26. Pemberian

7.7K 360 19
                                    

Diluar keinginan, hari ini, Bumi perlu meninggalkan gedung kantor bahkan jauh sebelum jam kerjanya selesai. Alasannya ialah ajakan Mama Bumi yang hari ini memintanya turut serta menghabiskan waktu dengan makan diluar berikut agenda menemani sang Mama belanja bersama. Sebuah kebiasaan bulanan yang selalu terjadi. Namun kali ini berbeda, sebab Ansara juga turut serta bersama.

"Tolong batalin meeting saya sore ini, geser ke besok aja semua". Ucap Bumi pada sekertarisnya, Bianca.

Bianca mengangguk. "Siap, Pak".

"Thanks, Bianca. Titip tolong telfon saya kalo ada urgent". Ucap Bumi, kembali berpesan sebelum masuk kedalam lift untuk segera bergegas keluar gedung.

Dengan lebih dulu menelepon ponsel Ansara, Bumi mulai mengendarai mobilnya. Suara sang gadis terdengar dari ujung sana, "Halo, Mas?".

"An, saya udah jalan. Siap-siap sekarang ya". Balas Bumi, mengecek keadaan maps yang menunjukkan peta jalan. "Gak macet kayaknya. Harusnya dua puluh menit juga sampe".

"Iya, ini An udah siap kok, Mas. Udah nunggu di teras". Ucap Ansara.

Bumi mengerutkan keningnya. "Ngapain? Saya kan masih dijalan. Tunggu aja dulu didalam".

Suara kekehan Ansara terdengar setelahnya. "Gak apa-apa, seneng kok An dari tadi nikmatin angin sama lihat bunga di halaman rumah kita".

Bumi menggeleng heran. "Terserah kamu aja, lah, An. Ya, udah, saya tutup dulu telfonnya. Mau fokus nyetir".

"Iya, Mas. Hati-hati ya? Jangan ngebut". Balas Ansara, memberi jeda sebelum kembali berucap. "Aku sayang kamu, Mas Bumi".

Setelah mengucap kalimat itu, Ansara langsung memutus panggilannya, tidak menanti jawaban Bumi sebab tahu bahwa ia tidak akan mendengar jawaban dari kalimat cintanya tadi. Bumi sendiri sempat terbengong di kursi kemudinya, memproses apa yang telinganya dengar barusan. Detik selanjutnya, lelaki itu terkekeh. "Ck. An, An. Manusia polos kayak kamu kayak ngerti aja ngomong begitu. Gampang banget bilang sayang. Aneh".

———

"Maaf ya, Mas, tadi gak ngeh kalo gak kamu klakson". Ucap Ansara segera saat menaiki mobil Bumi.

Pandangan Bumi langsung tersita saat melihat Ansara mencepol rambutnya asal, sebagian anak rambutnya yang tak ikut terikat menempel di tengkuk sang gadis, membuatnya terlihat..

"Mas? Kok gak jalan? Ada yang ketinggalan?". Ucap Ansara, membuyarkan lamunan Bumi dan langsung membuatnya berdeham.

"Nggak". Bumi lantas memalingkan pandang, memilih mulai tancap gas guna menghilangkan pikiran anehnya. Tapi, aroma parfum bunga-bungaan milik Ansara, tak ayal membuatnya kembali menoleh. Ke arah wajah cantik yang kini merona alami, nampaknya efek kepanasan karena terlalu lama berada diluar rumah.

Yang ditatap malah tak menyadari, sibuk melihat ke jalanan didepan yang tak begitu ramai mobil. Ansara membuka pembicaraan. "Mama udah duluan jalan, Mas?".

"Udah, tadi saya telfon katanya udah di La Patrez". Balas Bumi, merujuk pada mall tempat mereka bertemu nanti.

Ansara lantas menoleh pada Bumi. "Oh, iya. Keadaanmu gimana? Pengarnya udah hilang? Ngaruh gak minuman yang An kasih tadi pagi?".

"Udah. Udah gak kerasa apa-apa". Balas Bumi singkat, kini memilih ikut menatap jalanan, sebab rasanya tak boleh terlalu lama matanya jatuh di wajah cantik Ansara.

ANSARAWhere stories live. Discover now