rumah sakit

3.1K 363 18
                                    

Tak perlu waktu lama untuk dokter, memeriksa Caine. Riji harus menjalani operasi ringan. Caine mendapat luka lebam di bagian paha, leher, dan juga luka bekas pukulan di kepala. Luka pukulan itu tergolong luka ringan yang masih bisa di obati dengan obat resep dokter. Selama pemeriksaan, Caine masih belum sadar dari pingsannya.

Mia menunggu Caine di kursi tunggu dekat dengan ranjang Caine. "Kok mami belum bangun bangun juga sih. Aku takut" ucap Mia sambil memeluk Selia yang berdiri di sampingnya. "Ngga papa kok, kata dokternya abis ini mami sadar. Mami ngga ada luka serius" ucap Selia sambil mengelus rambut adik kecilnya.

Tak lama, Rion menyusul masuk ke ruangan di mana Caine terbaring. "Gimana? Mami belum sadar juga?" tanya Rion sambil menggenggam plastik berwarna putih. "Nih, papi ada beli mochi. Di depan sana." ucap Rion sambil memberikan bungkusan itu ke Selia. Selia berterimakasih. Setidaknya itu membuat hatinya sedikit tenang.

Rion menggeser kursi yang kosong di dekat ranjang Caine, dan mendekatkan nya ke ranjang Caine. Rion duduk dan mengelus tangan Caine yang terlihat pucat. "Caine, kenapa kamu nglakuin ini sih? Emang kamu udah ngga sayang sama aku?" tanya Rion lirih. Rion memandang wajah Caine yang lemah. Ia menggenggam tangan Caine. Sangat dingin dirasa. Ia menempelkan tangan Caine ke pipinya. Dan mencium punggung tangan Caine. "Caine, bangun dong.... Jangan bikin aku sedih ginii" ucap Rion lirih.

Caine tak bergerak sedikitpun. Rion mengelus rambut merahnya. Rion terus menggenggam tangan Caine yang dingin. Rion merasakan, tangan Caine yang semula sedingin es. Mulai menghangat kembali. Caine membuka matanya perlahan. Rion langsung tersenyum melihat Caine sudah sadar.

"Aku dimana?" tanya Caine. "Dirumah sakit sayang" jawab Rion sambil menatap Caine. Caine mulai meneteskan air matanya. Dia bangkit dari tidurnya dan duduk. Ia langsung memeluk Rion tanpa aba aba. Membuat Rion terkejut. Caine menangis di pelukan Rion. Caine mempererat pelukannya. Bahu Rion yang awalnya kering menjadi basah karena air mata.

Rion membalas pelukan itu. Caine mulai berbicara diiringi isak tangisnya. "Rion.... Maafin aku....". Rion perlahan melepas pelukannya " aku udah maafin kamu, tapi janji jangan gini lagi okey?" ucap Rion sambil mengelap air mata Caine yang turun membasahi pipinya. Caine hanya mengangguk pelan.

Seluruh anaknya yang menunggu di luar, terkejut mendengar tangisan Caine dan langsung menerobos masuk ke ruangan. Mia berlari ke pelukan Caine. Mia menangis sejadi jadinya. "Mamii.... Aku pikir... Aku bakal kehilangan mami lagi.... Huaaa" ucap Mia sambil terisak isak. Caine mengelus rambut Mia halus. "Mami minta maaf ya Mia. Bikin kamu jadi khawatir." ucap Caine sambil terus mengelus rambut Mia.

Caine melihat anak anaknya yang berdiri tak jauh dari ranjangnya, Caine menyadari tak ada Riji dan Makoto. "Riji sama Mako mana?" tanya Caine kepada Rion. "Riji sama Mako di ruangan sebelah. Riji abis operasi tadi. Sekarang ditemenin Mako di ruangannya." jawab Rion.

Caine memasang wajah terkejut. Ia segera turun dari ranjangnya namun ditahan oleh Rion.

"Kamu mau kemana?"

"Aku mau liat kondisinya Riji"

"Jangan, kamu belum sepenuhnya pulih. Kamu masih perlu istirahat."

"Nggak, aku mau liat Riji dulu. Aku ngga tenang kalo belum liat dia"

Caine masih ngotot bertemu dengan Riji. Caine mulai turun dari ranjangnya dan berjalan. Caine masih sedikit oleng. Membuat Rion harus memeganginya Caine karena takut jatuh. Rion mengantarkan Caine ke ruangan Riji. Riji masih setengah sadar. Ia belum bisa bergerak bebas. Karena lengan kirinya yang baru saja selesai di operasi.

Caine berjalan tanpa alasan kaki. Mendatangi ranjang Riji. Mako beralih posisi, membiarkan Caine duduk di kursinya. Caine mengelus rambut hitam Riji. "Rijii, maafin mamii. Gara gara mami, kamu jadi kayak gini" ucap Caine sambil menahan tangisnya. Riji menyadari adanya Caine di sebelahnya. Riji berusaha meraih tangan Caine. "Mami, ngga papa kan?" tanya Riji dengan suara lemahnya.

Caine tak kuasa menahan tangisnya. "Mami.... Ngga papa kok.... Harusnya mami yang nanya gitu ke kamu" ucap Caine seraya mengelap air matanya. Riji hanya tersenyum. Riji menghapus air mata yang terus turun membasahi pipi Caine. "Mami kenapa nangis? Riji ngga papa. Cuma luka kecil. Besok juga sembuh" ucap Riji. Caine tersenyum. Rion memperhatikan interaksi mereka dari jauh.

Tiba tiba suster masuk ke ruangan Riji. "Maaf, menganggu waktunya. Ini ada suplemen tambahan untuk pasien atas nama Riji." ucap suster itu. "Maaf sus. Riji boleh pulang hari ini?" tanya Caine. "Tentu di perbolehkan, pasien Riji bisa melanjutkan perawatannya di rumah. Sebelum keluar dari rumah sakit dimohon untuk menandatangani beberapa dokumen" ucap suster itu sebelum keluar dari ruangan.

Rion menghampiri Caine yang masih duduk mengelus rambut Riji. "Sayang, kita siap siap pulang yuk" ucap Rion dengan lembut kepada Caine. Caine mengangguk dan berdiri. Selia datang memasuki ruangan Riji. "Mami, mami siap siap dulu. Biar aku sama Mako yang bantu Riji siap siap" ucap Selia. "Yaudah, kalo gitu makasih yaa" ucap Caine.

Caine keluar dari ruangan dengan dibantu Rion. Diluar, anak anaknya yang lain menunggu di kursi tunggu rumah sakit. Caine duduk di sebelah Echi yang duduk di kursi tunggu sambil memainkan ponselnya. Melihat Caine datang, Echi segera mematikan ponselnya. Caine bersandar di bahu Echi. Echi mengelus rambut Caine. "Kamu tunggu di sini dulu. Aku ngurus administrasi." ucap Rion. Caine hanya mengangguk pelan dan tersenyum.

Setelah semuanya selesai, dan siap. Mereka pulang ke rumahnya. "Yey, akhirnya sampe rumah. Kangen banget sama kasur gweh" ucap Echi sambil merentangkan kedua tangannya. 

"Dah, istirahat istirahat" ucap Rion. Caine sudah merasa sehat. "Ion, aku bisa ke kamar sendiri... Ngga usah di bantu" ucap Caine. Rion melepaskan Caine. Karena Caine sedikit memberontak ketika Rion membopong Caine.

Love in another world (RionCaine) Where stories live. Discover now