48. Tidak Ada Lagi Alasan Bertahan

14.7K 535 47
                                    

"An mau minta cerai, Mas".

Kalimat yang tercetus dari bibir Ansara, membuat Bumi membeku di tempatnya, bertepatan dengan itu, matanya menatap lekat kearah berkas di tangan. Berkas perceraian mereka.

"Didalam map itu, berkasku udah lengkap, kamu tinggal lengkapi punyamu aja. Kalau sudah, nanti aku yang akan lanjut urus prosesnya supaya gak ganggu kerjaanmu". Lanjut Ansara tenang.

"Maksudmu apa, An?". Sahut Bumi tak percaya, lantas melempar berkas tersebut keatas meja. "Saya gak ngerti. Apa alasannya tiba-tiba kamu mau kita cerai?".

Ansara tidak lagi memasang senyum seperti hari-hari kemarin, eskpresinya terlihat tegas. "Menurutmu, Mas? Bukannya kamu yang lebih bisa menjawab sebab aku menginginkan perceraian?".

Bumi meneguk salivanya, merasakan getaran di hatinya lantaran perkataan Ansara barusan seakan menyasar pada satu hal. Dan ketika sang gadis kembali membuka ucapan, detik itu juga, Bumi merasakan jantungnya seakan berhenti berdetak.

"Aku udah tahu mengenai hubungan kamu dan Diandra, Mas".

Ansara terlihat begitu tenang saat mengucapkannya, rautnya tidak menunjukkan sedih, tidak pun penuh amarah. Gadis itu menegapkan duduknya, kemudian kembali bersuara. "Aku tahu kamu punya hubungan sama dia sejak sebelum kita menikah, dan itu berlanjut sampai sekarang".

"Ansara..". Bumi buru-buru memotong, hendak memberitahu bahwa sebenarnya saat ini hubungan itu sudah resmi berakhir.

Tapi, Ansara mengangkat tangannya, menyetop omongan sang lelaki. "Berhenti, Mas. Ini giliranku bicara. Selama ini, aku selalu mendengarkan setiap kamu bicara kan?".

Ucapan itu sukses menyegel kembali mulut Bumi, membuat sang lelaki terdiam.

Setelahnya, Ansara melanjutkan bicaranya. "Selama ini, aku selalu punya pertanyaan di kepalaku. Semenjak hari pernikahan kita, hari dimana aku menerima kamu sebagai suamiku, aku bersumpah di hadapan tuhan untuk mencintai kamu seumur hidup. Dan sumpah itu bukan cuma terucap, tapi juga aku upayakan. Aku belajar mencintai kamu, menerima kamu seutuhnya sebagai laki-laki yang tuhan pilihkan. Aku perlakukan kamu selayaknya seorang suami yang aku cintai sepenuhnya, meski saat itu aku masih belajar".

Ansara menjeda bicaranya, menarik nafasnya yang terasa berat sebelum melanjutkan. "Tapi aku gak pernah menerima hal yang sama dari kamu. Kamu terus memperlakukan aku buruk, seakan-akan aku yang menginginkan pernikahan ini terjadi. Padahal yang sebenarnya terjadi, adalah sebaliknya. Keluargamu yang menginginkan pernikahan diantara kita, Bumigantara".

Netra Bumi membesar saat mendengar Ansara memanggilnya dengan nama, tanpa ada embel-embel 'Mas' seperti biasanya. Sungguh, ia tercengang.

"Kalau kamu merasa kamu adalah satu-satunya korban di pernikahan ini, mungkin kamu lupa, kalau aku juga korban. Pernikahan ini, sama sekali bukan kemauanku. Dan justru karena pernikahan ini, aku mungkin kehilangan kesempatan untuk bersama dengan lelaki yang benar-benar bisa mencintaiku seumur hidup". Lanjut Ansara. Meski suaranya mulai bergetar, namun rautnya tetap terjaga datar. "Pertanyaan akan kenapa kamu selalu memperlakukanku buruk, dan gak bisa mencintaiku bahkan setelah kita tidur bersama, itu terus terulang
di kepalaku setiap aku bangun tidur. Hingga akhirnya, aku mendapatkan jawabannya setelah aku tahu, kalau alasannya sebenarnya sederhana. Yaitu, karena kamu sudah mencintai seseorang yang sengaja kamu sembunyikan".

ANSARAWhere stories live. Discover now