Part 50

1.8K 55 0
                                    

Setelah makan Lily kembali lagi ke kamar karena Azhar langsung pergi ke rumah sakit.

"Pasti Om Azhar marah sama Lily," monolog Lily sudah berada di balkon.

Dringg!

Handphone Lily yang berada di atas meja terus bergetar dengan cepat Lily mengangkatnya.

"Wa'alaikumsalam Abang."

"..."

"Nanti Lily minta izin sama Om Azhar,"

"..."

"Maksa amat Abang,"

"..."

"In syaa Allah Lily usahain!"

"..."

"Wa'alaikumsalam."

Lily mematikan sambungan teleponnya.

>><<

Adzan maghrib berkumandang dengan cepat Lily mengambil air wudhu untuk melaksanakan salat.

Lily menumpahkan tangisannya di akhir dia berdo'a.

Ceklek!

Azhar membuka pintu langsung menampakkan Lily yang menangis tersendu-sendu dengan tangan yang menutupi wajahnya.

Mendekatinya di bawa kedalam pelukannya di elus pucuk kepalanya dengan sangat lembut.

Lily merasakan pelukan yang begitu hangat dan elusan yang begitu lembut langsung mendonggakan wajahnya ke atas terdapat wajah Azhar.

"Om kapan pulang?" lirihnya.

"Barusan, saya minta maaf karena telah membuatmu menangis."

"Gak perlu minta maaf, Lily tau pasti Om marah sama Lily,"

"Saya gak marah, saya hanya cemburu." ucap Azhar dengan menghapus air mata Lily yang mengalir.

"Om,"

"Hm, apa?"

"Lily besok boleh temenin Bang Riyan yang entah kemana,"

"Boleh gak ya?" balas Azhar sembari menoel-noel hidung Lily.

"Boleh ya!" mohon Lily.

"Iya deh boleh."

"Kuliah mau masuk fakultas apa?" tanya Azhar padahal Lily belum bilang mau kuliah atau tidak, ini langsung menanyakan mau masuk fakultas.

"Emang boleh?"

"Apasi yang gak boleh buat Lily sayangnya Azhar,"

"Gembel," ujar Lily

"Gombal Ly," tutur Azhar membenarkan.

"Lily dari dulu pengen masuk fakultas kedokteran kayak Om gitu,"

"Eh, alhamdulillah di kasih suami juga seorang dokter. Senengnya bukan kepayang," lanjut Lily.

"Nanti saya yang daftarin, kamu tunggu hasil seleksi saja. Okeyy!" Azhar mencubit pelan hidung Lily.

"Siap Om, makasih banyak."

>><<

Ke esokannya Lily sedang berada di Mall bersama Riyan dan membutuhkan bantuan Lily.

"Sebenernya Abang mau beli apa sih?" tanya Lily penasaran.

"Cincin," singkat padat dan jelas membuat Lily kaget mendengarnya.

"Mau nikahin anak siapa?"

"Anak orang lah, Ly. Gimana sihh?"

"Iya maksudnya siapa?"

Riyan membisikkan sesuatu dan Lily memasang kembali wajah kagetnya.

"Beneran?" Riyan mengangguk mantap.

>><<

Sesampai di toko berlian Lily memilihkan yang cocok untuk calon istri Riyan.

"Ni Bang, simpel dan sederhana." ucap Lily memberikan cincin yang menurutnya bagus.

"Bener tu Mas, bagus banget buat calon istrinya dan hanya ada satu model seperti itu!" sahut Mbak tokonya.

"Bungkus kalau gitu Mbak dan pilihin lagi satu buat adek kesayangan saya ini!"

"Enggak Mbak, jangan."

"Ini Mas," Mbaknya memberikan cincin pilihannya dan sama simpelnya.

Riyan langsung mengambil tangan kanan Lily dan memasangkan di jari tengahnya karena jari manis sudah terisi dengan cincin nikah.

"Mahal Bang," cicit Lily.

"Udah jangan di pikirin, Lily tunggu di luar nanti takut pingsan saat Abang bayarnya,"

"Iya bener, Lily keluar deh," Lily keluar karena takut syok untuk mendengar nominalnya.

>><<

Lily sudah kembali ke rumah dengan Azhar yang sudah ada di ruang tengah.

"Assalamu'alaikum Om!"

Azhar menjawab dalam lirih dan menyuruh Lily duduk di sebelahnya.

"Dari mana sama Riyan?"

"Mall,"

Lily bergelayut manja di lengan Azhar dengan Azhar yang mengelus lengan Lily.

Azhar merasa aneh saat jari tengah Lily ada cincin. "Cincin dari mana?"

"Bang Riyan beliin, Lily udah nolak.Tapi, namanya Bang Riyan pasti maksa."

"Tadi Bang Riyan beliin buat calon istrinya, Om mau tau siapa calonnya?" lanjut Lily membuat Azhar penasaran.

"Siapa hmm?"

"Adik ipar Lily,"

Azhar coba mencerna jawaban Lily hingga akhirnya mengerti. "Gina?" Lily mengangguk.

"Restuin gak?" Azhar mengangguk tersenyum.

DOCTOR MY HUSBAND Where stories live. Discover now