bagian 4 : kejadian yang sebenarnya

24 6 2
                                    

Hari sudah sore, jam kerja pun sudah habis. Adis dan yang lainnya bersiap-siap untuk pulang. Adis mengambil jas kerjanya yang ia gantungkan di tangan kirinya. Tangan kanannya mengotak-atik ponsel layaknya orang sibuk pada umumnya.

Manager Umum Bu Kemala dan Manager Eksekutif Pak Ramos sudah terlebih dahulu meninggalkan kantor. Jinora, Mayang dan juga Bening ikut menyusul. Kemudian Alaska dan Ahad juga berjalan keluar dari kantor.

Adis mengikat rambut nya rendah, lalu berjalan keluar bersama Jeje dan Kang Jian sambil mematikan ponselnya dan masuk ke dalam lift menuju lantai bawah. Setelah sampai di lantai bawah, Jeje izin terlebih dahulu.

"Teh Adis, Kang Jian, maaf ini ya, Jeje teh pergi dulu yak? Jeje udah di tungguin tuh." Ia menunjuk ke arah seorang laki-laki yang menunggu Jeje dari dalam mobil. Adis mengangguk bersamaan dengan Kang Jian.

"Hati-hati, Je," ucap Adis.

Kang Jian mendekati Adis, "Adis, itu pacarnya Jeje ya?"

"Mana gue tau."

"Parah banget mukanya, oe kan udah minta maaf Adis ..."

"Bodo amat." Adis duduk di halte bus, Kang Jian masih mengekori Adis.

"Adis, gimana? Akhir pekan nanti ada acara gak?"

"Udah saya bilang saya sibuk tidur, makan, berak, tidur, main hp, nonton drakor, tidur lagi. Gak ngerti-ngerti ya Kajian, emang kenapa sih? Ngotot akhir pekan mulu dari kemaren!"

"Ee jangan emosi, dong. Kang Jian mau ajak kamu keluar."

"Gratis?"

"Iya dong, Gratis."

Adis mengarahkan tubuhnya ke Kang Jian, "Boleh ajak temen gak?"

"Boleh."

"Oke, deal. Mau kemana?"

"Nonton bioskop."

***

"Hah? Nonton bioskop? Mending piti nyo buek moli Netflix premium, bisa nonton satu bulan banyak film, dari pada di bioskop!" Mayang dengan segala kepelitannya itu tak ada salahnya juga. Ia mengomel lewat video call.

Jinora yang ada di ujung sana merutuki Mayang, "Woi Minang! Lo benar-benar ya. Sekali-kali doang hari Minggu besok juga kita gak ada jadwal. Lagian film bioskop yang baru itu belum tayang di Netflix."

"Mboh, pelit eram dadi uwong!"

(Ntah, pelit sekali jadi orang)

Itu suara Bening. Jeje pun menyahut, "Lagian kan gak pake uang kita Teh Mayang. Teteh Adis juga bilang tadi kalau temennya yang ngajakin nonton bioskop."

"Lagian sekaya apa sih temennya mau bayarin kita-kita?" tanya Jinora.

Adis menyahut, "Emm gak tau sih ya, tapi katanya boleh bawa temen jadi ya udah gue bawa aja kalian."

"Iya Ambo!! Uni, ala lu yo, ambo denai manggil."

(Iya Ibu! Kakak, udah dulu ya, ibu saya memanggil)

Panggilan itu kemudian putus. Adis kemudian mendapat pesan dari Alaska. Adis langsung merubah posisi nya tegap dan merapikan rambutnya, sebelum ia membuka pesan yang diberikan oleh Alaska, perempuan itu mengulum senyumnya.

Bengkel Perut 88 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang