ngga sadar

3.2K 415 17
                                    

Ia memanggil kembarannya. Caine hologram muncul. Caine langsung menceritakan hal itu. Caine hologram mendengarkan dengan cermat. "Jadi, maksudmu. Kau merasa bahwa waktu terhenti sesaat ketika kau masuk ke ruangan itu. Lalu ketika kau keluar dari ruangan itu, waktu kembali berjalan sebagaimana mestinya?" tanya Caine hologram. "Ya" jawab Caine singkat.

"Aku belum tau pasti mengapa hal itu bisa terjadi. Mungkin ada hubungan nya dengan dinding transparan yang mencegah sinyal ku untuk masuk. Atau mungkin selama kau di ruangan itu, kau berpindah ke dunia lain?" ucap Caine hologram "mungkin itu hanya perasaan mu saja Caine. Sebenarnya semuanya baik baik saja." sambung Caine hologram.

"Nggak mungkin lah. Masa iya perasaan doang" jawab Caine tak percaya. "Ntah lah." ucap Caine hologram yang tak mau ambil pusing. "Yaudah, aku mau ke kamar dulu deh. Dadaa" ucap Caine sambil melambaikan tangan. Caine hologram pun menghilang. Di perjalanan, Caine bertemu dengan Key. "Mih, ada liat papi ngga?" tanya Key menghentikan langkah kaki Caine. "Nggak, mami dari tadi ngga ketemu papi. Kenapa?" tanya Caine.

"Ngga papa mih, soalnya tadi abis nganter mami pulang. Papi dapet telfon gitu. Trs langsung pergi. Ngga pamit mau kemana." jawab Key. Caine menatap Key dengan heran. "Yaudah, tunggu aja di ruang tengah. Mungkin abis ini pulang." ucap Caine sambil menepuk pundak Key.

"Mami ke kamar dulu yaa" pamit Caine kepada Key. Caine masuk ke kamarnya dan menutup pintunya. "Ntah kenapa perasaan ku ngga enak yaa. Jangan jangan Rion kenapa napa lagii" ucap Caine. Caine memanggil kembarannya. Setelah kembarannya muncul, "Caine, waktu dulu apa pernah Rion pergi tanpa berpamitan?" tanya Caine dengan wajah khawatir. "Kayaknya sering. Aku dulu ngga terlalu peduli" jawab Caine hologram.

Tak lama ada ketukan di pintu. Pintu di ketuk dengan tergesa gesa dan panik. Selia datang mengetuk pintu dengan panik. "Mih, papi mih...." ucap Selia setelah pintu kamar Caine terbuka. Selia menarik tangan Caine menuju ruang tengah. Di ruang tengah sudah ramai dengan anak anaknya yang lain. Caine melihat Rion terbaring di sofa ruang tengah dengan lebam di wajah dan juga luka goresan benda tajam di pipi kirinya.

"Ini tadi kenapa kok bisa gini?" tanya Caine dengan panik. "Tadi aku sama mako lagi main game di ruang tengah. Tiba tiba ada suara kayak benda jatuh gitu di luar. Pas aku cek, papi udah ngga sadar diri di depan pintu. Langsung aku bawa masuk ke sini sama mako" jawab Riji menjelaskan.

Rion masih terbaring tak sadarkan diri di sofa. Caine duduk di sofa dan memindahkan kepala Rion di pangkuannya. "Ambilin air es sama kotak P3K" suruh Caine. Gin mengambilkan kotak P3K, sedangkan Riji mengambil air es. "Tenang dulu, mami coba obatin" ucap Caine. Caine mengompres bagian yang lebam menggunakan air es.

Bahkan air sedingin es, tidak membangunkan Rion dari pingsannya. "Dulu, papi pernah kayak gini?" tanya Caine sambil membersihkan luka. "Ngga pernah mih, papi tuh orangnya ngga sembarangan ambil resiko buat bertarung. Papi selalu ngambil cara damai buat nyelesain masalah. Kalo emang cara damai ngga mempan, udah deh. Gelut mereka" jawab Mia.

"Key, ambilin selimut di kamar papi. Biarin papi istirahat di sini dulu sampai sadar" ucap Caine. Key langsung menuju kamar papinya. "Kalian ada kegiatan kah hari ini?" tanya Caine. "Kalo hari ini kosong mih. Besok aku mau servis mobil sama mau ganti beberapa partnya" jawab makoto. Caine mengobrol dengan ana anaknya sembari mengobati luka Rion. Setelah selesai, satu persatu anak anaknya mulai kembali ke kamar. Caine tetap menemani Rion di ruang tengah. Rion masih belum sadar. Caine mengelus rambut ungu gelap itu. 'Kok bisa sih sampe kayak gini' gumam Caine.

Caine menatap wajah Rion. Ia menempelkan pipinya ke kening Rion. Ntah apa maksudnya. Rion terbangun dan tersenyum. Rion mengelus rambut merah Caine. "Kamu ngapain sih?" tanya Rion. "Ngga papa, gemes aja" jawab Caine.

Love in another world (RionCaine) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang