bagian 33 : final kencan

6 3 0
                                    

"Saya pulang malam seperti biasanya, nanti tolong kasih makan kucing saya." Adis sudah siap dengan tasnya.

Alaska yang masih menonton televisi berkata, "Saya juga mau pulang malam, kamu lupa saya mau kencan hari ini?"

"Bukannya kamu udah punya tunangan ya?"

"Bukannya udah saya bilang kalau saya gak cinta sama Tsabita?"

Adis memutar bola mata malas, "Terserah."

Adis keluar dari apartemen, Alaska mengerutkan dahinya. Ia menggendong Bisnis dan mengelus kepalanya lembut.

"Bisnis, kenapa babu kamu gak cemburu ya? Responsnya biasa biasa aja, padahal saya terpaksa ikut kencan kencanan ini buat bikin dia cemburu."

"Meow meow?"

"Iya, nanti jam 8, Bisnis. Kamu di rumah aja ya? Gak boleh ikut. Kalau kamu pup sembarangan gimana?"

"Meow! Meow meow meowwwww ... Meow?"

"Tenang, paling jam 9 lewat udah pulang. Kamu gak akan kesepian, kok. Oh iya, kira-kira si Adis itu ngapain ya kok sering kali keluar malam, terus pulangnya jam 11. Sering di antar cowo lagi," tanyanya pada Bisnis.

Kucing jantan itu mengeluskan kepalanya pada lengan Alaska, "Meowwww ..."

"Bukan, bukan seudzon. Tapi penasaran aja. Kalau cowonya orang jahat terus Adis di apa-apain gimana? Kan bahaya. Lagian Adis gak pernah mau cerita soal hidupnya, padahal saya udah cerita ke dia dari saya kecil lahir dimana, kuliah di mana, ambil jurusan apa ... biar terbuka aja gitu, kan gak seru kalau satu tempat tinggal tapi diem-dieman. Ya saya tau saya kalau di depan publik emang dieman, tapi saya gak tau kalau lagi sama Adis saya suka bikin dia marah, babu kamu itu lucu tau."

"Meow Meow?"

"Iya, Bisnis ..."

Sementara di tempat kerja Adis, perempuan itu mengucapkan sumpah serapah berkali-kali mengingat kejadian malam itu. Malam yang seharusnya Adis tak bertemu dengan manusia aneh sejagat raya. Siapa lagi kalau bukan Alaska.

"Dasar, kurang ajar. Apa? Siapa juga yang mau nyium dia? Itu kan efek alkohol! Lagian kenapa sih harus wangi rendang waktu itu! Kalau gak kan gue gak perlu ke sana ..."

Adis merengek sambil mengelap meja, "Huaaa malu banget. Mana Alaska ngingetin kejadian itu terus lagi. Dan sekarang apa? Dia setuju di jodoh-jodohin sama temennya Jeje? Cih, dasar playboy cap kaki tiga. Sama aja kaya Jinora. Suka kali mainin perasaan orang. Dia gak mikirin perasaan tunangan nya apa? Kalau orang tuanya tau gimana? Ya secarakan dia udah tunangan, udah terikat 50%. Berani-beraninya sama cewe lain di belakang Mbak Tsabita, bahaya tu cowo playboy juga ternyata, gila gila ..."

"Adis, kok ngomel-ngomel sendiri, bahas apa sih?"

Adis menoleh, "Loh? Ibas? Kok bisa disini?"

"Lah ... Ini kan tempat umum. Kamu kerja di sini?" katanya menunjuk seragamku.

Adis mengangguk, "Iya, Ibas. Aku lagi butuh uang."

"Loh? Mapala gimana? Resign?"

"Enggak. Masih kok, aku ambil shift malam di sini."

"Ya ampun, kamu pasti cape banget ya? Oh iya, aku kemarin cerita ke Bunda pasal aku ketemu kamu di supermarket. Terus Bunda nanyain kamu tuh kenapa jarang datang ke rumah, dia gak ada temennya. Kamu tau sendiri tinggal aku sama Bunda di rumah itu."

"Emm ... Gimana ya? Aku juga kangen sih sama Bunda. Tapi maaf banget, aku lagi sibuk banget akhir-akhir ini. Kamu tau sendiri kan aku sore pulang dari Mapala, terus malamnya kerja lagi. Aku bahkan gak punya waktu untuk diriku sendiri. Hari Minggu besok juga aku mau ke Jogja, mau ketemu sama adek-adek. Udah lama gak ke sana. Nanti deh ya, kalau misalnya aku ada waktu. Di jam istirahat kantor atau pas pulang dari kantor aku main ke rumah kamu."

Bengkel Perut 88 Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt