35. Kencan?

7.1K 318 18
                                    

"Ganti baju, An". Ucap Bumi saat menemui Ansara di dapur, membuat sang gadis jadi tatap-tatapan dengan Bi Mai, kebingungan.

Masakan yang sudah nyaris semuanya jadi, akankah kembali masuk kedalam kulkas?

Setelahnya, Bumi berjalan mendekat kearah meja makan, mencomot sebuah pangsit goreng berisi ayam dan udang giling yang Ansara buat dengan bantuan Bi Mai. Matanya membulat setelah makan sebuah, lantas mengambil beberapa lagi dan mengunyahnya sembari menatap kearah Ansara. "Ayo, An, kok bengong?".

"Ayo, apa, Mas? Kok tiba-tiba ayo?". Balas Ansara, makin kebingungan.

Bumi lantas bertolak pinggang. "Ganti baju, Ansara. Saya mau ajak kamu keluar".

"Hah?". Ansara makin bingung, pasalnya, permintaan tiba-tiba dari Bumi itu bertolak belakang dengan pikirannya yang mengira Bumi akan berakhir meminta haknya malam ini setelah insiden tadi. Ansara lantas meminta Bi Mai untuk menaruh piring makan ke area belakang dapur.

Setelahnya, Ansara berjalan mendekat kearah Bumi. "Bentar, Mas. Kamu mau ajak aku pergi? Kita mau kemana? Kamu gak mau makan dulu?".

Bumi menatap Ansara dengan eskpresi gemas, bercampur malas. "Banyak banget pertanyaannya. Mending kamu ganti baju dulu, nanti saya jelasin di jalan".

Ansara berakhir mengedip bingung, sebelum berjalan menjauh, hanya beberapa langkah, dan kembali setelahnya. "Bajunya yang gimana, Mas? Aku harus pake baju formal gak?".

Bumi tak kuasa menahan perasaan gemasnya saat melihat wajah bingung Ansara, lantas, lelaki itu menyentil kening sang gadis tanpa aba-aba, membuat Ansara terkekeh. "Terserah, senyamanmu aja. Udah, sana, cepet".

Ansara berlarian kecil menuju ke lantai atas setelahnya, memilih setelan dress putih bermotif bunga, dengan sepatu flats berwarna hitam yang membuatnya terlihat begitu anggun. Padahal mungkin, harga pakaian Ansara tidak seberapa, bukan datang dari brand-brand ternama seperti pakaian milik Bumi. Tapi, nyatanya sudah mampu membuatnya terlihat sebegitu cantiknya.

"Aku udah siap, Mas. Jadi, kita mau kemana?". Ucap Ansara, menatap dengan mata bulatnya.

Dan disanalah kedua manusia itu sekarang, restoran burger favorit Bumi sejak kecil yang letaknya di dekat danau Floss. Butuh waktu setengah jam demi menempuh perjalanan hingga mencapai restoran tersebut. Restoran kecil yang tidak terlalu ramai dan juga bahkan tak megah.

Ansara membaca-baca isi buku menu, kemudian menghela nafasnya panjang. Sebab tak terlalu mengerti dengan isi menu yang ditulis dengan bahasa asing. Bumi yang melihatnya diam-diam terkekeh. "Kenapa? Bingung ya baca menunya?".

Ansara mengangguk, menunjukkan raut bingungnya. "Iya, Mas. Ini bahasa apa sih? An gak ngerti, gak ada gambarnya juga...".

Bumi lantas memanggil pelayan, mengorder beberapa menu, sebelum mengembalikan pandangnya pada Ansara. "Ini aslinya saya pertama coba di Los Angeles, California. Waktu kecil, saya sempat kesana, terus dibawa Gepa makan disana. Dan saya suka. Tiga tahun lalu, ternyata, dia buka cabang di sini, untungnya gak banyak yang tahu, jadi gak ramai restonya. Gak kayak yang di LA".

Ansara mengangguk, mendengarkan cerita sang suami dengan seksama, terkagum sendiri dengan kisah masa kecil Bumi yang menurutnya mengesankan. "Kenapa kamu tiba-tiba ajak aku kesini, Mas?".

"Pengen aja, udah lama sebenarnya saya pengen kesini. Cuma lupa terus". Balas Bumi santai.

Tak lama berselang, pelayan datang untuk mengantarkan minuman mereka. Sekaligus makanan pendamping berupa kentang goreng dan saus mayo yang merupakan favorit Bumi.

Sang gadis mengulum senyumnya, menatap presensi Bumi disampingnya yang kini memilih setelan kasual untuk makan malam mereka. "Ini.. Kencan bukan, Mas?".

ANSARAWhere stories live. Discover now