49. Dibalik Semua

12.4K 400 19
                                    

Ansara memang seorang yang sederhana, namun jangan lupakan fakta bahwa ia adalah seorang yang cerdas.

Menitikberatkan pada hati, namun tidak mengesampingkan logika.

Dari pandangan mata diluar, Ansara mungkin hanya seorang gadis polos yang menikah karena perjodohan, diduakan, dan bersikap bodoh karena tetap memilih tinggal di hubungan itu.

Nyatanya tidak. Ansara tidak sebodoh itu untuk membiarkan dirinya terbuai dengan angan-angan tanpa ada persiapan untuk kemungkinan terburuk.

"Ansara". Panggil seseorang disana, menyambut kehadiran sang gadis.

Ansara turun dari taksinya, menggeret koper besar yang ia bawa dari rumah Bumi. Selama di perjalanan, Ansara hanya sibuk terdiam, tidak sekalipun menangis ataupun membiarkan airmatanya jatuh lantaran airmatanya terasa sudah mengering. Hatinya pun terasa mengeras, tak lagi selunak dulu, efek akibat terlalu banyak mendapatkan rasa sakit dan perlakuan tak menyenangkan.

"Mas Gala". Sapa Ansara, mengangguk dan membawa senyum di wajahnya tatkala menemukan Galaksi yang tengah berdiri di depan bangunan rumah.

Galaksi ikut tersenyum. "Gak nyasar kan tadi? Petunjuk arahnya gampang kan?".

"Enggak, kok, Mas". Balas Ansara, lantas menatap bangunan rumah yang tak terlalu megah, namun terlihat nyaman di hadapannya. "Ini rumahnya, Mas?".

Galaksi mengangguk, lantas mempersilahkan Ansara untuk masuk ke rumah tersebut. "Iya, Masuk, An. Kemarin, saya udah minta orang bersih-bersih, jadi pasti bakal lebih nyaman untuk kamu tinggalin".

Ansara melangkahkan kakinya kedalam bangunan itu, bangunan yang luasnya mungkin hanya setengah dari rumah milik Bumi yang sebelumnya ia tinggali. Rumah itu terlihat sederhana, mirip rumah milik keluarga Ansara di Bandung, namun nyaman. "Ini beneran An bisa langsung tinggal sekarang, Mas?".

"Ya, bener dong, An. Kan kita udah deal-dealan harga juga kemarin". Balas Galaksi.

Menatap ruang-ruang yang tertata rapi, membuat angan Ansara mengingat rumah yang sebelumnya ia tempati. Pikirannya melayang ke hari itu, tepatnya sehari setelah Ansara mengetahui kenyataan selama ini bahwa Bumi telah mengkhianati pernikahan mereka.

Saking hancurnya hati Ansara kala itu, rasanya sampai tak tergambarkan. Bagaimana segala dedikasi dan ketulusannya menjalani rumah tangga yang sejatinya tidak ia kehendaki, nyatanya harus berakhir dengan rasa sakit akibat pengkhianatan yang Bumi lakukan secara diam-diam dibelakangnya.

Bukan hanya permasalahan perselingkuhan, dengan kejamnya, Bumi juga secara tidak langsung menjadikan Ansara alat untuk mencapai sesuatu yang diinginkan. Padahal, selama pernikahan itu, Ansara hanya menerima semua, menjalani takdir yang tuhan gariskan dengan tulus, berupaya mencintai makhluk yang tuhan kirimkan untuk menemaninya sampai mati kelak.

Tapi, lelaki bernama Bumigantara Dhiagatri itu, tidak menganggapnya sama. Pernikahan mereka yang sah di mata negara dan agama itu, baginya hanyalah sebuah peran yang harus ia ambil, demi meraih sesuatu yang diinginkan. Dan dibalik peran tersebut, Bumi memiliki kehidupannya sendiri, yang tersimpan rapat dan tak terdeteksi, hingga saat tuhan membiarkan Ansara mengetahui kenyataannya.

Gadis itu banyak sekali menghabiskan airmata. Pasalnya, segala perlakuan buruk dan tak menyenangkan yang ia terima sejak awal pernikahan, rasanya jadi masuk akal setelah mengetahui fakta bahwa selama ini Bumi hanya memanfaatkan Ansara dan tak sungguh-sungguh menganggap pernikahan mereka nyata.

Bisa-bisanya Ansara terbuai, bahkan berpikir bahwa Bumi benar-benar jatuh padanya lantaran pada akhirnya mau menidurinya. Padahal, setelah dipikir dengan akal sehat, hal itu merupakan hal yang wajar. Sebab Bumi juga merupakan seorang lelaki normal dan sehat, yang terpaksa tinggal di bawah satu atap yang sama dengan seorang perempuan. Dan tentunya memiliki kebutuhan yang harus dipenuhi.

ANSARAHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin