sosok Alicia

3.2K 475 30
                                    

Caine pergi meninggalkan Rion dengan berlari kecil. Ntah kenapa Caine ingin melakukannya. Caine sampai di kamarnya dan menutup pintu. "Caine!!" panggil Caine kepada kembarannya. "Ya?" sahut Caine hologram. "Sekarang kau temani aku ke perpustakaan. Kita diam diam saja. Sudah terlalu larut" ucap Caine. "Baiklah, tapi. Kenapa kau tadi sangat lama meneguk segelas air. Apakah ada sesuatu lain yang terjadi?" tanya Caine hologram. "Hehe, tak ada. Aku hanya jalan lebih lambat dari biasanya" jawab Caine menutupi hal yang sebenarnya ia lakukan dengan Rion.

Mereka menuju perpustakaan. Ketika malam, memang lampu di lorong menuju perpustakaan selalu di matikan. Karena tak mungkin ada orang yang lewat sana malam malam. Caine di temani kembarannya. Hanya berbekal senter kecil di tangannya. Caine hologram hanya muncul di ponsel Caine. Jadi, Caine harus membawa ponselnya untuk memunculkan kembarannya.

Ia juga memakai penerangan dari ponselnya. Caine membuka pintu perpustakaan dengan ragu. Tapi ia meyakinkan dirinya. Suasana perpustakaan sangat gelap dan sunyi. Tak ada siapapun. Caine sedikit ketakutan. Ia tak tau apa yang menantinya di sana. Tiba tiba ada suara seseorang sedang menangis. Seorang wanita. Caine bergidik ngeri. Ia sebenarnya sangat takut dengan hantu.

"Caine, cari tau suara itu" ucap Caine hologram dengan berbisik. "Gamau, aku takut. Nanti kalo kuntilanak gimana?" jawab Caine dengan berbisik. "Nggak lah, kalo kuntilanak ngga gitu suaranya" ucap Caine hologram. Caine dengan keberaniannya mencoba menghampiri sumber suara itu. Ia menelusuri di balik rak rak.

Caine menemukan seorang wanita sedang duduk melipat kakinya dan sedang menangis. Seorang wanita dengan rambut putih, gaun warna putih cantik dan kulit putih. Seputih salju. Caine terasa familiar dengan sosok itu. Ia menyentuh bahunya. Tak tembus. Caine bernafas lega. Setidaknya itu bukan hantu.

Sosok itu menoleh. Caine sangat terkejut. Yang ia lihat adalah sosok ibunya Mia. Terlihat lebih cantik dari yang ia lihat di foto. "Alicia?" tanya Caine dengan wajah terkejut. "Caine? Itukah kau?" tanya sosok itu. "Iya, ini aku. Caine." ucap Caine sambil jongkok. Situasi tak terduga terjadi. Alicia memeluk Caine, dan menangis. Air mata deras mengalir membasahi baju Caine. Ini benar benar nyata.

Caine tak sedang bermimpi atau berhalusinasi. Caine mengelus punggung wanita yang tengah memeluknya. Alicia pelan pelan melepas pelukan itu. "Apa yang terjadi? Kenapa kau bisa ada di sini?" tanya Caine sambil menghapus air mata Alicia yang membasahi pipi nya. "Aku sudah melihat sebagian ceritamu dari beberapa buku yang kutemukan di sini. Bisakah kau ceritakan sisanya yang belum aku ketahui?" tanya Caine.

Alicia hanya menggeleng pelan. Ia mulai membuka suara. "Caine, aku pikir kau tak akan datang" ucap Alicia dengan sisa tangisnya. "Aku pasti datang. Namun mungkin sedikit telat." ucap Caine. "Tak apa. Aku senang kau ada disini" ucap Alicia.

"Lalu? Apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Caine. "Aku tak bisa menceritakannya kepadamu. Aku memiliki janji dengan seseorang untuk tak menceritakan masalalu ku." ucap Alicia. Alicia berdiri. Caine melihat Alicia tak memiliki kaki. Hanya sampai bagian betis saja. Membuat Caine terkejut. "Jadi, kau ini apa? Apakah hantu?" tanya Caine sambil meraba bulu kuduk nya yang mulai berdiri. "Bukan, aku roh yang mendiami mansion ini. Sebenarnya tempat ini dulunya milikku. Aku tau persis keinginan mu. Untuk tau apa isi ruangan itu kan. Aku sangat ingin bertemu dengan mu semenjak kau ada di sini. Aku sebenarnya sudah mati. Tapi aku menolak pergi ke alam ku. Aku ingin melihat anak anakku tumbuh dewasa. Aku sedikit cemburu ketika Rion memutuskan untuk mencintaimu. Namun perlahan aku sadar, bahwa keberadaan ku sudah tersingkir oleh mu. Sekarang hatinya hanya milikmu" ucap Alicia sambil menggenggam tangan Caine.

"Caine, jagalah anak anakku. Kau persis seperti diriku. Aku sudah merelakan Rion menjadi milikmu." ucap Alicia sambil meneteskan air mata haru. "Setelah ini, aku janji. Aku takkan menempati tempat ini lagi. Memang seharusnya aku tak disini. Aku mempercayaimu, Caine" sambung Alicia.

Caine hanya diam membisu. Ia tak tau harus berkata apa. "Caine, pergilah ke makam ku. Bawakan aku bunga tulip putih kesukaan ku. Biarlah kembaranmu memberi tahu dimana tempatnya" ucap Alicia sambil menunjuk Caine hologram. "Untuk ruangan itu. Sebenarnya tidak di kunci. Hanya ilusi yang ku buat. Agar ruangan itu tak di rusak. Masuklah kesana kapanpun kau mau. Aku mengizinkanmu." ucap Alicia sambil memegang pipi Caine.

Sentuhan lembut di pipi Caine, mengingatkan Caine kepada ibunya. Caine meneteskan air mata. Alicia menatap Caine dengan tatapan tulus. "Jangan tidur malem malem. Jaga kesehatanmu. Aku pergi dulu" ucap Alicia. Lalu tubuhnya mengeluarkan cahaya yang begitu terang. Alicia menjadi serpihan cahaya yang terbang ke angkasa. "Aku berjanji untuk menjaga anak anak. Seperti anak anakku sendiri, Alicia" gumam Caine.

Love in another world (RionCaine) Where stories live. Discover now