murung

4.6K 640 30
                                    

"Tinggal 3 hari ya?" ucap Caine sambil merebahkan diri ke kasur dan melihat ke langit langit kamar. Caine menghela nafas panjang.

Caine kembali duduk di pinggir kasurnya, karena mendengar ketukan di pintu. "Masuk" ucap Caine. Mia membuka pintu Caine perlahan. "Mamii.... " ucap Mia. "Iya? Kenapa Mia?" tanya Caine. Mia memeluk Caine. "Mami, aku tadi waktu tidur. Mimpi mami mau pergi jauh bangett. Udah say good bye gituu humm" ucap Mia dengan suara manjanya.

Caine menyadari. Dimana mana, insting anak kecil selalu kuat. Caine hanya bisa tersenyum sambil mengusap kepala Mia lembut. "Mia, mami Caine ngga akan kemana mana. Mami nemenin Mia terus disini. Nanti pasti ada saatnya mami bakalan pergi." ucap Caine dengan mata berkaca kaca. "Mami Caine mau pergi? Pergi kemana? Kalo mami pergi, Mia ikut" ucap Mia sambil menaruh kepala nya di paha Caine.

"Ngga bisa dong. Nanti kalo Mia ikut, yang jagain papi sama kakak kakak siapa? Nanti papi kesepian ngga ada Mia" ucap Caine. Kata kata Caine sedikit menenangkan Mia. "Tapi mami kalo udah pergi, jangan lupa pulang ya. Papi juga sedih kalo ngga ada mami." ucap Mia. Caine tersenyum. "Yaudah, kalo gitu aku mau main sama kak mako dulu. Nanti mami nyusul ya!!" ucap Mia sambil melambaikan tangan ke Caine lalu keluar kamar.

Pintu kamar tertutup kembali. Caine diam menunduk. Ia tak bisa membayangkan bagaimana sedihnya Mia ditinggal olehnya. Molly kembali muncul. "Kau harus terus mencoba. Perlahan lahan. Kau pasti bisa merelakannya" ucap Molly menyemangati Caine. Caine mengelus Molly dan berkata "akan ku usahakan."

Hari hari berjalan normal. Sisa 1 hari. Caine mulai tak ceria. Ia terlihat sangat murung dan tak bersemangat. Echi mencoba mencairkan suasana dengan tingkah anehnya. Tapi itu sia sia. "Mami kenapa? Kok sedih gituu?. Mami kalo mau curhat, curhat aja. Aku dengerin" ucap Selia menatap Caine dengan raut wajah ikut sedih. "Mami ngga papa. Mami cuman banyak pikiran doang" ucap Caine dengan senyum palsunya. "Mami mikir apa? Sampe segitunya" tanya Riji.

Rion sedang merokok. Semua anak anaknya berkumpul di depan Caine. Memajang wajah yang ikut bersedih. "Kenapa mukanya pada kayak gitu?" tanya Caine heran. "Abisnya mami, kayak gitu. Ngga bersemangat. Kita ada salah kah? Kalo ada, kita minta maaf " ucap Mia sambil memegang tangan Caine. "Ngga ada, aman aman" lagi lagi Caine menunjukkan senyum palsunya. "Yaudah, sini peluk peluk." Caine mengajak anak anaknya berpelukan.

Mereka berpelukan bak teletubbies. Rion melihatnya gemas. Caine melepaskan pelukannya. Tak sadar ia meneteskan air mata haru. "Ih, mami kok nangis? Kenapa?" tanya Echi sambil menghapus air mata Caine yang perlahan turun membasahi pipinya. "Mami cuma khawatir, kalo ini pelukan terakhir yang bisa mami rasain" ucap Caine sambil menghapus air matanya.

Ketika Caine berkata begitu, entah kenapa muncul perasaan khawatir di hati Rion. Rion memiliki firasat buruk tentang ucapan Caine. "Mami jangan gituuu. Kita selalu ada disini kok mi. Mami mau peluk kita kapan aja boleh." ucap Selia. "Iya" jawab Caine sambil menorehkan senyum di wajahnya.

"Yaudah, jangan sedih sedih lagii dong. Hari ini mau makan apa? Mami mau masak." ucap Caine mengakhiri acara sedih sedih itu. Suasana kembali ceria. "Apa aja boleh mami, yang enakk pokoknya" ucap Gin.

Caine memasak di temani cerita anak anaknya. Ketika makanan sudah siap, mereka makan dengan diiringi cerita lucu Krow Jaki dan Echi.

Love in another world (RionCaine) Donde viven las historias. Descúbrelo ahora