51. Mie Yamien

9.3K 345 45
                                    

Seseorang menepuk pundak Bumi yang tengah duduk di ruang tunggu ICU RS Astorial, tempat dimana Gepa tengah mendapatkan perawatan akibat serangan jantung yang terjadi. Sebenarnya, Gepa memang sudah diindikasi mempunyai penyakit jantung sebelumnya, namun memang jarang sekali kambuh, malah nyaris tak pernah.

"Ini Mama bawain teh, diminum dulu. Bi Mai sempet bilang kayaknya belum makan apa-apa". Ucap sang Mama, menyodorkan segelas minuman hangat, berikut ikut duduk dengan sang anak di bangku ruang tunggu.

Bumi menerima sodoran itu, meneguk sekali, lantas kembali menunduk. "I'm sorry, Ma. I caused this mess".

"What exactly happened, sayang? Can you tell Mama? Kenapa sampai orang seperti Ansara minta cerai? Did you two fight?". Tanya Mama Bumi lembut.

Bumi menggeleng lemah, sama sekali tak berani menaikkan pandangannya, hanya terus menunduk selama menjawab. "Engga. Justru itu kenapa Bumi juga syok. She was totally fine, until the day she threw our divorce papers towards me. Bumi bener-bener kaget. Karena gak ada tanda-tanda Ansara akan melakukan itu selama ini".

"Pertanyaan Mama, apa yang menyebabkan itu, Bumi? Kenapa An sampai mau cerai?". Sambung sang Mama, menimpali.

Bumi mengetatkan rahangnya, merasakan sesuatu mengganjal di tenggorokannya. "Bumi.. Kecewain dia, Ma".

"I have a confession to you, about..". Lelaki tersebut kemudian menatap kearah wanita disampingnya, wanita yang sudah mengenalnya sejak kecil, yang ia tahu pasti akan mengenalnya jauh lebih dari siapa pun di dunia. "Diandra. I still have a relationship with her. All these times, selama pernikahan ini, Bumi masih tetap jalin hubungan sama Diandra, Ma".

Netra sang Mama membesar seketika. "Diandra? The woman that you brought to us in the hope to cancel your wedding? Perempuan yang kami udah larang kamu pacarin itu?".

Bumi memalingkan wajahnya, kini kembali menatap ke lantai. "Maaf, Ma. I was a fool. But what do you expect from me? Coba Mama ada di posisi Bumi. Mama selama ini udah cinta sama Papa, you were both madly in love. Tapi tiba-tiba, Mama diminta Gepa untuk nikah sama orang yang gak Mama kenal, wouldn't you do the same?".

Bumi kembali menatap kearah sang Mama. "Bumi gak pernah tahu kalo orang yang Bumi nikahin, itu orang seperti Ansara. Kalo Bumi tahu, Bumi gak akan segan mengakhiri hubungan sama Diandra sejak sebelum nikah. Karena gak akan ada lagi perempuan seperti Ansara, Ma. She's just.. Everything a man could ever asked for. Everything a husband could ever wanted from his wife".

"Maaf ya, sayang. I'm sorry that this happened to you. Percaya sama Mama, I know exactly how it feels". Sang Mama menyentuh kepala Bumi, mengelus helai rambut sang anak lembut. "Originally, the plan was for me. Seharusnya, perjodohan itu jatuh ke Mama, dan Bapaknya An. But Gepa was too late, karena waktu itu, waktu Gepa menyampaikan permintaannya ke Bapaknya An, ternyata beliau udah punya pilihan sendiri. Jadi, Mama sebenernya ngerti gimana rasanya jadi kamu. Karena waktu itu, Mama sempat mengalami gimana rasa takutnya memulai kisah sama orang yang gak Mama kenal. Yang ternyata gak terjadi".

Bumi menoleh, menatap serius pada sang Mama. "What about Papa? Memang Mama belum kenal Papa saat itu?".

Sang Mama tersenyum, masih terus menyugar rambut Bumi pelan. "Papa udah sama Mama. Dan Papa siap berpisah sama Mama kalau memang perjodohan itu terjadi. Karena menurut Papa, apa yang memang gak selaras dengan takdir, akan pergi juga. Jadi, kalau memang ujungnya Mama gak berakhir sama Papa, ya memang karena takdir. Dan kami sudah menerima itu".

Takdir.

Dan bodohnya, Bumi tidak pernah menerima takdir yang tuhan gariskan untuknya.

Lelaki itu kembali menundukkan kepalanya, merasakan perih menyeruak di hati. "I'm so sorry, Ma. Maaf karena Bumi selalu bertindak dengan keras kepala dan gak berpikir panjang..".

Sang Mama kembali menepuk pundak anak lelakinya. "Gak ada yang bisa kita lakuin sekarang. Kita berdoa aja supaya Gepa cepat siuman dan kondisinya membaik, ya? Sementara itu, kamu udah tahu sekarang An dimana?".

Bumi menggeleng. "Bumi belum bisa telfon An.. Bumi malu. Bumi udah kelewatan, dan untuk dengar suaranya aja rasanya gak akan kuat. Bumi ngerasa bersalah karena selama ini udah perlakuin Ansara buruk".

