gemes

3.5K 482 42
                                    

"Caine, bangun. Bangunlah" ucap Caine hologram membangunkan Caine. Suara itu membuat Caine terbangun. Ia melirik jam dinding, menunjukkan pukul 10 malam. Caine merasa haus. Ia memutuskan untuk meminum segelas air sebelum pergi ke perpustakaan. Ketika Caine akan menuju dapur, ia melewati ruang kerja Rion. Disana lampu masih menyala. Caine mengintip. Rion tampak sibuk dengan laptop di hadapannya. "Caine, masuklah" ucap Rion.

Caine terkejut karena Rion menyadari dirinya sedang mengintip. Caine masuk ke ruangan itu. "Ada apa?" tanya Rion. "Tak ada, tadinya aku ingin menuju dapur untuk minum air" ucap Caine. Rion menutup laptopnya. Dan beralih memandang Caine yang berdiri di depannya. Rion memandang Caine sangat lama. Caine merasa bahwa dirinya tak ada yang salah hari ini. "Eh, kenapa kamu liatin aku kayak gitu? Ada yang salah kah?" tanya Caine. "Ngga ada, aku cuman pengen liatin kamu aja" ucap Rion.

Rion tak melepas pandangannya. Lalu ia berdiri menghampiri Caine. Rion berdiri di depan Caine dengan badan tegapnya. "Kamu sengaja ya kesini?" tanya Rion. "Apasih. Ngga sengaja. Aku tuh tadi cuman ngintip doang, kamu ada di sini apa nggak. Terus tiba tiba kamu nyuruh aku masuk." jawab Caine memberi alasan. Rion memegang kedua pipi Caine yang berisi menggunakan satu tangan. "Iyakah sayang?" tanya Rion. Caine hanya mengangguk.

Jika ia tak cepat keluar dari ruangan itu, ntah apa yang akan terjadi. Rion melingkarkan tangannya ke pinggang Caine. Dan mendekatnya ke pelukannya. "Eh, jangan mulai deh. Cabul nya" ucap Caine. "Aku kangen sama kamu. Akhir akhir ini kan kita ngga ada interaksi." ucap Rion sambil tersenyum jahil.

"Ayolah sayang" ucap Rion berbisik ke telinga Caine dengan nafasnya yang berat. Caine menghela nafas panjang. "Aku ngga bisa, sayang." ucap Caine sambil mengalungkan tangannya ke leher Rion. "Kenapaa?" tanya Rion dengan nada manjanya. "Lain kali yaa. Kamu selesain kerjaan kamu dulu" ucap Caine sambil mengelus pipi Rion. "Yaudah iya" ucap Rion dengan nada kesalnya. Membuat Caine semakin gemas melihat tingkah laku Rion.

Caine keluar dari ruangan itu dan menuju dapur. Rion memeluk Caine dari belakang dan menyandarkan kepalanya di pundak Caine. Dimanapun Caine pergi, Rion selalu menempel di belakang Caine. Seperti parasit.

Caine sedang minum air, sedangkan Rion merengek di belakangnya seperti anak kecil yang menginginkan sesuatu. Caine melepas tangan Rion yang memeluk pinggangnya, tapi tak bisa. Tangan Rion yang besar dan kuat semakin mempererat pelukannya. Caine memutar badannya ke belakang. Kini ia berhadapan langsung dengan Rion.

Caine memegang pipi Rion menggunakan kedua telapak tangannya. Entah kenapa wajah Rion saat itu imut di mata Caine. Caine tersenyum kecil. "Kenapa senyum senyum? Orang aku lagi ngambek" ucap Rion dengan nada kesalnya. Malah membuat Caine gemas. "Lucu banget, lagi lagi" ucap Caine. "Gak, gamau. Aku pokonya ngambek" ucap Rion sambil memonyongkan bibirnya.

"Ion, kalo sekarang aku ngga bisa" ucap Caine sambil mencubit pelan pipi Rion. "Humm, emang kenapa ngga bisaaa?" tanya Rion. "Aku udah ada janji sama kembaran aku" jawab Caine. Rion lalu terdiam. "Hah? Caine ada disini?" tanya Rion kaget. Rion sebenarnya sudah tau mengenai kembaran Caine dari Molly. Yaitu si Caine hologram. Tapi ia tak pernah bertemu langsung.

"Iya, makanya ini aku mau ketemu sama dia. Mau bahas sesuatu" ucap Caine. "Yaudah, kamu hati hati yaa" ucap Rion. Caine hanya mengangguk. Tapi Rion tak melepaskan pelukannya. "Sekarang apa lagi hm?" tanya Caine. "Cium dulu" ucap Rion. Caine mencium pipi Rion. "Udah" ucap Caine sambil berusaha melepaskan pelukan itu. "Belom, yang banyak dong. Masa cuman satu" ucap Rion dengan cemberut.

Caine mencium kedua pipi dan kening Rion secara bergantian selama 1 menit. Rion mengkode untuk meminta ciuman di bibirnya. Caine terpaksa menurutinya. Caine mencium bibir Rion.

Namun Rion malah menerkam dan melahap bibir Caine. Caine tak bisa memberontak. Rion melepaskan ciumannya. Rion melihat bibir Caine basah karena salivanya. "Ih, kok di kokop sih? Kan jadi basahh" ucap Caine dengan cemberut sambil mengelap bibirnya menggunakan lengan bajunya. "Gapapa, sekali kali. Siapa suruh mulutnya kecil begitu. Kan jadi masuk semuanya" ucap Rion menggoda Caine.

Rion menggigit pipi Caine yang berisi. "Awwh, sakit tauk" ucap Caine sambil memegangi pipinya. "Gemes sih. Makanya jangan gemes gemes cebol" ucap Rion sambil mencubit kedua pipi Caine. Caine tak bisa protes apa apa lagi. Jika ia protes, Rion akan menambah aksinya.

Di akhir, Rion memeluk Caine ke dekapannya sangat erat sambil mengelus rambut merah nya. "Makasih ya sayangg. Aku yang awalnya capek, liat kamu jadi ilang capeknya." ucap Rion. "Yawudwah, lwepwasin dwuluw" ucap Caine yang masih tenggelam di dada Rion. "Oiya, lupa. hehe" ucap Rion sembari melepaskan pelukannya.

"Yaudah, semoga urusannya lancar yaa. Kalo ada apa apa kamu bisa cerita sama aku" ucap Rion sambil memberikan ciuman terakhirnya untuk Caine, sebelum Caine pergi.

Love in another world (RionCaine) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang