bagian 32 : rencana kencan

8 3 0
                                    

Jika di tanya dimana ruang favorit Adis selain kamar? Jawabannya adalah ruang kopi. Di sana, kita bisa bersantai mengisap kopi sejenak melupakan tumpukan deadline pekerjaan yang tak ada habisnya.

Kang Jian yang sudah selesai membuat kopi menyindir kumpulan cewek-cewek tim pengembang, "Udah lah, gibah aja kalian ni. Tak baik o."

Mayang membuka suara, "Siapa yang gibah? Kami hanya melakukan studi kualitatif mengenai perilaku manusia menggunakan metode focused group discussion."

"Nah, tu bener," bela mereka.

"Heleh, sama aja." Setelah itu, Kang Jian keluar dari ruangan kopi. Ia tak sengaja bertatapan dengan Jeje yang hendak masuk ke dalam menyusul Adis dan yang lainnya. Kalian ingat sekitar satu minggu yang lalu? Saat Kang Jian di tolak cintanya oleh Jeje? Mereka seperti orang asing yang tidak pernah menyapa lagi setelah kejadian itu. Sebenernya, bukan Jeje. Tapi Kang Jian yang memilih untuk bungkam suara, padahal Jeje mah biasa-biasa saja.

"Hai, Kang Jian," sapanya canggung seperti tidak pernah bertemu, padahal jarak meja kerja mereka tidak terlalu jauh.

"Eh, iya Je. Duluan ya ..." Kang Jian lebih memilih untuk menghindar. Jeje menggaruk tengkuknya, lalu berjalan menuju tempat duduk bersantai dimana ada Bu Kemala, Adis, Mayang, Bening, juga Jinora di sana.

"Masih canggung aja, Je," kata Bening.

"Enggak, Teh. Kang Jian yang bikin canggung. Jeje mah udah nyapa duluan. Jadi gak enak suasana kantornya kalau begini."

"Ya harusnya lo terima aja lah kemaren," ucap Jinora. Kemala hanya mengangguki ucapan Jinora.

"Gak mau ah, Teh. Kalau satu ruangan kerja, nanti lagi berantem, suasana kantornya jadi gak asik. Pasti lebih canggung lebih dari tadi, juga bisa berpengaruh terhadap pekerjaan kita."

"Iya juga sih, makannya tipe saya itu ya kalau bisa yang kerjanya jauh dari saya lah. Gak satu kantor, ribet," ucap Kemala.

"Memang kenapa rupanya kalau satu kantor? Bukannya lebih baik ya? Jadi salah satunya gak akan membuat kesalahan atau hal konyol karena malu didepan pacarnya. Juga biar suasana makin happy aja kalau kerja sama pacar," kata Adis.

"Ya itu kalau lagi pacaran happy nya. Kalau lagi berantem, suasananya kaya kuburan Mbak, serem ih." Bening menimpali.

"Ya kan gak tiap hari berantem, Butek ..."

"Yang namanya pacaran pasti ada berantemnya," ujar Mayang. Ia menatap Adis, "Memangnya kamu ada pacaran sama salah satu karyawan di Mapala?"

Adis menggeleng, "Enggak. Cuma pemikiran saya ya kaya gitu, Mayang. Tapi gak tau ya, kan kita beda-beda point of view nya."

"Oh iya, omong-omong, cowo di tim pengembang siapa aja yang single ya?"

"Kenapa?" tanya Mayang pada Jeje setelah meneguk kopinya.

"Itu ... Temen Jeje lagi nyari pacar, jadi Jeje bilang aja semua anggota tim pengembang ganteng-ganteng, terus mau Jeje jodohin. Siapa ya yang cocok?"

"Alaska aja," ucap Kemala.

Kopi yang di seruput oleh Adis langsung keluar begitu saja diiringi batukan yang membuat Jinora menepuk-nepuk punggung Adis. Setelah merasa lebih enak, Adis membeo, "Alaska? Anak baru itu?" katanya tertawa.

Mereka semua kecuali Adis beradu pandang, "Kenapa memangnya Teh?"

"Iya, lagian Alaska yang lumayan ganteng daripada yang lain. Ya indak mungkin juga Pak Ramos kan?" tanya Mayang.

Bengkel Perut 88 Kde žijí příběhy. Začni objevovat