bagian 23 : tabung pelanggaran

8 4 0
                                    

1. Dilarang menaruh perasaan lebih satu sama lain, ini bukan ftv dari hutang menjadi cinta!!

Suara panci jatuh dari arah dapur membuat Adis terpaksa membuka mata. Perempuan itu masih memakai piyama lengan panjang berwarna merah muda dan rambutnya yang berantakan, ia nekat keluar sambil membawa sapu yang ia dapatkan di pintu sela-sela tangga.

Lampu lantai bawahnya padam. Namun masih terlihat remang-remang berkat pancaran cahaya dari bulan dan cahaya ponsel milik Adis. Perempuan itu turun ke lantai bawah secara perlahan, tangga yang ada di apartemen nya tidak terlalu banyak. Lantai atas nya berfungsi untuk meminimalisasi lahan apartemen yang cukup sempit.

Adis membatin, "Dasar maling brengsek, liat aja habis tanganmu ku belah belah jadi dadu."

Adis perlahan turun ke bawah, ia menemukan seseorang yang sedang berdiri di dapur dengan pencahayaan minim. Pelan tapi pasti, Adis mendekatinya kemudian memukul kepala maling tersebut menggunakan sapu yang ada di tangannya hingga maling itu berteriak kesakitan.

"Maling kurang ajar! Mau ngapain lo dirumah gue?!"

"Aduh aduh, saya bukan maling Adis!"

Adis membeo, "Kok tau nama gue ya?"

Suaranya juga tidak asing, seperti suara orang yang selalu mengusiknya akhir-akhir ini. Adis melangkahkan kakinya mencari sakelar, setelah lampu dapur menyala, Adis mendapati Alaska yang memakai kemeja putih polos dengan celana di atas lutut berwarna dongker. Laki-laki itu berteriak, "Mana ada maling seganteng saya!"

"Kamu lupa ya kita udah tinggal di tempat yang sama?"

Adis menggaruk pipinya, ia membatin, "Oh iya juga ya? Kok gue bisa lupa?"

"Ya kamu ngapain ke dapur saya tengah malam begini!" Adis yang salah malah menyolot.

Alaska dengan tampang polosnya mendekat ke arah Adis, "Saya laper."

Adis memutar bola mata malas, ia menjatuhkan sapunya lalu melirik ke arah telur yang sudah gosong di atas piring. Adis menahan tawa melihat telur tersebut. Alaska berkata, "Saya gak pernah masak, kalau di rumah di masakin asisten rumah tangga. Maaf kalau sudah bikin dapur kamu jadi berantakan, nanti saya beresin."

"Asisten rumah tangga? Pembantu maksudnya?"

Alaska mengangguk. Adis bertanya lagi, "Pasti namanya Inem."

"Enggak. Namanya Miss Tamara."

"Oalah, cantikan nama pembantumu dari pada saya, Al. Ya udah sini biar saya masakin. Nanti berantakan semua lagi dapur saya."

"Kamu bisa masak?"

"Menurut you? Dua tahun saya tinggal disini saya harus catering terus? Bisa habis gaji saya untuk makan saja." Adis membuka lemari dapur, "Saya belum belanja mingguan, barang di dapur sudah habis. Mi aja mau?"

Alaska mengangguk. Ia mengamati Adis yang sedang memasak mi goreng untuk Alaska. Kasian juga tuan muda yang satu itu, lagi masa masanya bangkrut gak bisa ngapa-ngapain. Siapa lagi yang mau di andalkan di kantor kalau bukan Adis? Apalagi perempuan itu punya utang banyak pada pihak keduanya, alias Alaska Arcolando.

Alaska menopang dagunya di meja makan meneliti setiap gerakan Adis. Kata Alaska, "Duh, berasa di masakan istri ya?"

Adis langsung melotot dan melemparnya dengan sendok makan. Beruntung Alaska segera menghindar, bahaya juga ni cewe.

Setelah selesai, Adis meletakkan mi goreng dan nasi di meja makan.

Alasan tersenyum manis, "Makasih."

Bengkel Perut 88 Where stories live. Discover now