bagian 53 : bertemu kembali

6 3 0
                                    

Alaska melihat kerumunan di jalan. Karena penasaran, laki-laki itu ikut nimbrung. Ada banyak orang yang mengantri untuk membeli cilok di pinggir jalan. Laki-laki itu ikut mengantri, sekitar sepuluh menitan baru Alaska berhasil mendapatkan cilok pesanannya. Ia sungguh penasaran bagaimana rasa cilok tersebut.

Alaska mengunyahnya, ia melototkan matanya dan berlari ke warung terdekat untuk membeli air mineral. Pemilik warung geleng-geleng kepala melihat tingkah Alaska yang gelagapan dan langsung meneguk air mineralnya.

"Habis maraton ya Mas? Haus kali kelihatannya."

"Bukan, saya abis makan ini."

"Oh cilok ... Kenapa? Terlalu pedas ya Mas?"

"Iya, Bu. Saya gak pernah makan ini sebelumnya, ternyata rasanya pedas sekali ya?"

Penjaga warung itu tertawa, "Bisa gak pedas kalau pilih level yang rendah, Mas."

"Level?" beo Alaska. "Perasaan tadi gak ada level level nya, penjualnya memang tanya mau pedas atau tidak tapi saya memang nekat pilih pedas. Saya tidak tau akan sepedas ini. Tapi ..."

"Kenapa, Mas?"

"MAKASIH BU! MAKASIH BANYAK!" Alaska langsung berlari menuju rumah mantan bosnya. Penjaga warung itu menggaruk kepalanya heran melihat tingkah Alaska.

Sesampainya di rumah mantan bosnya, laki-laki itu melirik ke arah gerobak yang masih bersih. Mantan bosnya keluar, ia bertanya ada gerangan apa Alaska datang tiba-tiba. Alaska memberikan satu lembar uang seratusan dan berlari mendorong gerobak milik mantan bosnya.

"Woi! Apa ini? Mau lo bawa kemana gerobak gue!"

"SEWA BENTAR AJA! MAU DAGANG CILOK!"

Alaska mencari tau resep bagaimana cara membuat cilok mulai dari bahan dasar, cara membuat, saus kacangnya, bahkan cara menjualnya ia catat di buku kecil. Ia mencoba kali pertama langsung muntah, rasanya hambar, tidak enak, keras. Ia mencoba lagi. Kali kedua, terlalu kenyal, lembek sekali, terlalu lengket, tidak enak. Percobaan ketiga, masih sama. Hingga percobaan ke dua puluh, rasanya sungguh tidak enak. Padahal ia sudah mencari resep nya di ponsel. Alaska menyerah. Ia menyusuri jalan, meminta resep pada tukang cilok yang ia beli beberapa hari lalu. Dengan berbaik hati, tukang cilok itu memberikan resepnya pada Alaska.

Ia mengikuti semua caranya hingga Alaska berhasil membuat adonan cilok yang pas dan sausnya yang tidak terlalu pedas. Alaska berterima kasih banyak, besoknya ia berjualan di tempat yang sedikit jauh dari posisi bapak bapak cilok yang menjadi masternya.

Hari pertama berjualan cilok sungguh membosankan. Semua orang berlalu lalang tanpa ingin singgah dan membeli cilok Alaska.

Ia berteriak, "Cilok nih cilok nih, ayo beli, yang jual ganteng."

"Cilok level! Beli dong, Mas! Beli dong Mas, masa lewat aja."

"Lah kok situ maksa?"

Alaska mengerucutkan bibirnya. Hari pertama, ciloknya tidak laku. Gagal total. Semuanya basi dan tak bisa di makan lagi, Alaska bahkan kekenyangan hungga muntah makan cilok setiap hari terus, sisanya ia buang.

Alaska menatap gerobaknya, ia tau apa yang akan ia lakukan selanjutnya. Laki-laki itu menyulap gerobaknya menjadi lebih ekspresif dengan stiker warna warni dan gambar hologram sesuai tingkatan level cilok.

Bengkel Perut 88 Where stories live. Discover now