Part 43

1.8K 62 0
                                    

Azhar dan Lily tidur di kamar bawah dengan Lily yang terus memeluk Azhar.

"Saya mau ke kamar mandi dulu!" ucap Azhar melonggarkan pelukan.

"Ikut!" sontak Azhar membulatkan matanya.

"Ya udah ayok."

>><<

Ke esokan harinya adalah hari minggu membuat Azhar berada di Rumah menemani Lily.

"Om, Lily mau nanya?"

"Kenapa Om gak pernah marah Lily panggil dengan sebutan Om?" lanjut Lily menatap intens wajah Azhar.

"Saya tidak peduli dengan panggil apapun itu yang terpenting nyaman untukmu,"

"Terus, kenapa Om ingin nikah sama Lily?"

"Kenapa sekarang jadi cerewet?" ucap Azhar mencubit hidung Lily.

"Jawab Om!" Azhar mengangguk.

"Yang pertama kamu adalah orang yang berani memeluk saya selain keluarga saya dan kamu mempunyai daya tarik sendiri membuat saya kagum," tutur Azhar membuat Lily merasa bersalah.

"Maaf." cicit Lily.

"Tidak perlu minta maaf, saya juga mendapat jawaban untuk menikahimu dalam salat istikharah,"

"Lily merasa bersalah banget. Pasti Om sedang mencintai orang lain," Azhar tertawa kecil mendengarnya.

"Wanita yang saya cintai setelah Mamah dan Gina adalah kamu Ly."

Lily tidak bisa berkata-kata sehingga Allah mempertemukannya dengan Azhar, entah apa yang dia perbuat. Setiap hari Lily terus bersyukur dengan kehadiran Azhar dalam kehidupannya.

"Boleh peluk kamu, Ly?" cicit Azhar dengan senang hati Lily merentangkan tangannya.

Lily mengingat kembali tentang janji Azhar semalam.

"Om udah janji, ya!" Azhar mengangguk di dalam pelukan.

"Geli Om,"

"Astagfirullah mata Gina ternodai," pekik Gina masuk begitu saja.

"Makanya kalau buka pintu ketok dulu atau salam!" ujar Azhar tetap dalam pelukan.

"Om lepas malu tau,"

"Nasib jomblo memang begitu," celetuk Azhar sontak Gina membulatkan matanya kembali.

>><<

Di siang hari mereka bertiga pergi cafe untuk membeli es duren keju sesuai dengan janji Azhar.

"Nasib-nasib," ucap Gina mengaduk-ngaduk es duren kejunya.

"Om cobain, ya!"

Azhar mengangguk untuk menyenangkan Lily karena Azhar tidak suka durian apalagi dengan keju, dua makanan yang Azhar tidak suka.

"Enak Om?" tanya Lily dan Azhar mengangguk tersenyum berbeda dengan Gina yang memasang muka kusut.

'Semoga gue juga di pertemukan dengan lelaki seperti Oppa Azhar.' batin Gina.

>><<

Azhar dengan Lily sedang main ular tangga di kamar.

"Kalau Lily menang Om harus nurutin kemauan Lily."

"Gimana Om?" Azhar mengangguk sembari mengocok dadu untuk menentukan pemenangnya.

"Tapi jika saya menang kamu juga harus turutin kemauan saya." Lily mengangguk setuju.

Azhar mendapatkan angka 5 membuat yang tadi hampir menang karena tinggal 2 angka lagi harus mundur kembali.

"Om mundur lagi," pekik Lily.

"Sekarang kamu Ly,"

Lily mengocok dadunya untuk kemenangan Lily kekurangan 3 angka dan yang keluar adalah angka 3.

"Yeayy, Lily menang!" pekik Lily langsung memeluk Azhar.

"Kamu mau apa Ly?"

Lily mengetuk dahinya mencoba berpikir apa yang dia mau.

"Lily kelupaan satu pertanyaan pas siang tadi," ujar Lily dengan Azhar langsung menaikan alisnya.

"Kenapa Om gak minta hak dari Lily?"

"Hak?" beo Azhar.

"Hak batin maksudnya." Lily cengengesan sendiri karena bisa-bisa dirinya yang polos berkata seperti itu.

"Saya tidak akan pernah memaksa sampai kamu siap,"

"Kalau Lily siapnya malam ini gimana?" ucap Lily entah kehasutan apa.

Azhar menangkup kedua pipi Lily. "Saya gak mau nanti setelah itu kamu menyesal dan sampai kapan pun saya tunggu,"

"Om, Lily pengen jadi istri yang berbakti sama suami atau Om punya wanita lain sampai di ajak istri sendiri gak mau," tutur Lily membuat Azhar tersenyum.

Azhar memang menginginkan sejak lama tetapi dia mencoba menahan sampai Lily siap melakukannya tanpa paksaan sedikit pun darinya.

"Salat sunah dulu sebelum itu," Lily mengangguk antusias sampai berlari ke kamar mandi untuk berwudhu.

DOCTOR MY HUSBAND Where stories live. Discover now