11. Tidak Pulang

11.1K 398 7
                                    

Memilih untuk tidak pulang dan menghabiskan malam di kediaman Diandra, adalah cara Bumi menjauh dari permasalahannya untuk sejenak. Suasana di meja makan semalam, sebelum ia pergi menyusul Ansara yang berada di kamarnya untuk menerima pengobatan, nyaris membuat kepalanya pecah.

"Kamu ini sebenarnya bisa dipercaya gak sih, Bumi? Masa istrimu bisa sampai begitu dan kamu gak tahu? Memang kalian gak saling ngobrol? Kamu gak cek dulu tangannya? Pas kejadian kamu dimana sampai gak tahu?". Ucapan Mama Bumi, membuat sang lelaki seakan kehilangan lidahnya, sebab tak mampu menjawab.

Bumi hanya mampu mengingat-ingat secukupnya, adegan pada saat ia baru saja pulang ke rumah dan menemui perban di tangan Ansara. Memang, saat itu ia sempat heran, namun mana ia pedulikan?

Ucapan Gepa malam itu, adalah yang membuat Bumi frustasi, menyebabkannya sampai tak ingin melihat wajah Ansara dulu untuk beberapa lama. "Kalau sekali lagi saja, Gepa temukan hal yang merugikan Ansara dan kamu gak tahu, silahkan angkat kaki dari perusahaan yang sedang kamu pimpin itu, Bumi. Sementara itu, introspeksi diri, perhatikan istrimu".

Siang harinya, ia habiskan untuk bekerja, sedang malamnya, Bumi memilih pulang ke pelukan Diandra. Jangan tanyakan perihal urusan ranjang, tentu saja mereka melakukannya sesekali. Di mata Bumi, Diandra bukan Ansara, sedang Bumi memang jelas mencintai Diandra. Terlebih, ia adalah lelaki normal yang juga memiliki kebutuhan.

Bila dilihat dari kacamata pernikahan normal, Bumi memang terbilang manusia brengsek dan tak tahu diri. Tapi, baginya, pernikahan ini adalah status belaka. Bumi sama sekali tak peduli. Dan bila dilihat dari kacamata hubungan Bumi dan Diandra, justru, Bumi terbilang seorang yang cukup setia. Sebab, dengan kehadiran Ansara ditengah mereka pun, Bumi sama sekali tak tergoyahkan. Cintanya terus saja berporos pada seorang Diandra, tidak terpengaruh barang sedikitpun.

"Hari ini kamu bisa ke kantor? Bawa tim mu aja, biar gak mencurigakan. Nanti kita ketemu sebentar di ruangan saya. Hari ini soalnya saya bakal sibuk, full sampai malam, takutnya kita gak sempat ngobrol malamnya". Ucap Bumi sembari mengenakan sepatunya, berbicara lembut pada sosok Diandra yang kini tengah merias diri di cermin.

Diandra berpikir sejenak. "Hmm.. Nanti aku kabarin deh, soalnya aku lumayan heavy juga hari ini. Takut gak keburu mampir ke kantormu".

Usai mengenakan sepatunya, Bumi bangkit dan berjalan mendekat kearah Diandra. Lelaki itu kemudian tersenyum, menatapi sang gadis melalui cermin di hadapan mereka. "Cantik". Ucapnya, sebelum membubuhkan kecupan di puncak kepala sang gadis dan memeluknya erat. "Ayo lah, kamu sudah jarang datang ke kantor semenjak hari itu".

Diandra memutar bola matanya. "Gimana gak jarang? Semenjak kamu nikah, mata-matamu dimana-mana. Tiap mau ketemu kamu, aku berasa teroris yang lagi di intai sama intel, tau gak?".

Bumi menghela nafasnya. "Maaf, sayang...".

Diandra lantas mengatupkan bibirnya, pun memutar dirinya untuk balas memeluk Bumi, kekasihnya itu. "Nanti aku datang ke kantor. Udah sana, berangkat. Katanya ada meeting BOD? Nanti telat".

Disana, Bumi tersenyum. Satu suara di benaknya terdengar, membuatnya kembali bertanya-tanya sendiri.

Bukankah saat ini, dirinya dan Diandra, jauh lebih pantas untuk disebut sebagai pasangan suami istri?

———

Ansara gusar sekali beberapa hari ini.

Selepas perdebatannya dengan Bumi malam itu, Ansara tidak lagi bisa menemui wajah sang lelaki, bahkan berhari-hari setelahnya. Malam itu, Ansara harus pulang sendiri dengan bantuan salah satu driver milik keluarga Bumi sebab lelaki itu ternyata telah lebih dulu pergi meninggalkannya.

ANSARAWhere stories live. Discover now