan sejak tadi siang. Waktu istirahat di kantor tadi Adis gunakan untuk tidur di ruang kopi. Karena uangnya sudah mulai menipis sekarang. Kemarin Adis baru saja mengirimkan uang untuk adik-adiknya. Ia harus terus menghemat biaya agar bisa membayar hutangnya ke Alaska meskipun hal itu terdengar mustahil.

100 juta cuy, bayangin nyari seratus juta satu bulan itu dimana? Dan ini udah Minggu ketiga. Artinya, Adis punya waktu satu Minggu lagi untuk bayar hutang kalau tidak mau apartemen yang sudah ia bayar satu tahun itu akan jadi tempat tinggal Alaska kedepannya dan juga ia bisa dipenjarakan.

Adis ini bukan spek perempuan yang asal marah dan gak bertanggung jawab soal kelakuannya ya. Adis tau dia salah besar, melukai tangan orang, membuat orang tidak nyaman, mencium orang sembarangan, dan memuntahi orang sembarangan. Adis yang hatinya terbuat dari besi juga akan melakukan hal yang sama dengan Alaska jika ia ada di posisinya. Maka dari itu Adis tidak akan pernah ingkar janji dan lepas tanggung jawab. Sebisa mungkin ia akan membuat Alaska get out dari apartemennya karena ia tidak boleh jatuh cinta dengan laki-laki itu meskipun hatinya bilang sudah. Sudah jatuh.

Adis hanya merasa derajat mereka berbeda. Ini bukan cerita fiksi yang di mana pangeran kaya raya jatuh cinta dengan pengemis gembel di jalanan.

Cafe hari ini tidak terlalu ramai, juga waktu sudah menunjukkan pukul sembilan lewat lima puluh lima. Hampir jam sepuluh. Adis pun sudah menguap berkali-kali. Ia melangkahkan kaki menuju dapur, mendapati Kak Fatur yang baru saja juga masuk ke dapur.

"Eh, Adis. Aku nyariin kamu dari tadi loh."

"Kenapa emangnya, Kak?"

"Kamu udah makan belum?"

"Belum sih. Kenapa Kak?"

"Kita makan dulu yuk. Aku laper nih."

"Tapi ... "

"Alah, cafe lagi sepi hari ini. Udah mau tutup juga, pasti kamu cape. Kan ada Inces Yaya sama yang lain. Gantian lah, orang itu udah siap rest nya dari tadi."

"Oke deh. Biar saya ambil dulu mau makan ap—"

"Eh, kita gak makan di sini."

"Lah? Kita kerja di warung makan buat apa makan di tempat lain?"

Kak Fatur berkata, "Disini murah-murah, aku mau belanjain kamu yang mahal dikit. Sekali-kali."

"Oh, yaudah kalau maksa. Emang sanggup Kak?"

"Sanggup dong, ayoo."

"Gak papa ni kan?"

Kak Fatur menjawab, "Gak papa. Inces Yaya kalau lagi jamnya istirahat diganti sama yang lain dia pulang ke rumah. Yang penting jangan pake seragam di luar."

"Oke deh, Kak."

Adis izin ke ruang ganti untuk menukar pakaian kerjanya dengan kaos biasa yang ditutupi cardigan warna mocca. Ia menuju parkiran setelah pamit dengan Inces Yaya. Kak Fatur memberhentikan mobil nya di depan Adis.

Perempuan itu masuk ke dalam dan memasang safety belt nya, "Tumben bawa mobil?"

"Ya biasalah, ganti-ganti."

"Oh gitu ya? Kita mau makan di mana?"

Kak Fatur tak menjawab. Ia menjalankan mobilnya membuat Adis penasaran akan di bawa ke mana. Ternyata, Adis di bawa ke starbok oleh Fatur.

"Makan di sini gak akan kenyang sih, Kak. Mending makan di cafe tempat kita kerja aja."

"Hush, nanti juga kenyang. Kan ada makanan ringan sama minumannya. Ayo, tenang, aku yang bayarin kok."

Bengkel Perut 88 Where stories live. Discover now