pergi....

5.2K 702 95
                                    

Tak terasa jam dinding menunjukkan pukul 08:30 pm. Masih ada 30 menit sebelum kepergiannya. Caine bergegas menuju ruang tengah. Semua anak anaknya sudah menunggu di sana. Caine menyuruh anak anaknya berbaris. Caine mencium anak nya satu persatu dengan air mata berlinang. Anak anaknya bingung dengan yang dilakukan Caine sekarang.

Ketika tiba giliran Mia, Mia bertanya "mami, mami ngga akan ninggalin Mia kan?" Caine berusaha untuk tidak meneteskan air mata. "Mami ngga kemana mana, mami masih sama Mia. Cuman mami mau pergi sebentar." ucap Caine mengelus rambut Mia putih Mia. Mencium kening dan kedua pipinya.

Caine memberi isyarat Rion untuk memeluknya. Rion melakukan apa yang Caine mau. Rion memeluk Caine. Membuat tangis nya pecah. Semua orang di ruangan itu tampak kebingungan. "Ion, jagain anak anak seperti saat aku masih ada. Jangan bikin anak anak kesepian. Jangan marahin anak anak. Kalo mereka ngelakuin kesalahan, jangan buru buru di marahin. Kasih mereka kesempatan berbicara. Waktu ku disini ngga lama." ucap Caine sambil memegang pipi Rion dengan air mata yang mengalir deras.

"Caine, kamu mau kemana?" tanya Rion. Caine hanya tersenyum. Pandangannya mulai kabur. Bisikan itu kembali terdengar. "Sekarang pejamkan mata mu, hitungan ketiga bukalah matamu" perintah bisikan itu. Caine melakukan apa yang bisikan itu perintah. Dan dalam hitungan ketiga, Caine membuka matanya. Ia bangun di tempat tidurnya. Benar benar seperti mimpi. Caine menangis sejadi jadinya.

Sementara di dunia Rion. Setelah Caine memejamkan matanya. Tangan yang semula memegang pipi Rion, perlahan jatuh. Lemas tak berdaya. "Caine?" tanya Rion. "Caine, bangun Caine. Caine bangun." Rion berteriak histeris. "CEPET SIAPIN MOBIL, KITA KE RUMAH SAKIT SEKARANG!!"

Rion terus menggoyang goyangkan tubuh Caine, berharap Caine sadar. Tapi tak membuahkan hasil apa apa. Semua anak anaknya menangis.

Ketika mobil sudah siap, mereka semua pergi ke rumah sakit. Membutuhkan sekitar 1 jam untuk sampai ke rumah sakit. Rion terus memegangi tangan Caine. Ketika sampai di rumah sakit, Caine di larikan ke UGD. Dokter yang menangani adalah dokter yang sama ketika Caine baru sadar dulu. Dokter sui.

Semua menunggu di luar ruangan dengan cemas. Tak terkecuali Rion. Ketika dokter sui keluar dari UGD. "Dok, gimana keadaan Caine? Dia sudah sadar? Dia ngga papa kan dok?" tanya Rion dengan khawatir. "Sebenarnya saudara Caine sudah meninggal 2 jam lalu" jawab dokter sui. Jawaban itu seketika membuat Rion lemas tak berdaya. Mia menangis kencang di pelukan Key.

Mereka memakamkan Caine saat itu juga. Pukul 12 malam. Anak anak tak henti menangis. Sekitar pukul 2 dini hari. Mereka semua tiba dirumah dan langsung masuk ke kamar masing masing.

Rion tak bisa tidur, ia memutuskan untuk merokok di tempat biasa ia melakukannya. Tiba tiba memori tentang Caine lewat di kepala Rion. Membuat Rion menangis. Hampir semua barang di sana mengingatkannya kepada Caine. "Caine, haruskah kita berpisah secepat ini?" ucap Rion dengan air mata membasahi pipinya.

Love in another world (RionCaine) Where stories live. Discover now