Part 45

2.1K 61 0
                                    

Ke esokannya Lily sedang di ganti perban oleh Azhar.

"Om pelan-pelan perih," lirih Lily.

"Sebentar lagi selesai, jangan ceroboh lagi dan jangan karena kamu gak takut sampai ngorbanin diri sendiri." tutur Azhar menasehati Lily.

Azhar berkata lemah lembut tapi yang di dengar oleh Lily seperti orang yang sedang marah.

"Om marah sama Lily?" Azhar menggeleng.

"Sudah selesai! Kamu tidur lagi saya ada jadwal operasi."

"Om jawab Lily dulu! Om marah?"

"Saya tidak marah, saya takut kamu kenapa-napa."

Ceklek!

"Assalamu'alaikum!" ucap Dena bersama Azil memasuki ruangan Lily.

Sontak keduanya membalas dalam lirih.

"Mamah bawa ikan goreng!" pekik Dena langsung duduk di kursi sebelah bangkar.

"Kalian kenapa?" tanya Dena melihat raut wajah Lily.

Mereka berdua menggeleng bersama dengan tersenyum.

"Hyung di tunggu ruang operasi sama kak Ima." Azil membuka suara karena tadi sebelum ke ruangan Lily bertemu dengan Ima.

"Hm, iya."

"Mah, Azhar nitip Lily sebentar,"

"Ly, saya ke ruangan operasi dulu. Setelah selesai langsung ke sini."

Azhar pergi melakukan operasi meninggalkan Lily bersama Dena dan Azil.

Lily di suapi oleh Dena walau Lily sudah menolak tetapi Dena keukeuh menyuapi Lily membuat rasa tak enak di hatinya.

"Makasih Mah, maaf merepotkan," Dena tersenyum dan mengelus pucuk kepala Lily yang terbalut hijab.

>><<

Azhar sudah kembali dari ruangan operasi hanya sekitar 1 jam dengan waktu yang singkat.

"Sayang, Mamah sama Azil pulang dulu. Kamu jangan lupa makan ingat ada calon bayi," pamit Dena berlalu pergi dari ruangan di ikuti Azil.

Lily tak mengerti maksud ucapan Dena. "Om maksud Mamah gimana? Lily gak ngerti,"

Azhar duduk di bangkar sebelah Lily sembari tersenyum. "Mamah bilang kamu harus jaga kesahatan karena kamu sedang hamil," tutur Azhar membuat Lily terharu.

"Jadi jangan ceroboh lagi ya!" Azhar mengelus pucuk kepala Lily.

"Lily janji gak akan ceroboh lagi, Lily minta maaf."

>><<

"Assalamua'alaikum, sayangnya abang," pekik Laskar memasuki ruangan Lily.

"Wa'alaikumsalam."

"Lanjut makan aja Azhar gak perlu berdiri!" Azhar akan menyambut kakak iparnya tetapi Laskar menahannya.

"Tante!" pekik anak Laskar dari belakang.

"Qila, sini duduk!" Qila menghampiri Lily dan duduk di sebelahnya.

"Mamah gak kesini?" Qila menggeleng.

"Kenapa?"

"Mamah ngeberesin Rumah yang kata Mamah seperti kapal pecah," Lily terkekeh.

"Oh ya sudah Qila mau,"

"Assalamu'alaikum kami datang membawa rombongan." potong seseorang memasuki ruangan untung saja Azhar dan Laskar sudah keluar untuk mengobrol.

"Siapa sih tante berisik banget?" tanya Qila.

"Temen tante,"

"Se rt?" celetuk Qila karena yang menjenguk Lily lumayan banyak termasuk Gina, Hera dan Fia.

"Ly udah mendingan?" tanya Rekshan ikut menjenguk.

"Alhamdulillah," jawab Lily dengan datar.

"Kita semua cuman bawa buah-buahan ini gak ada yang lain," sahut salah satu yang ikut.

"Gak papa, makasih."

"Qila mau?"

"Qila pengen jeruk," Lily mengangguk dan mengisyaratkan Gina untuk membantunya.

"Biar tante Gina yang buka ya!" Qila menggeleng.

Semuanya menawarkan diri untuk membantu tetap Qila menggeleng hanya ingin Lily yang membuka jeruknya, Lily bukan tidak mau tetapi tangannya kesusahan dan masih sakit.

"PAPA ..." teriak Qila memanggil Laskar.

Laskar yang mendengar dari luar langsung masuk ke ruangan.

"Kenapa?"

"Qila pengen jeruk," Laskar mengangguk dan sudah mengerti kenapa tidak ada yang mau membantunya karena Qila tidak mudah berbaur dengan orang baru.

"Bang, kemana Om Azhar?"

"Pulang dulu sebentar, nanti ke sini lagi." Lily mengangguk.

"Kalian semuanya makasih sudah menjeguk Lily dan repot-repot bawa buah-buahan," Laskar mewakili Lily.

"Sama-sama,"

Mereka semua sudah pulang termasuk Laskar dengan Qila menyisakan Azhar dengan Lily di ruangan.

DOCTOR MY HUSBAND Where stories live. Discover now