07. Tiga Hati

10.3K 785 64
                                    

Disclaimer : Naruto belongs only to Masashi Kishimoto

Alternate Universe Love Story Of Naruto and Hinata

R

uang berukuran 13 meter persegi itu tampak seperti bukan sebuah ruangan kerja kebanyakan, dengan warna yang didominasi warna peach dan toska dengan wallpaper bermotif kupu-kupu berwarna warni. Alasan mengapa nuansa ruang kerja ini tampak seperti kamar tidur gadis remaja, karena ini adalah ruangan kerja Hyuga Hinata di butiknya.

Ruang kerja seorang fashion designer yang mengusung konsep shabby chic yang sarat dengan nuansa feminim yang kental.

Jemari lentik itu menorehkan guratan demi guratan pensil diatas sebuat buku sketsa, bibir mungilnya tersenyum simpul saat melihat dengan antusias sketsa sebuah gaun yang sedang dirancangnya, sampai tiba-tiba ketukan pintu yang menjadi jalan masuk ruangan ini, mengalihkan perhatiannya.

"Masuk..." Jawab Hinata lembut sambil mendongakan kepanya.

Pintu dengan lukisan bunga matahari itu terbuka, sesosok wanita dengan surai pirang pucat dan tubuh sintal memasuki ruangan itu. "Ohayo, Hinata-sama..."

Hinata menatap tidak suka orang itu, bukan karena dia membenci orang itu, tapi karena dia tidak suka cara orang yang bekerja sebagai assistantnya itu memanggilnya dengan embel-embel -sama. Itu karena sang assistant adalah adik kelasnya di Universitas ESMOD, yang sedang magang di butiknya.

"Shion, berapa kali ku bilang jangan panggil aku seperti itu, kau seperti orang lain saja." Hinata meletakan kasar pensilnya, dan mengebungkan pipinya dengan bibir yang mengerucut.

"Hahahaha.." Shion tertawa melihat ekspresi Hinata yang sangat menggemaskan.

"Kenapa kau tertawa?" Tanya Hinata kesal.

"Tidak tuan putri..., aku hanya gemas melihat ekspresimu, oh ya aku sampai lupa, diluar ada yang mencarimu, seorang pria tampan." Ujar Shion genit, sambil memicingkan satu matanya.

"Apa Toneri-kun?" Tanya Hinata antusias.

"Kalau dia yang mencari mu aku tak perlu bertanya lagi." Jawab Shion bosan.

"Lalu siapa?"

"Aku tidak tahu, seorang pria macho dengan rambut pirang cepak." Jawab Shion antusias.

Hinata menautkan alisnya, mencoba berfikir tentang siapa pria itu, tiba-tiba ingatannya tertuju pada Inspektur yang menggodanya semalam.

"Suruh dia masuk." Jawab Hinata sambil menumpu dagu lancipnya di telapak tangan putihnya.

Shion mengangguk, dan berjalan menuju pintu, tapi sebelum dia keluar dari ruangan Hinata, tubuh sintalnya beruputar. "Sejujurnya aku lebih suka dia yang menjadi kekasihmu di bandingkan si Toneri itu."

..

Mutiara lavendernya menatap sinis siluet tubuh tegap berjalan menghampirnya. "Ohayo Hime-sama," sapa pemuda itu.

Tidak dapat dipungkiri siapa pun yang melihat penampilan Naruto hari ini pasti akan terpesona. Tubuh tegapnya di balut seragam kepolisian Jepang berupa kemeja panjang yang digulung hingga siku berwarna putih dengan bordiran lambang kepolisian Jepang di lengan kanannya.

Celana panjang bahan biru dongker menutup sepasang kaki jenjangnya, dipadukan dengan pantofel berwarna hitam, senada dengan dasi yang dikenakannya.

"Mau apa kau kemari?" Tanya Hinata dengan nada malas, saat sang polisi tanpa dipersilakan langsung duduk di hadapannya.

"Hei, bukankah kau sendiri yang memberikan alamat butikmu ini?" Tanya Naruto dengan cengiran lima jarinya.

Tangan Hinata terulur, dan menadah seolah meminta sesuatu. "Mana tas ku? aku takkan menerimanya jika itu tiruan." Pinta Hinata dengan angkuhnya.

Naruto menyeringai mendengar jawaban Hinata. "Aku tidak mungkin memberi barang palsu pada ciptaan indah Kami-sama ini."

