bagian 38 : kembali

6 3 0
                                    

Ternyata begini rasanya hampa ala Alaska. Jika tidak ada Adis, rasanya ada aja yang kurang. Sama seperti sup ayam yang dibuatnya beberapa hari lalu ; hambar.

Saat Ahad mengajaknya untuk main tebak-tebakan, Alaska langsung menggeleng dan keluar dari kantor. Ia tidak bersemangat hari ini karena Adis tidak masuk kerja. Saat membuat kopi pun Alaska masih kepikiran Adis yang dulu mendorongnya hingga jatuh di lantai saat melihat Kang Jian. Lagi dan lagi, Alaska membuang napas panjang saat ada yang kurang dari hidupnya.

Pulang dari kerja, suasananya masih sama. Di apartemen, hanya ada Alaska dan Bisnis. Alaska memberi makan Bisnis dan memandikannya sebelum akhirnya ia juga ikutan mandi dan berganti pakaian di kamarnya. Alaska menatap sofa yang kosong, biasanya di pakai Alaska untuk berdebat bersama Adis mengenai matcha itu enak dan tidak enak, mosi berdebat wajib mandi setiap hari dan lain sebagainya. Lagi-lagi, wajah Adis menghantui pikiran Alaska.

Laki-laki itu keluar dari apartemen menuju halaman depan. Ia merasa diikuti oleh seseorang. Alaska tersenyum dan memperlambatkan langkahnya, lalu ia segera berbalik badan dan menarik lengan Sekretaris Leo yang hendak lari saat ketangkap oleh Alaska.

"Hayooo mau kemana kamu Sekretaris? Hah? Udah saya bilang, kamu pasti gak bisa kerja sama Daddy saya. Gimana? Enakan kerja sama saya kan?"

Sekretaris Leo meringis saat Alaska memelintir lengannya. Ia meminta ampun berkali-kali, lalu Alaska segera melepasnya. Ia melipatkan kedua tangan di dada, "So? Kamu selama ini mata-matain saya?"

"Maaf, Tuan. Disuruh Tuan besar."

"Oh, kerjaan kamu sekarang jadi Intel?"

"Terpaksa Tuan ... kalau gak, ayam jago saya mau di kasih makan apa?"

"Ya udah, mana kunci mobil Daddy saya?"

"Buat apa, Tuan muda?"

"Cepetan!"

Dengan ragu-ragu, Sekretaris Leo memberikan kunci mobil yang diberikan Daddy Alaska untuk tugasnya Sekretaris Leo memata-matai tuan mudanya. Alaska tersenyum miring, ia bersiul sambil memainkan kunci mobilnya.

"Ayo, ngapain di situ?"

"Saya ikut, Tuan?"

"Y," balas Alaska singkat.

"Asikkkk, tuan muda mau bawa saya nonton konser IU ya?"

"Ngarep!" Tuan muda Alaska langsung masuk ke singgahsananya. Sudah lama ia tak menyetir mobil. Naik bus pergi dan pulang kerja membuatnya kangen akan mengendarai mobil mahalnya. Sekretaris Leo duduk di bangku belakang.

Alaska mengerutkan dahi, "Ngapain kamu duduk di belakang? Kamu kira saya supir kamu? Di depan!"

"Siap tuan." Sekretaris Leo turun lagi dan masuk di bangku depan sebelah Alaska yang sudah siap untuk menyetir setelah beberapa lamanya.

Di perjalanan, Sekretaris Leo bertanya, "Tuan muda udah banyak berubah ya sekarang. Gaya nya ..."

"Kenapa? Makin keren ya?" tanya Alaska yang sekarang memakai kacamata hitam.

"Kaya gembel," ucap Sekretaris Leo.

Hanya Sekretaris Leo yang berani mengatai majikannya sendiri. Ia segera menyengir saat Alaska membuka kaca matanya dan menatapnya tajam.

"Bercanda tuan muda. Oh iya, tuan muda tau kata 'ngarep' dari mana?"

"Saya udah punya kamus bahasa gaul Indonesia, jadi sedikit-sedikit tau lah, kaya yoi bro, yntkts, tajir, turun tangan, mancing emosi, ogeb, ya gitu lah saya udah jadi orang Indonesia seutuhnya sekarang."

Bengkel Perut 88 Where stories live. Discover now