bagian 6 : peluncuran aplikasi terbaru

16 6 1
                                    

Di ruang rapat, kesepuluh anggota tim pengembang termasuk Manager Umum—Kemala dan juga Manager Eksekutif, Ramos Batara duduk berhadapan mendengarkan penjelasan Hilda Adistia.

Perempuan dengan rambut yang diikat bawah dan kemeja biru muda itu mulai menerangkan mengenai perencanaan pembuatan aplikasi terbaru untuk tahun mendatang.

"Sebenernya memang sudah ada aplikasi untuk penyandang disabilitas seperti tunanetra, tunawicara dan tunarungu. Namun dalam hal itu, aplikasi nya terpisah-pisah sehingga pemilik aplikasi nya pun berbeda-beda. Pada kali ini, saya ingin meluncurkan satu aplikasi yang dimana bisa membantu penyandang disabilitas, namun digabung ketiga langsung. Jadi ini penampilan awalnya." Adis mengganti slide nya. Memperlihatkan tampilan awal aplikasi ide rancangannya. Terdapat logo L bersamaan huruf O. Dibawahnya ada bundaran kecil gambar tangan seseorang, telinga, dan juga mata.

Adis melanjutkan, "Liveon.id."

"Ketika dibuka, akan ada tiga pilihan untuk penyandang disabilitas. Di bagian atas, untuk tunanetra, nantinya saya berencana untuk membantu orang-orang yang rabun maupun tunanetra dengan menyediakan fitur-fitur menarik seperti membantu membaca teks, memberi informasi mengenai jumlah uang yang dipegang, menyortir surat. Selain itu pengguna nya juga bisa memindai jenis makanan apa yang akan dikonsumsi dengan cara mendeteksi nya lewat barcode. Nantinya juga akan ada kandungan kalori dan ingredient dari makanan tersebut."

"Apakah semua makanan?" tanya Kemala.

"Bisa semua makanan terdeteksi asal memiliki barcode. Namun tidak semua makanan bisa terdeteksi ingredientnya, jadi untuk komposisi hanya makanan tertentu saja. Boleh saya lanjut?"

"Ya. Silahkan," ucap Ramos Batara.

Adis mengganti slide nya, "Option yang kedua, di bawah disabilitas tunanetra, ada tuna rungu x tuna wicara. Jika kita mengkliknya, kurang lebih tampilannya akan seperti ini. Namun, saya belum sepenuhnya menyelesaikan ide ini. Jadi saya berharap teman-teman pengembang yang divisinya sama dengan saya bisa membantu saya menyelesaikan ide ini, termasuk bagian desain. Juga kepada Manager untuk mengacc proposal saya. Option yang kedua, akan ada penerjemah gerakan bahasa isyarat kepada pengguna untuk mengubah teks menjadi gerakan 3D dalam bentuk aplikasi, di bagian ini saya sangat membutuhkan desain 3D yang benar-benar bagus, dan tentunya saya berharap Ahad dan Jeje ingin membantu."

"Selain itu juga berfungsi untuk mentranskrip pembicaraan secara langsung, saya berharap nantinya penyandang disabilitas tunarungu tetap bisa berkomunikasi. Cara kerja di bagian ini bisa mengetik tulisan maupun merekam suara kemudian akan langsung diterjemahkan, selain itu juga memiliki fitur kebisingan. Jika terdengar suara dengan hologram lebih tinggi, maka aplikasi akan memberikan notifikasi bagi penggunanya."

Alaska membatin, "Kalau serius gini manis ya."

"Apa nya manis? Kopinya kemanisan?" tanya Ahad.

Alaska mengerutkan dahinya, perasaan ia mengucapkan dalam hati. Mengapa laki-laki Ambon itu tiba-tiba berkata demikian? Adis dan yang lainnya pun ikut menatap ke arah Alaska.

"Ah, e-enggak. Maksudnya desain mejanya minimalis."

"Oh, minimalis," beo Ahad.

Ramos Batara membuka suara, "Alaska, Ahad, Jeje, Kang Jian, kalian masuk tim Adis untuk pengembangan aplikasi Liveon.id. Namun sepertinya kita akan membutuhkan waktu lama. Bagaimana jika kita fokus ke aplikasi grosiran.id terlebih dahulu. Bulan lalu sudah kita diskusikan 'kan? Bagaimana? Siapa product ownersnya?"

Kang Jian mengacungkan tangan, "Saya, Pak."

"Baik, silahkan bagaimana perkembangannya."

Kang Jian berdiri dan memberikan beragam foto tampilan aplikasi yang akan diluncurkan sebentar lagi.

Bengkel Perut 88 Where stories live. Discover now