"Jangan basa-basi, cepat berikan, dan anda bisa segera berangkat ke kantor polisi setelahnya."

"Kau mengusirku Hime, tidak ingin mengobrol sebentar bersamaku?"

"Aku tidak punya banyak waktu, inspektur, sebentar lagi kekasihku akan menjemputku dan mengajakku makan siang." Jawab Hinata ketus.

'Toneri akan kemari?' Batin Naruto.

"Inspektur Namikaze, jangan membuang waktuku." Geram Hinata.

"Baiklah, baiklah, sepertinya aku kurang beruntung hari ini padahal aku akan mengajakmu makan siang." Ujar Naruto dengan raut wajah penuh kekecewaan.

Tangan tannya mengambil bungkusan putih yang diletakannya di bawah kursi tempatnya duduk.

"Ini." Ujar Naruto singkat sambil meletakan bungkusan itu di meja kerja Hinata yang berwarna lavender.

Tangan Hinata dengan cepat menyambar bungkusan itu dan membukanya.

Mutiara bulannya memperhatikan goresan yang terdapat pada bagian depan tas putih mahal itu telah di timpa dengan sulaman bunga mawar beraneka warna.

"Kemarin, aku melihat mu sangat menyayangi tas itu, rasanya jika mengganti yang baru, hasil perjuanganmu mencari benda ini akan sia-sia, bukan? Jadi aku meminta Kaa-chanku untuk menutup bagian yang lecet dengan sulamannya."

Senyuman tertahan terukir di bibir mungil Hinata. Sejujurnya Hinata sangat menyukai sulaman yang menutupi lecet di tas mahalnya, sulaman itu membuat tas Pradanya terkesan sangat-sangat eksklusif.

"Lagi pula harganya sangat mahal, kupikir dari pada tabunganku ku pakai untuk mengganti tasmu, akan lebih baik ku gunakan untuk biaya pernikahan kita nanti." Sambung Naruto sambil tercengir tanpa dosa.

"Berhenti menggodaku Inspektur!" Hinata melotot menatap biru shapire di hadapannya.

"Aku tidak sedang menggodamu Hime, sejak pertama kali melihatmu entah kenapa mulutku dan hatiku ini selalu ingin mengajakmu menikah." Gombal Naruto sambil memegang dada kirinya.

"Rayuan murahan." Jawab Hinata bosan, sembari bersandar di kursi bergaya victorian itu dengan melipat kedua tangannya di depan dada.

"Tapi kau suka 'kan?"

"Dalam mimpi mu Inspektur!"

"Honey?" Suara seorang pria yang tiba-tiba menyela obrolan mereka tiba-tiba membuat Naruto dan Hinata mengalihkan perhatiannya.

"Toneri-kun..." Jawab Hinata girang.

'Akhirnya kita bertemu, Ootsutsuki Toneri.'

Hinata bangkit dari posisi duduknya, dua pria di ruangan ini bisa melihat keelokan tubuh Hinata yang terbalut dress vintage bermotif floral lengan pendek selutut, dipadukan denga flat shoes berwarna putih dengan pita besar di depannya.

Hinata berjalan dengan anggun menghampiri sang kekasih sambil menyampirkan surai kelam panjangnya yang tergerai ke bahu kanannya.

Pandangan Naruto mengikuti tiap gerakan Hinata yang medekati pada pengedar narkoba kelas internasional itu, hingga mendapati tubuh mungil Hinata di rengkuh oleh tubuh tegap Toneri.

Darah di dalam tubuh sang inspektur seolah mendidih.

"Aku merindukanmu, Toneri-kun." Ujar Hinata sambil membalas pelukan Toneri.

Biru shapire Naruto seketika beradu dengan biru Tanzanite Toneri. Dua orang ini, sudah saling mencari informasi mengenai diri mereka sendiri. Pertemuan pertama kali ini tak menghalangi mereka untuk mengenali wajah satu sama lain.

Naruto sudah punya banyak informasi tenang Toneri dari Badan Intelegent yang mengawasi gerak-gerik sang pengedar Narkoba.

Toneri sudah punya data lengkap sang Inspektur yang dia peroleh dari jaringan Narkoba yang dia pimpin, Akatsuki.

....

つづく

Tsudzuku

...

Sweet DreamWhere stories live. Discover now