Part 41

2K 61 0
                                    

"Kenapa?"

"Suster bilang harus ada yang di operasi dan butuh biaya yang lumayan. Lily lupa lagi apa nama penyakitnya,"

"Emang dasar pelupa," Azhar mencubit hidung Lily gemas.

Lily sudah menceritakan semuanya dengan Azhar langsung mendukung kebaikan Lily.

Mereka bercanda gurau sembari menonton dengan Azhar yang selalu menjahili Lily.

"Lily tau tentang surat al isra ayat 7?"

"Yang artinya, 'Jika berbuat baik, (berarti) kamu telah berbuat baik untuk dirimu sendiri'. Gitu bukan Om?" Lily menatap intens wajah Azhar yang tampan menurutnya.

Baru nyadar ni Lily bahwa suaminya memang tampan.

"Iya bener, jadi jangan pernah ingin balasan dunia tetapi hanya mengharapkan balasan dari Allah semata." Lily mengangguk.

"Yuk tidur."

>><<

Ke esokannya Lily sudah siap dengan seragamnya begitu juga Azhar.

"Om ayok cepet nanti Lily telat!"

"Ly ini baru jam enam, nyubuh banget," kekeh Azhar turun dari tangga.

"Lily ada piket jadi harus nyubuh,"

"Ya udah ayok, berangkat!"

Tidak butuh waktu lama Lily sampai di Sekolahnya.

"Om, Lily pamit Sekolah. Di jalannya jangan ngebut!"

"Iya Ly, kalau ada apa-apa langsung telepon aja," Lily mengangguk.

Sesampai di kelas Lily di suguhkan Hera, Fia, Gina yang sedang menyapu.

"Woyy, kenapa lo baru datang?" teriak Hera.

"Macet,"

"Macet di jalan, apa di dalem mobil?" celetuk Fia.

"Jangan buka 4ib! Kasian tu muka udah mer4h gitu," ujar Gina membuat Lily semakin bak kepiting rebus.

Waktu sudah menunjukkan jam pulang Lily sedang bertelepon dengan seseorang di area parkiran.

"Ya udah Om, Lily nunggu bang Riyan aja soalnya se arah. Assalamualaikum!"

Lily sedang bertelepon dengan Azhar karena dia juga akan ke Rumah sakit untuk bertemu dengan ibu yang di tolong oleh Lily.

"Ly pulang bareng!" ajak Rekshan membuka helm full face nya.

"Sebelumnya terimakasih, tapi maaf Lily di jemput,"

"Di jemput siapa?"

"Abang."

>><<

"Dimana ruangannya?" tanya Lily sudah sampai Rumah sakit

"Di lantai 8 ruangan VIP nomor 79."

"Makasih mbak,"

"Sama-sama dek."

Sesampai di lantai 8 Lily mencari ruangannya.

"Mas, boleh numpang tanya?" tanya Lily ke satpam yang menjaga pintu ruangan VIP.

"Silahkan dek!"

"Boleh antar saya ke ruangan nomor 79."

"Mari dek!"

Lily mengikuti satpam dari belakang dengan pikiran mengapa orang menyebutnya dengan sebutan adek.

'Emang sebocil itu sampe orang-orang nyebut gue adek, dek, gak sekalian dede sayangku,' batin Lily kesal.

Sampai di depan ruangan Lily masuk ke dalam tidak lupa dengan mengucap salam.

"Wa'alaikumsalam, silahkan duduk!" balas ibu itu berdiri mempersilahkan Lily duduk.

"Gak usah bu,"

"Adek ini siapa namanya?" tanya Lily ke anak kecil lelaki anak dari ibu itu.

"Nama aku Reydan," ucap anak lelaki itu karena sudah sadar setelah kemarin malam di operasi.

"Nama kakak Lily,"

"Makasih nak Lily sudah menolong kami,"

Lily mengangguk tersenyum. "Sama-sama bu,"

"Saya akan membayar semuanya setelah uangnya terkumpul."

"Ibu tak perlu memikirkan tentang itu saya sudah ikhlas, karena kita sesama makhluk Allah sudah seharusnya saling menolong."

>><<

Sesudah menjenguk Reydan, Lily langsung ke ruangan Azhar.

"Assalamu'alaikum, Om!"

"Wa'alaikumsalam, masuk Ly." balas Azhar dari dalam.

Lily masuk ke dalam ruangan ternyata sudah ada Dokter yang lain sedang makan siang bersama.

"Sini duduk Ly!" Lily mengangguk duduk di sebelah Azhar.

"Har ini kayak bukan adek lo," ujar Dokter bername tag Heri.

"Buat gue ajalah." tempal Dokter Teo.

"Ini istri gue, namanya Lily!" ucap Azhar dengan wajah datarnya.

"Sorry, gue gak tau. Soalnya lo gak undang gue,"

"Namanya juga privat." dua Dokter itu mengangguk.

Mereka pun makan siang bersama dengan Azhar menyuapi Lily membuat kedua temannya serasa menjadi nyamuk.

"Ly saya ada operasi, kamu tidur aja."

"Iya Om. Lily juga ngantuk,"

DOCTOR MY HUSBAND Where stories live. Discover now