bagian 18 : wanna try again?

8 4 0
                                    

Potek sepotek-poteknya. Setelah kejadian itu, Kang Jian merana tiada tara. Ia termenung sambil menopang dagu di depan komputer. Adis yang duduk di sampingnya tak tega melihat wajah masamnya Kang Jian. Ia menggeser kursinya mendekati Kang Jian.

"Kajian sih, udah saya bilang jangan. Makannya tu hp ci cek. Kan udah saya bilang letusin aja balonnya," bisik Adis.

"Ya saya mana sempet ngecek hp, Dis. You sih pake masuk duluan."

"Kan Alaska yang buka, Kajian ... Udah deh, cewe di muka bumi ini banyak, nanti saya carikan."

"Kencan lewat aplikasi online maksud kamu?"

Adis mengangguk, "Iya, nanti saya carikan yang lebih cantik deh. Semangat ya?"

Kang Jian menghembuskan napas kasar, sedangkan si empu—Jeana Faradipa alias Jeje sedang asik mendengarkan musik sambil menikmati permen pemberian Kang Jian seperti tidak terjadi apa-apa beberapa jam lalu.

Setelah pulang kerja, Adis mengejar Alaska yang sedang berjalan keluar dari kantor. Adis memanggil dari arah belakang.

"Al! Alaska!"

Alaska menghentikan langkahnya, menunggu Adis sampai di hadapan dia dan mengatakan, "Sudah saya transfer satu juta ya Al. Berarti hutang saya tinggal 199 juta lagi? Huh ..."

Alaska tertawa, "Semangat cari cuan, siapa suruh mabuk sembarangan."

"Gak ada diskon apa? Capek loh saya cari uangnya. Belum gajian lagi."

"Ya udah, saya diskon lima ribu. Berarti tinggal, 198,995,000 lagi," kata Alaska sambil menunjukkan kalkulator nya.

Adis menatap datar ke arah Alaska, "Dasar ... Orang kaya pelit! Masa cuma lima ribu! Beli cilok habis."

"Lah? Uang satu juta gak akan bisa jadi satu juta kalau kurang lima ribu, Adis. Ini hanya tentang mindset."

"Mindset, mindset, kaya Mayang aja lama-lama. Pelit ya pelit aja kali."

"Saya kasih kamu waktu satu bulan ya untuk lunasin sisanya." Setelah berkata demikian, Alaska pergi meninggalkan Adis yang tak terima di tempatnya. Ia mengejar Alaska lagi dan berteriak.

"Gila kamu ya! Dimana saya harus cari uang sebanyak itu dalam satu bulan?"

"I don't care, yang penting, jangan coba-coba lari dari saya. Saya akan cari kamu ... Sampai lubang upil sekalipun," katanya menunjuk hidung Adis. Perempuan itu menepis lengan Alaska.

"Lagian kenapa gak dicuci aja sih jas nya? Tuan mudaaaa???"

Adis sengaja mengeraskan kalimat terakhir. Alaska langsung menutup mulut Adis dengan tangannya. Adis melotot, berusaha melepaskan tangan Alaska dari mulutnya. Namun tangan berurat itu cukup kuat hingga Adis hampir kehabisan napas, baru lah Alaska menurunkan tangannya.

Adis mengambil napas sebanyak-banyaknya. Alaska berkata, "Jangan keras keras, kalau ada yang dengar dan kenal sama saya gimana?"

"Sa-saya mau mati kamu buat ... Kamu mau bayar denda gara-gara saya masuk rumah sakit nanti?"

Alaska berdehem, "Ya saya gak sengaja, maaf, kamu butuh napas buatan?"

Adis melotot, "Dasar cowo gila! Kamu kira saya cewe apaan?"

Alaska mengerutkan dahinya, "Maksud kamu apa? Saya tanya apa kamu butuh napas buatan? Kalau iya saya akan antar kamu ke rumah sakit dekat sini untuk kasih kamu oksigen tambahan."

"O-oh ..."

"Kamu kira apa? Saya bakal kasih napas buatan ke kamu lewat mulut saya gitu? Hih, mimpi."

Bengkel Perut 88 Donde viven las historias. Descúbrelo ahora