33. Menyesal Mengenalmu

12K 406 56
                                    

Bumi terbangun dari tidurnya dalam keadaan yang membingungkan. Semalam suntuk, lelaki itu kesulitan tidur, uring-uringan sendiri karena tak bisa mengusir pemikiran tentang Ansara dari benaknya. Bumi baru berhasil benar-benar tertidur saat waktu menjelang pagi, dan betapa menyiksanya ketika kini, ia kembali terbangun saat matahari bahkan belum menunjukkan wajahnya.

Pemandangan wajah damai Ansara yang tertidur disampingnya, langsung membuat Bumi terpana sendiri selama beberapa saat. Lelaki itu memperhatikan detail wajah mungil didepannya dengan lekat, mengagumi bagaimana seseorang masih bisa terlihat begitu cantik saat tertidur. Tanpa sadar, jemari Bumi bergerak, tak tahan untuk tak menyusurkan punggung tangannya di pipi sang gadis yang masih juga memejam.

Ansara memang begitu cantik, Bumi sebenarnya sudah menyadarinya sejak pertama mereka bertemu. Bahkan, lelaki itu ingat ia perlu mengalihkan tatap berulang kali saat mereka berdiri bersama di altar pernikahan. Sebab pada hari itu, wajah cantik Ansara yang dirias sedemikian rupa, berpadu dengan gaun putih yang menunjukkan belahan di dadanya, merupakan godaan bagi jenis manusia bernama laki-laki manapun di dunia.

Netra Bumi, mau tak mau kembali pada bibir mungil kemerahan yang kemarin sempat ia cicipi. Lelaki itu tanpa sadar menelan saliva, sebab keinginan untuk kembali merasakan manis bibir itu berhasil merayap dalam seketika.

Tidak.

Bumi tidak boleh kalah dengan nafsu.

Bumi harus ingat, bahwa dirinya memiliki Diandra.

Pada akhirnya, Bumi kembali memejamkan matanya, menghindari seluruh pikiran gila yang terus saja menghantui lantaran dihadapkan dengan seorang Ansara yang seakan memiliki kekuatan magis terhadapnya. Buru-buru, Bumi menarik kembali tangannya dari pipi sang gadis sebelum membangunkannya.

Saya gak boleh berkhianat dari Diandra lebih dari ini. Kemarin itu jelas kesalahan, tidak boleh sampai terulang.

Batin Bumi terus bersuara, merutuki diri sebab tak mampu berpikir dengan jernih disaat seperti ini. Bumi sadar, jika saja saat ini ia berada dalam pernikahan normal, tentunya bukan merupakan dosa jika melakukan sentuhan fisik dengan istrinya sendiri. Namun, situasinya memang berbeda. Pernikahan mereka bukan jenis pernikahan normal seperti yang biasa terjadi. Dan Diandra adalah seseorang yang harus ia prioritaskan, sebab ialah pasangan Bumi sebenarnya. Bukankah begitu?

Apa ini alasannya orang bisa selingkuh?

Apa memang godaan untuk selingkuh itu tidak bisa ditahan?

Bumi kembali membuka matanya, mendapati presensi Ansara sekali lagi yang masih tertidur lelap. Pikiran Bumi terus berputar, menanyakan hal-hal penting di kepalanya yang masih sulit ia pahami.

Tapi kalo kamu orangnya, An.. Kalau saya punya perasaan sama kamu, istri saya sendiri, apa itu terbilang selingkuh? Sebenarnya mana yang terbilang selingkuh? Saya dan kamu? Atau saya dan Diandra?

Bumi memijat jidatnya sendiri, merasakan pening di kepalanya karena pertanyaan yang tak bisa ia jawab. Entah bagaimana alasannya, Bumi pun juga masih tak mengerti. Namun, yang jelas, kini hatinya terasa perih. Perih sekali.

Saya kira semua akan mudah, An. Saya kira, saya hanya akan menunggu waktu perceraian kita. Tapi, kenapa sekarang serumit ini?

Bumi menelan salivanya sekali lagi, merasakan getir di lidahnya yang kini kelu.

Kalau tahu saya akan terjebak dengan hal seperti ini, rasanya saat itu saya lebih baik memilih melepas semua kemungkinan untuk menikah dengan kamu. Saat itu, seharusnya saya kabur keluar negeri saja dengan Diandra dan merelakan perusahaan serta pabrik Gepa tidak jatuh ke tangan saya. Jadi, kamu gak perlu terjebak dengan saya, dan saya gak pernah harus mengenalmu.

ANSARAWhere stories live. Discover now