27. Terluka

13.1K 486 64
                                    

Seribu bunga yang bermekaran di hati Ansara semenjak kemarin, membuat sang gadis bersemangat bukan main saat menyiapkan makan malam untuk Bumi. Sepanjang memasak, Ansara tak henti memegangi bandul di kalungnya, menyembunyikan senyum layaknya orang yang baru mengenal cinta. Dengan mengenakan apron merah mudanya, gadis itu bergerak kesana kemari, mengiris bumbu dapur, menumis, bahkan menyiapkan snack manis sekaligus.

Saking banyaknya yang dikerjakan, Ansara sampai tak menyadari betapa lelahnya ia. Berulang kali menyeka keringat di pelipis, namun senyumnya tetap terukir. Sebentar lagi, jam biasanya Bumi tiba dirumah, Ansara sudah mulai hafal setelah sekian lama bersama. Sengaja memang ia memilih memasak dekat dengan waktu makan, agar saat Bumi datang, semua hidangan itu masih hangat dan siap langsung disantap.

Tak lupa, Ansara juga menyiapkan air dan jus, lengkap dan sehat sekali menu makanan hari ini, sama seperti hari-hari biasanya. Memang, tidak ada jera bahkan setelah berulang kali terjadi penolakan dari sang lelaki untuk Ansara.

Bi An yang sudah pulang lebih dulu, membuat Ansara perlu tenaga ekstra menyelesaikan pekerjaannya itu. Menata piring-piring cantiknya, lengkap dengan sendok dan garpu, gelas, serta mug khusus kopi milik Bumi yang ia siapkan kalau-kalau sang lelaki butuh melanjutkan pekerjaan.

Ansara menghela nafasnya usai meletakkan piring terakhir di meja, melirik jam dinding untuk memastikan bahwa ia tepat waktu. Sang gadis tersenyum, memilih membuka celemek yang melingkarinya dan bergegas mandi. Meredakan lelah dengan air hangat berikut mempercantik diri untuk seroang Bumi.

———

Seharian ini, Bumi kacau sekali. Penyebabnya adalah kalah tender yang terjadi didepan matanya. Padahal  ini adalah tender besar yang sudah perusahaannya nanti-nanti. Pembangunan gedung pencakar langit di Doha, Qatar. Saking frustasinya, Bumi sampai melempar ponselnya ke lantai, membuat layarnya retak. Berkas di mejanya pun berantakan, sebagian dihempas ke lantai sebagai bentuk kekesalan.

Ditambah, pikirannya tentang Diandra yang ternyata benar-benar menghilang darinya, makin membuat keadaan hatinya kusut. Bumi yakin, setelah mendengar kabar kekalahan tender itu, Gepa akan segera menghubunginya, dan mempertanyakan kapabilitasnya, membuatnya makin jauh dari tujuan awal untuk menjadi pemegang perusahaan.

Suasana hati Bumi yang begitu mengerikan, membuat tidak ada satupun pekerja berani mendatanginya bahkan untuk sekedar meminta tanda tangan. Lelaki itu juga tak kunjung keluar dari ruangan, menetap didalam dan membuat sekitarnya berdesas-desus akibat bingung.

Bumi baru keluar dari ruangan saat hari menjelang malam, memutuskan untuk langsung turun ke lantai bawah, masuk kedalam mobil, dan berkendara pulang. Tadinya, Bumi ingin mampir ke salah satu bar di dekat rumah, ingin sekali melampiaskan amarah dengan alkohol. Tapi, niat itu ia urungkan. Bumi memilih untuk menikmati alkohol di rumah nanti, sebab tidak bisa mendengar bising bar yang mungkin membuat kepalanya makin berdenyut.

Lelaki itu masuk kedalam rumah dengan wajah kerung, tanpa basa-basi langsung menuju kedalam ruang kerjanya untuk menjalankan niat, yaitu minum sebanyak mungkin hingga kepalanya ringan dan lupa. Tapi, baru melangkah masuk ke ruang kerja, Bumi sudah dibuat makin geram. Penyebabnya adalah aroma makanan yang bercampur dan masuk ke ruang kerjanya yang memang dekat dengan dapur.

"Ansara!". Panggil Bumi lantang, cenderung kasar, membuat Ansara terburu-buru turun dari lantai atas, kemudian menemui Bumi.

Ansara yang sama sekali tak mengetahui suasana hati Bumi, tersenyum saat menemui sang suami. "Iya, Mas? Maaf aku habis mand..".

"Apa-apaan sih kamu?!". Bentak Bumi, membuat Ansara menghentikan ucapannya seketika. Bumi menunjuk kedalam ruang kerjanya. "Ruangan saya jadi bau makanan begini, pasti kerjaanmu kan?!".

ANSARAWhere stories live. Discover now