06. Cabe Merah

10.5K 809 17
                                    

Disclaimer : Naruto belongs only to Masashi Kishimoto

Alternate Universe Love Story Of Naruto and Hinata

Pukul satu dini hari, sepasang suami istri paruh baya yang masih kelihatan harmonis ini tengah duduk di ruang tamu sederhana namun hangat, menunggu putra semata wayang mereka, sang Inspektur Kebanggaan Negara Matahari Terbit.

"Sudahlah Kushina, dia itu sudah besar, tak perlu kau tunggui seperti ini." Sang suami bahkan sudah menguap lebar sembali memeluk bantal guling.

"Minato, kalau kau ingin tidur, tidur sendiri sana, aku masih akan menunggu baka gaki itu, tidak biasanya dia pulang selarut ini tanpa memberi kabar." Kedua tangan Nyonya Namikaze itu saling menggenggam, dan meremas hingga bunyi suara tulang yang sedang di regangkan terdengar jelas.

Krakkkk..Krakkkkk...

Minato bergidik ngeri mendengar suara yang berasal dari tulang belulang sang istri yang sedang di regangkan, pertanda sebentar lagi emosi sang istri akan segera meledak.

'Naruto, berilah kabar secepatnya nak, jika kau tidak ingin mendapat hadiah selamat datang dari Kaa-chan mu ini.' Gumam Minato dalam hati.

Suara motor sport itu menderu di depan kediaman sederhana nan asri milik keluarga Namikaze.

Kushina semakin meremas tangannya, siap memberi sebuah tonjokan pada sang putra semata wayang.

Cklek

Pintu kayu itu terbuka, sesosok tubuh tegap dengan rambut pirang cepak, mucul dari balik pintu.

Naruto sedik terkejut melihat ruang tamu rumahnya masih dalam keaadaan terang, dan jangan lupakan orang tua tercintanya yang sudah menyambut kepulangannya.

Minato duduk sofa sambil memeluk guling, dengan wajah yang benar-benar mengantuk.

Sementar sang ratu di rumah ini, duduk single sofa sambil menumpu salah satu kakinya dengan kaki yang lain, kedua tangannya tergeletak anggun diatas pegangan sofa.

"Eh Kaa-chan, Tou-chan, kenapa belum tidur? Oh iya aku lupa..., Tadaima," Naruto dengan polosnya mengucapkan salam disertai cengiran lima jarinya.

Minato terperanjat bangun mendengar suara sang anak. Shapire sang putra, beradu dengan shapirenya, lalu beralih melirik Kushina yang duduk bagaikan ratu.

'Tou-chan, Kaa-chan kenapa?' Kira-kira seperti itulah makna dari lirikan Naruto.

Minato yang mengerti makna tatapan sang putra, membalas dengan tatapan sayu yang berarti 'Bersabarlah nak'.

"Naruto." Suara Kushina terdengar dingin dan mengerikan. Aura gelap seketika terasa oleh dua lelaki pirang yang berada di ruang tamu ini.

"Ehhh..., Kaa-chan.., kenapa belum tidur, nanti Kaa-chan bisa sakit." Naruto mencoba meredahkan emosi sang ibu. Tapi gagal.

Kushina bangkit dari duduknya dengan tangannya melayang, hampir menjitak kepala kuning sang putra

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kushina bangkit dari duduknya dengan tangannya melayang, hampir menjitak kepala kuning sang putra. Dan jangan lupakan rambut merahnya yang melayang layang, entah di terbangkan oleh angin dari mana.

Tapi Kushina lupa bahwa yang ada dihadapannya sekarang bukan hanya sekedar Namikaze Naruto, tapi Inspektur Namikaze Naruto.

Dengan gerakan secepat kilat Naruto menghindar dari jitakan sang ibu.

"BAKA! KAU KEMANA? TIDAK MEMBERI KABAR! KAU TAHU! KAMI BERDUA HAMPIR MATI KETAKUTAN KAU MENJADI KORBAN TABRAK LARI!" Kushina berlarian mengelilingi ruang tamu mungil ini, mengejar sang putra yang menghindar dari jitakannya.

"Kaa-chan, aku ini polisi, dattebayo, mana mungkin seceroboh itu." Naruto berlari tunggang langgang menghindari kejaran sang ibu.

Minato? Pria bersurai pirang itu kini malah terlelap dalam damai, tanpa mempedulikan keributan yang di timbulkan oleh anak dan istrinya.

"APA KAU PIKIR POLISI ITU SEPERTI HANTU HAH! TEMBUS PANDANG DAN TIDAK BISA TERTABRAK!" Jerit Kushina sambil berlarian mengejar Naruto yang menaiki sofa-sofa untuk menghindari sang ibu.

"AKU HARUS BILANG APA PADA MERTUA KU JIKA KAU MATI SEBELUM MEMBERI PENERUS!"

"Kaa-chan aku pulang malam begini karena berusaha memberikan cucu untukmu..." Naruto terus berlari mengitari ruang tamu itu menghindari serangan ibunya.

Kushina berhenti melancarkan aksinya setelah mendengar kata cucu, dia sekarang berdiri tepat dihadapan sang putra. "Kau pulang terlambat bukan karena menghamili sembarang wanita 'kan?"

Naruto menggeleng sambil menyengir ria. Bejalan menuju pintu depan dan membawa sebuah bungkusan putih. Dengan senyum lima jarinya Naruto menunjukan kantong plastik berisi Prada Safiano Broken White milik Hinata.

"Apa itu?" Tanya Kushina penasaran sambil menyambar bungkusan tersebut.

Manik abu-abu Kushina berbinar saat melihat isi bungkusan plastik itu.

"Prada...!, kau membelikan ini untuk Kaa-chan, arigatou gozaimasu, dattebanee," pekik Kushina girang sambil memeluk tas yang lecet itu.

"Eh?" Kushina tersadar bahwa tas mahal itu tidak hubungannya sama sekali dengan kehadiran cucu yang diharapkannya.

Seolah mengerti jalan pikiran ibunya, buru-buru Naruto menjelaskan pada ibunya. "Itu milik Hinata Kaa-chan..."

"Kyaaaaaaa, Kushina berteriak nyaring kegirangan dan melesat kepelukan putranya, jadi kau belikan ini untuk Hinata di pertemuan besok?" Tanya Kushina antusias, setelah melerai pelukannya dengan sang putra.

"Aku bisa membeli satu apartement dengan uang itu Kaa-chan." Jawab Naruto santai.

"Hontou? Semahal itukah tas ini?" Kushina memandang tas putih mahal itu dengan tatapan tidak percaya.

Naruto manggut-manggut sambil mengusap dagunya.

"Lalu?" Kushina memiringkan kepalanya dengan penasaran, di usianya yang mencapai kepala lima wajahnya masih tetap terlihat imut.

....

つづく

Tsudzuku

...

Sweet DreamWhere stories live. Discover now