bagian 10 : perkara nasi uduk

13 4 1
                                    

Semua orang menertawai Ahad yang pipinya benyok sehabis di pukul oleh preman pasar di bioskop tadi. Di mobil pertama milik Ramos Batara, ada Pak Ramos dan istrinya, di bangku kedua Ahad dan Kemala, di bangku paling belakang Adis dan Alaska. Sementara sisanya berada di mobil Kang Jian.

Adis tertawa, "Lagian Ahad bisa-bisanya mukul preman pasar."

"Kan udah saya bilang saya kira itu cowo yang cungkring itu, eh tiba-tiba udah pindah dianya."

Alaska yang duduk di samping Adis sibuk memperhatikan Adis yang sedang tertawa puas melihat muka Ahad. Ia memandang Adis dengan dalam. Hidungnya yang lumayan mancung, kulit tidak terlalu putih, rambut seperti peri, iris mata yang indah, alis yang tak terlalu tebal, gigi rapi, bibir kecil sempurna tiba-tiba membuat Alaska terhipnotis seketika. Wait wait ... Apa-apaan ini? Apakah Alaska jatuh hati pada Adis? Ah, impossible. Alaska langsung memukul pipinya sendiri.

Adis yang menyadari tingkah Alaska pun mengerutkan dahi, ia mendekat dan bertanya, "Kenapa kamu Al?"

"Al?"

"Iya Al, nama kamu Alaska 'kan?"

Alaska menelan ludah saat Adis memanggil nama panggilan yang sering digunakan di keluarganya. Laki-laki itu menggeleng, ia merapikan tempat duduknya bersikap sok cool lagi. Istri Pak Ramos berbalik kebelakang, "Saya pengen pegang rambut kamu deh, Ahad. Kemarin saya gak sempat ke kantor."

"Hah? Masih ingat nya Bu?"

"Masih lah, kamu kira saya lupa?"

Ahad mencondongkan tubuhnya ke depan terpaksa merelakan rambutnya saat istri Pak Ramos mengusap usap rambutnya kasar. Perempuan itu mengelus perutnya, "Nah ini dianya Dek, namanya Pak Ahad. Lucu ya orangnya? Rambutnya juga lucu keriting-keriting gitu. Tapi kalau udah lahir nanti jangan kaya Pak Ahad ya, sayang."

Kemala tak bisa menahan tawanya mendengar penuturan Sekar. Ahad yang terkejut pun langsung melotot dan mendorong tubuh Kemala heboh.

"Wah wah, Bu Kemala senyum! Bu Kemala baru saja ketawa, fenomena macam apa ini?"

Kemala merapikan rambutnya, ia menatap Ahad datar, "Berisik."

Sedangkan di mobil Kang Jian, Jeje sibuk bermain dengan Zetta. Mayang mabuk, ia muntah di dalam plastik, Bening yang berada di sampingnya pun menutup mulut dan mata takut ikut mabuk juga.

Jinora yang hendak tidur terganggu, "Is, jorok bener sih lo Mayang. Pake acara mabuk segala. Padahal mal ke rumah makan cuma sepuluh menit."

"Amboi, ndak tahan le." Mayang bersandar lemas.

(Ya ampun tidak tahan lagi)

"Baru nonton bioskop, deket juga cuma beberapa menit atuh Teh. Kecuali perjalanan jauh." Jeje ikut menanggapi saat Zetta masih sibuk memandang ke arah luar jendela.

"Kita mau makan apa?" tanya Kang Jian.

Di mobil Pak Ramos, istrinya menjawab "Gak tau, makan apa ya?"

"Makan yang murah murah aja, belum gajian," jawab Mayang dari dalam mobil Kang Jian.

"Ya makan apa?" Di mobil Pak Ramos, Adis bertanya. Kemala hanya diam tak mengerti.

"Ngikut," jawab Ahad.

"Gimana kalau kita makan restoran yang dekat sini, ada gak?" tanya Alaska. Semua orang menatap Alaska. Ahad menoleh kebelakang dan memukul bahu Alaska pelan.

"Alaska, saya tau kamu milih di restoran karena mumpung di traktir Kang Jian. Tapi kamu harus mikir, kalau di traktir itu kita pilih makanan yang murah aja."

Pak Ramos menatap mereka dari kaca, ia ikut menanggapi, "Iya Alaska, kalok kau gak punya uang ke restoran, jangan lah gaya-gayaan pengen kesana apalagi pake uangnya Kang Jian. Kalok memang mau, besok ku traktir makan di restoran bintang lima ya? Kasian pulak aku nengok kau lama-lama. Di rumah kau makannya apa memang?"

Alaska ingin menyahut, namun Adis sudah terlebih dahulu tertawa kecil mendengar ucapan Pak Ramos. Alaska mengerutkan dahi menatap Adis, Adis justru tetap tertawa melihat tampang Alaska yang polos tak tau apa-apa.

"Kenapa?" tanya Alaska tanpa suara.

Adis menggeleng, masih tetap menertawakan Alaska.

Pak Ramos menjawab telepon nya yang berdering, ia mendekatkannya di telinga, "HALO?!"

Alaska, Adis, Kemala, dan Ahad langsung mundur kebelakang dan memegang dadanya karena terkejut. Suara Pak Ramos menggelegar membuat yang lain geleng-geleng kepala.

Sekar menoleh kebelakang dan menyengir, "Maklum," katanya.

Sedangkan Ahad sibuk merapikan rambutnya dengan kaca kosmetik milik Bu Kemala, Pak Ramos sudah selesai dengan teleponnya.

"Katanya kita makan di warung kecil di perempatan, di sana murah. Kalian mau makan apa?" tanya Pak Ramos.

"Aku pengen nasi uduk, Pah," jawab Sekar.

"Adis gimana? Ahad? Kalian mau apa?" tanya Pak Ramos lagi sambil menyetir.

Adis bergumam, "Saya gak suka nasi uduk, mau pesan mi aja nanti."

"Kau Alaska? Nasi uduk mau?"

Alaska mengerutkan dahinya, "Nasi uduk? Apa itu?"

Adis memukul dahinya, sangking terkejutnya Ahad berbalik kebelakang menatap Alaska yang hanya diam di pandang oleh Ahad, "Kamu tidak tau apa itu nasi uduk? Nasi uduk itu kalau orang Jawa bilangnya no rice. Uduk nasi. Uduk itu tidak, nasi itu nasi, jadi tidak nasi hahaha."

"Jadi apa kalau bukan nasi? Sup?" tanya Alaska.

Ahad memukul dahinya seperti Adis, "Kenapa bisa orang Indonesia tidak tau apa itu nasi uduk? Aduh, hancur dunia."

Pak Ramos tertawa, "Alaska Alaska ... kasian kau ya, apa Ibu kau gak punya uang untuk beli nasi uduk. Ya udah, nanti kita beli ya?"

Alaska menggaruk pipinya tak mengerti. Lagi-lagi Adis menertawakannya. Alaska mendekat ke arah Adis dan berbisik, "Adis, saya ingin bertanya. Kalau mau pesan nasi uduk langsung pesan atau reservasi dulu?"

***
Bersambung

#OutfitBengkelPerutnyaAdis10

#OutfitBengkelPerutnyaAdis10

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Bengkel Perut 88 Where stories live. Discover now