Part 55

3.8K 72 4
                                    

"Om, Om Azhar!" teriak Lily membuat Azhar yang berada di samping kaget mendengarnya.

Di elus pucuk kepalanya yang terbalut hijab untuk membangunkannya. "Ly,"

"Om, hikss,"Lily langsung memeluk Azhar dengan isakan tangisnya.

Azhar tidak langsung menanyakan kenapa, tetapi ia berusa menenangkannya hingga isakan tangisnya berhenti.

Di pegang pundak Lily dan di tatap oleh dengan tatapan lembut. "Kamu kenapa? Mimpi?" tuturnya dengan terukir senyuman di bibirnya.

Lily mengangguk. "Tadi Lily mimpi kalau Om mening--" Azhar langsung menempelkan jari telunjukmya menyuruh Lily berhenti berbicara.

"Saya ada di sini gak akan kemana-mana, anak kita laki-laki akan saya beri nama Azlan Kautsarrazky Al Kanafi."

Degh!

Lily terdiam karena nama dalam mimpinya terjadi menjadi nyata. "Gak suka namanya?"

"Suka Om, bagus!" Azhar mengangguk tersenyum.

"Istirahatlah, saya mau urus administrasi dulu."

"Om di sini aja ya!" Lily menatap Azhar dengan tatapan memohon.

Azhar mendekat dan duduk di samping Lily berada di atas bangkar. "Terimakasih sayangnya Azhar sudah lahirkan malaikat kecil yang sangat tampan," bisik Azhar.

"Lily juga terimakasih udah nerima semua kekurangan Lily."

"Itu sudah menjadi kewajiban saya karena sebagai pasangan di antaranya harus saling melengkapi satu sama lain,"

Di balik pintu ruangan ada beberapa orang yang sedang mengintip sekaligus mendengarkan obrolan sepasang kekasih itu di dalam.

Brakk!

"Astagafirullah!" lirih Azhar dan Lily.

Sontak ketiga sepasang suami istri itu bangkit kembali dengan wajah yang malu termasuk Dena dan Hendra yang ikut andil.

"Maaf," ucapnya serentak.

Lily dan Azhar saling tatap hingga terkekeh bersama.

>><<

Keluarga kecil yang di lengkapi dengan malaikat kecil membuatnya begitu lengkap dan harmonis.

"Om, Lily boleh minta lontong?"

"Ly, gimana kalau anak kita manggil saya dengan sebutan Om juga. Gimana hayoh?"

Lily menggeleng kuat. "Enggak boleh, itu cukup Lily aja yang manggil Om orang lain gak boleh termasuk anak Lily sendiri."

"Anak sendiri pasti manggilnya Ayah, kalau ponakan baru manggil Om,"

"Udah Lily pusing mikirin itu lebih baik Azlan manggil Lily dengan sebutan Bunda, bagus gak?" Azhar mengangguk tersenyum.

"Tadi mau minta tolong apa? Sebelum saya berangkat ke rumah sakit,"

"Air putih abis, mau jalan masih lemes." tutur Lily dan Azhar langsung keluar kamar untuk mengambil air.

>><<

Sepulang kuliah Lily langsung menghampiri anak kecil berumur 2 tahun sedang bermain dengan Azhar.

"Assalamu'alaikum Bunda pulang!" sahut Lily.

Sontak anak kecil itu menoleh dengan tatapan yang begitu bahagia, di ambil tangan Lily dan di raih punggung tangannya hingga di cium.

Grepp!

Lily berjongkok langsung memeluknya. "Alan udah makan?" tanya Lily ke anak kecil itu tidak lain Azlan Kautsarrazky Al Kanafi.

"Elum, Da."
(Belum Bunda.)

"Kenapa Mas belum makan?" Azhar yang fokus melihat ke arahnya langsung mendekat.

"Saya sudah paksa dengan cara apa pun tetap gak mau karena pengen sama kamu," Lily mengangguk paham.

Azlan sudah menunduk karena pasti Lily akan menesahatinya karena tidak menurut ke Azhar.

"Bunda udah bilang kalau kata Ayah suruh makan Alan harus nurut!"

"Aaf," lirih Azlan.
(Maaf,)

"Sekarang kita makan, Ayah yang masak. Kita nonton tv." Azlan langsung mengandeng lengan Lily untuk duduk di sofa.

Azhar hanya bisa pasrah dengan kelakuan istri dan anaknya yang sama persis tak ada bedanya.

>><<

"Ly, Alan. Makanan udah siap," ucap Azhar menghampiri ibu dan anak yang sedang menonton tv.

Azhar menggelengkan kepalanya pelan melihat Lily dengan Azlan yang sudah tertidur dengan berpelukan.

"Pengen saya jual, gemess," gumam Azhar terdengar Azlan.

"Yah ngin al Lan?"
(Ayah ingin jual Azlan?)

Azlan langsung menepuk pipi Lily untuk bangun, di buka matanya perlahan. "Apa Sayang?"

"Yah ngin al Lan," adunya.

>><<

Mereka bertiga makan bersama dengan sesekali Lily menyuapi Azlan.

"Ly, saya harus ke rumah sakit. Gak papa di tinggal?"

"Gak papa, hati-hati Mas."

"Gak leh gil as rus yah!" Lily terkekeh mendengarnya karena setiap dirinya memanggil Mas pasti gak boleh dan harus Ayah seperti Azlan memanggilnya.

"Iya Ayah hati-hati di jalannya, Azlan salim dulu." Azlan mengambil punggung tangan Azhar di susul Lily.

Azhar mencium keduanya secara bergantian hingga akhirnya berlenggan pergi.

"Ayah lupa!" teriak Azhar kembali ke dalam rumah.

"Apa?"

"Peluk!" Azhar merentangkan kedua tangannya di sambut hangat oleh Lily dengan Azlan.

Akhir yang begitu bahagia untuk keduanya, walau badai mencoba merusaknya tetapi ia tetap kokoh untuk bertahan.

Setiap kesulitan ada kemudahan, setiap ujian ada jawaban, setiap apa yang kita perbuat akan ada pertanggung jawabannya.

            _TAMAT_

Sampai di sini cerita DOCTOR MY HUSBAND yang begitu romantis yang in syaa Allah ada pelajaran di dalamnya, jika ada kata yang kurang sesuai atau menyinggung saya mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Terimakasih yang sudah mantengin dari part awal sampai akhir, semoga sehat selalu, dan di lancarkan rezekinya.

Ambil baiknya, buang buruknya!

DOCTOR MY HUSBAND Where stories live. Discover now