"Tapi dia masih istrimu, Bumi...". Balas Mama Bumi. Helaan nafas terdengar menyusul dari sang wanita. "Sebelum persidangan selesai, status Ansara masih istrimu, sayang. Kamu masih punya kesempatan untuk perbaiki, dan buat Ansara batalin gugatannya. Kamu masih bisa berusaha".

Bumi menutup wajahnya dengan kedua tangan. "Tapi apa mungkin Ansara mau maafin semua kelakuan Bumi, Ma? Bumi udah perlakuin An semaunya selama pernikahan, ditambah kenyataan Bumi yang masih berhubungan sama Diandra dibelakang dia, I don't think she will ever forgive me".

Sang Mama tersenyum. "Kamu lupa yang kita omongin ini Ansara, ya?".

Bumi lantas menoleh, mengerutkan kening karena tak menangkap maksud sang Mama. "Maksudnya?".

"Yang kita bicarain ini Ansara, sayang. Kamu dan Mama kayaknya sama-sama tahu sebaik apa dia. She's no ordinary woman. Bahkan jika dibandingin Mama, kayaknya kesabaran dan positifnya Ansara, jauh lebih tinggi dari Mama. You know her well, right?". Ujar sang Mama.

Wanita itu lantas menepuk pundak anaknya dan meramatnya kuat. "You love her, Bumi. Mama tahu semenjak sering lihat cara kamu natap An. Mungkin, selama ini, kamu nggak sadar. Tapi, Mama udah merawat kamu dari kecil. I know every details about you, and everytime you look at her, your eyes speaks. Jadi, memangnya kamu mau kehilangan orang yang kamu cintai itu cuma karena takut minta maaf?".

———

Galaksi menemukan harum dari arah dapur kafe, lelaki itu lantas melongok kedalam, menemukan Ansara yang tengah membelakanginya, begitu sibuk dengan dunianya sendiri. Galaksi tak tahan untuk berjalan mendekat dan mengintip kegiatan yang Ansara lakukan. Ia pun berdecak kagum. "Wih, kamu bikin mie ayam?".

Ansara terlonjak kaget. "Aduh, kaget, Mas. Iya, ini lagi bikin mie yamien. Khas Bandung loh, kampungnya An. Mas Gala suka makan mie yamien, gak?".

"Suka, kok. Saya sering makan. Didepan apartemen saya dulu ada yang jual, tapi udah gak pernah kelihatan lagi". Balas Galaksi, lantas berinisiatif mengambilkan dua buah mangkuk untuk mengasistensi Ansara.

Ansara tersenyum, lantas mulai mengisi kedua mangkok di hadapannya dengan mie ayam dan menghias dengan kondimen yang menggugah selera. "Nah, jadi, nih. Kamu mau pakai kecap gak, Mas?".

"Enggak usah, saya gak suka". Balas Galaksi lagi.

Ansara mengangguk. "Oh, oke. Soalnya kalo mas Bumi suka pak....". Netra sang gadis membesar seketika, menyadari bahwa alam bawah sadarnya membawa nama itu kembali ke bibirnya. Ansara bergerak gelisah setelahnya.

"Bumi? Itu nama suamimu?". Ujar Galaksi tertarik, menaikkan sebuah alisnya.

Ansara menaruh botol kecap kembali di meja dapur, gadis itu menghela nafasnya berat. "Iya, Mas".

"Well, interesting. Dia Bumi dan saya Galaksi, kira-kira kamu mau pilih yang mana untuk ditinggali?". Sambar Galaksi, berucap retorik.

Namun, Ansara tentu saja tak mengerti maksud sang lelaki. "Maksudnya, Mas?".

Galaksi terkekeh setelahnya. "Bercanda, An. Gak usah dipikirin. Udah, ayo makan. Saya laper nih. Kebetulan banget kamu masak, tadinya memang saya mau ajak kamu makan dulu".

Dengan sigap, Galaksi membawakan dua mangkok penuh itu dan menaruhnya diatas salah satu meja kafe yang kini telah kosong. Kafe mungil yang biasanya ramai itu, kini sudah kembali kosong saat malam menjelang. Membuat sunyi mengisi menemani kedua manusia yang kini tengah asik berbincang sambil menikmati mie yamien hasil tangan Ansara.

Berulang kali, Galaksi memuji hasil masakan Ansara, terkejut lantaran sang gadis ternyata begitu berbakat di dapur. Berulang kali juga, Galaksi melontarkan canda, memicu tawa yang saling bersahut.

Malam itu, Galaksi seakan mengguyuri Ansara dengan segala hal yang belum pernah sang gadis terima dari Bumi di sepanjang pernikahannya. Dari Galaksi, Ansara merasakan kehangatan dan juga apresiasi.

Bukan hanya itu, bahkan segala bentuk afeksi yang Ansara pernah dambakan dari suaminya, Bumigantara, ternyata ada pada sosok Galaksi.

Membuatnya bertanya-tanya sendiri di dalam
benak.

Apakah selama ini, An sudah salah mempercayakan hati?

ANSARANơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