Part 42

1.8K 57 0
                                    

Lily pulang sendiri dari Rumah sakit ke Rumah  karena Azhar masih banyak jadwal sampai larut malam.

Sesampai di Rumah Lily membersihkan tubuhnya, memasak dan makan.

Tekk!

Seluruh ruangan mati lampu saat Lily menaiki tangga sehingga tak seimbang dan terjatuh terguling ke bawah.

>><<

Di sisi lain saat Azhar isirahat untuk melanjutkan operasi lain perasaannya sudah tak enak tentang Lily.

"Dok, operasi 2 menit lagi di mulai!" ujar Ima saat masuk ruangan Azhar.

'Semoga kamu baik-baik saja tidak terjadi sesuatu.' batin Azhar.

"Dok,"

"Iya Ly?" ucap Azhar saat mendengar suara Ima.

"Saya Ima, Dok."

Azhar mencoba beristigfar untuk tenang  dan mengambil handphone untuk menelepon Lily.

>><<

"Rumah gelap banget biasanya Lily belum tidur," gumam Azhar melihat ke jam tangannya baru menunjukkan pukul 21:15.

Azhar masuk ke dalam Rumah karena tidak di kunci mencoba menyalakan saklar lampu tetap tidak menyala.

Tekk!

Rumah kembali menyala karena Azhar langsung mengecek ke kWh meter.

"Astagfirullah Ly," pekik Azhar langsung menggendong Lily di bawa ke kamar.

Lily membuka matanya perlahan dengan tangan memegang kepalanya yang terasa berdenyut karena terguling dari tangga.

"Udah baikan?"

"Hmm," Lily mengangguk.

"Kenapa bisa terjatuh dari tangga,"

"Tadi Lily naik tangga tiba-tiba mati lampu, Lily kaget dan gak seimbang jadi ya gitu terjun payung,"

'Biasanya kalau mati lampu semuanya tetapi ini hanya Rumah saya, aneh sekali dan harus mengecek kembali kWh meter,' batin Azhar.

"Om kenapa ngelamun? Lily baik-baik aja kok," Lily mencoba berdiri tetapi karena pusing membuatnya tidak seimbang dan terjatuh di dalam pelukan Azhar.

"Minum obat peredanya, biar kepalamu tak terlalu pusing." Lily mengangguk.

>><<

Ke esokan harinya badan Lily terasa remuk semua setelah terguling dari tangga dan baru kerasa pagi hari.

"Assalamu'alaikum Ly!" ucap Dena masuk ke dalam Rumah Lily.

"Wa'alaikumsalam." balas Lily menyalimi punggung tangan Dena.

"Mamah datang kesini di suruh Azhar sekalian bawa tukang urut."

'Kalau nolak gak enak, ya udah pasrah.' batin Lily.

"Oh iya Mah, terimakasih dan maaf kalau ngeropotin,"

"Gak papa Sayang, malahan Mamah seneng kalau di repotin."

"Ya udah mbak langsung ke kamar tamu!" ucap Lily mempersilahkan tukang urutnya.

'Awas, Om!' batin Lily.

>><<

Di malam harinya Azhar meminta maaf ke Lily karena tak menuruti kemauan Lily untuk tidak di urut.

"Maafin saya Ly, saya janji nanti beliin es duren keju!" mohon Azhar.

Lily tidak bisa menahan untuk makanan kesukaannya. "Lily maafin, besok beliin!" Azhar mengangguk.

Sifatnya yang dingin sekarang sudah mencair menjadi manja tak bisa lama jika di diamkan oleh Lily.

Tekk!

"Aaa ... Om" pekik Lily langsung melompat memeluk Azhar.

"Om kenapa tiap malem mati listrik terus, apa kWh meternya rusak?"

"Gak tau, besok saya panggil tukang listriknya." ujar Azhar.

"Lily tunggu di sini saya kebawah dulu,"

"Gak mau Om," Lily lebih mempereratkan pelukannya.

"Gak akan lama, sebentar!" ucap Azhar, Lily terpaksa mengangguk.

Azhar pun pergi ke bawah untuk mengecek meninggalkan Lily seorang di kamar.

Duarr!

Prangg!

Secara bersamaan suara pistol dan jendela kaca kamar pecah membuat Lily semakin ketakutan.

"Om, hiksss ..."

Lily menenggelamkan seluruh badannya dalam selimut.

"Ly, kamu gak papa?" mendengar suara yang familiar Lily langsung memeluk Azhar.

"Hikss, Om. Jendela pecah," lirih Lily dan memang benar jendela pecah dengan kaca yang beserakan.

Namun, ada  sebuah batu tepat di bawah kaki Azhar yang di selimuti kertas, Azhar mengambilnya dan membacanya.

'LILY HARUS MATI!'

Tulisan dengan menggunakan bolpoin berwarna merah membuat Lily semakin ketakutan akan teror itu.

DOCTOR MY HUSBAND Where stories live. Discover now