⚠️

7.4K 670 79
                                    

Caine berlari mencari Rion. Caine berlari ke kamar Rion. Ia tak menjumpainya di sana. Ia menuju ruang kerja. Ia juga tak menjumpainya di sana. Caine mulai berpikir 'hm, jika Rion tak ada dimana mana. Biasanya dia merokok di depan jendela sambil menikmati angin malam' gumam Caine dalam hati.

Caine berjalan santai menuju ruang tengah. Ketika sampai, Caine melihat siluet laki laki dengan tubuh kekarnya. Dan benar saja itu Rion. Tebakan Caine benar, Rion tampak merokok di depan jendela sambil menikmati angin malam.

"Caine, mengapa kau selarut ini belum tidur? Apakah ada sesuatu yang membuat mu tak bisa tidur?" tanya Rion sambil menghisap rokoknya. "Uhh, tidak ada" jawab Caine perlahan mendekati Rion. Caine memeluk tubuh kekar itu. Membuat Rion terkejut.

"Caine?" tanya Rion. Caine menenggelamkan wajahnya di dada Rion. Rion membalas pelukan itu. Ia mematikan rokoknya. Mengelus rambut merah itu. "Ada apa hm?" tanya Rion dengan suara beratnya. Caine mendongakkan kepalanya.

Mata mereka saling memandang. Rion tersenyum. "Kenapa?" tanya Rion kedua kalinya. Dengan tangan masih mengelus rambut Caine. "Ion, mungkin ini pelukan terakhirku untukmu" ucap Caine tanpa melepaskan pelukan itu.

Rion melingkarkan tangannya ke pinggang Caine. "Kenapa gitu? Berarti habis ini kamu ngga meluk meluk aku kayak gini?" tanya Rion. "Iyalah" ucap Caine. "Kenapa?" tanya Rion.

Caine merasakan sesuatu yang aneh. Perlahan tangan Rion turun ke pantat Caine. Mendadak wajah Caine juga memerah. Suasana di sekitarnya juga mendadak panas. Rion meremas pantat Caine perlahan. Caine langsung sadar.

"Tumben banget kamu kayak gini ke aku. Kamu mau??" tanya Rion menggoda Caine. "N-nggak a-aku pengen ngomong sesuatu" jawab Caine sambil berusaha menghentikan tangan yang nakal itu. "Kita pindah ke kamar dulu gimana sayangg?" bisik Rion di telinga Caine.

Caine tak bisa melakukan apa apa. Tangan Rion masih tetap meremas pantat Caine. Rion mulai mengendus leher Caine. "Ayo, ngomong aja. Kenapaa hm?" bujuk Rion dengan masih melanjutkan aksinya. "A-aku....ahhh" kata itu tak sengaja keluar dari mulut Caine.

Rion terkejut. Baru pertama kalinya Rion mendengar Caine mendesah. "Kamu bisa ternyata kayak gitu. Kirain ngga bisa. Kalo mau ngomong, ngomong aja" ucap Rion sambil menggigit leher Caine. "R-rion...ahh.. Stop.... Hnghh" Caine masih mencoba berbicara. Badannya bergetar. "Ayo, lagii" ucap Rion sambil menjilat leher Caine.

Rion menghentikan aksinya. Kini badan Caine bergetar. "Kamu gini doang udah geter, gimana kalo udah main sama aku" ucap Rion dengan muka menyeringai nya.

Ketika Caine berhenti bergetar. Ia menatap Rion dengan tatapan lemah lalu

Cupp~

Caine mencium bibir Rion. Rion terkejut dengan reaksi barusan. Ketika Caine mulai melepaskan ciumannya. Rion menarik kepala Caine yang membuat bibir mereka saling bertemu. Rion memasukkan lidahnya ke mulut Caine. Membuat lidahnya beradu dengan lidah Caine.

Saliva mulai turun membasahi dagu Caine. Rion melepaskan ciuman itu. Bibir Caine yang basah dengan saliva nya membuat Rion nafsu. "Jadi pengen aku kan. Kita lanjut di kamar okeyy??" ucap Rion sambil menggendong Caine seperti karung beras. "Eh, turunin aku. Aku gamauu." ucap Caine memberontak. "Shh, nanti anak anak bangun" ucap Rion sambil menempelkan telunjuknya di mulut

Rion menuju kamarnya. Menjatuhkan Caine di kasur. Caine tau bahwa ini bukanlah hal baik. Rion membuka bajunya, kini ia bertelanjang dada. "Ion, pliss jangan" ucap Caine memohon. "Kenapa? Tadi kamu kan yang mulai" ucap Rion sambil membuka permen berukuran XXL. "T-tapi aku takut." ucap Caine sambil menangis.

"Gapapa, coba aja kamu kan baru pertama kali" ucap Rion sambil mengeluarkan miliknya. Caine bertambah takut karena melihat milik Rion. "Kamu baru tau kan? Punya ku segini" ucap Rion. "Ion, nanti sakit" ujar Caine tetap memohon. "Tenang aja, aku masukin cuma setengah." ucap Rion sambil memakaikan permen itu ke miliknya.

Rion menelanjangi Caine. Lalu Rion mengikat tangan Caine dengan tali ntah dari mana ia dapat tali itu. Membuat Caine sulit bergerak. Rion bersiap memasukkan pusaka itu. "Ion, pelan pelan aja yaa" lagi lagi Caine memohon. "Nggak lah, ngapain. Kalo pelan pelan, nanti kamu ngga banyak desahnya." jawab Rion dengan wajah usilnya.

"Ja-janga.... Ahhh" belum sempat Caine melanjutkan ucapannya. Pusaka itu masuk ke dalam. Rion menggenjot dengan sangat brutal. Membuat Caine kesakitan. "Nghh...... Ion..... Ahh" Caine mendesah. Membuat Rion semakin nafsu.

"Belum semuanya sayang, kamu lemah banget ih" ucap Rion menyambar bibir Caine. Caine tak berhenti mendesah, sesekali ia berteriak. Caine bercucuran keringat. "Aku masukin semuanya sayangg" ucap Rion dengan muka senang. "Janga.... AHHH!!" Caine berteriak. Karena benda itu benar benar masuk seutuhnya.

Setelah 3 jam, akhirnya hubungan itu selesai. "Hah.... Hah.... Aku pengen lagi sayangg." ucap Rion sambil mengelap keringat yang bercucuran di badan Caine. Tepat di dada Caine. Ada 3 karet penuh berisi benih benih cinta.

Caine sangat kelelahan. Ia tak menyangka dirinya akan berakhir seperti ini. Padahal niatnya ingin mencium Rion sedikit. Karena Caine kecapekan, ia tidur dengan nyenyak.

Rion menyadari bahwa Caine sudah tidur dengan nyenyak nya. Rion mencium pipi Caine. "I love you, Caine" bisiknya di telinga Caine. Rion kemudian mandi, dan mengelap badan Caine. Lalu menyelimuti nya. Rion tidur di sampingnya, dengan Caine di pelukannya.

Love in another world (RionCaine) Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz