59. Ketika Rasa Sayang Itu Terkikis -2-

9K 641 114
                                    

Disclaimer : Naruto belongs only to Masashi Kishimoto
Alternate Universe Love Story Of Naruto and Hinata

"Hinata-sama...!!!" Gadis dengan surai ungu menyala itu terperanjat saat kakinya menapaki dapur, masih dengan pakaian tidur bemotif beruang, Yugao berkali-kali mengucek matanya tak percaya yang ada di hadapannya sekarang. Hinata sedang berkutat dengan dapur dan berbagai peralatannya.

"Hei... kau sudah bangun Yugao-chan..." Sahut Hinata lembut, tanpa berbalik dari kompor yang ada dihadapannya, Hinata tahu benar yang berdiri di belakanganya. Hinata menggaruk pelan leher putihnya yang terekspos karena dia menggulung tinggi surai biru gelapnya dan menyisakan sebagian anak rambut dan poni yang membingkai wajah cantiknya.

"Hinata-sama..." Yugao berjalan cepat agar lebih dekat dengan Hinata, mengelilingi nonanya itu dan memperhatikan tiap jengkal tubuh Hinata yang terbalut piama bermotif kelinci berwarna merah muda. "Anda baik-baik saja 'kan? Atau kepala Anda terbentur sesuatu?"

Hinata menghela nafas, menghentikan kegiatannya dengan spatula dan teflonnya, ia mengecilkan api dari kompor gas yang menyala itu, lalu berbalik dan menatap Yugao dengan menyipitkan satu mata lentiknya. "Kau tak percaya aku bisa memasak, hmmm?" Hinata sedikit melirik pada meja makan yang letaknya di depan ruang dapur. "Cicipi! Dan kau akan tahu bagaimana nikmatnya masakan Hyuuga Hinata..." Sambung Hinata sambil berkacak pinggang.

Yugao menatap horor berbagai hidangan yang tersaji di meja makan mewah itu. Wanginya memang menggugah selera, tampilan penyajiannya juga sakit menarik. Namun satu hal yang ia cemaskan, "apa bisa dimakan?" Tanyanya polos sambil meneguk ludahnya sendiri kasar.

Hinata berbalik sambil tersenyum, lalu melanjutkan kegiatannya mendadar omlete. "Aku ini lulusan Esmode University Paris, Yugao-chan..."

Yugao menggaruk kepala ungunya hingga surai panjangnya yang sudah berantakkan, menjadi tambah berantakan. Seingatnya Hinata berada di kota mode itu, untuk belajar mendesain dan manajemen fashion buisness. Bukan untuk belajar memasak dan manajemen restoran.

"Kau disana belajar menjahit Hinata-sama..., bukan memasak."  Jawab Yugao sok tahu.

Hinata kembali menghembuskan nafasnya pelan. Mengatur sirkulasi udara yang terhirup dari hidung ke paru-parunya. Moodnya sedang baik hari ini, dan jangan sampai dirusak oleh Yugao.

"Yugao?" Hinata mendekatkan wajahnya pada Yugao, "kau tahu, aku disana hidup sendiri dan tak ada maid yang mengurusku, biaya hidup disana sangat amat mahal, jika aku berfoya-foya untuk membeli makanan, tak mungkin aku bisa membeli banyak barang-barang bermerek dari sana..., kau mengerti...?" Hinata menepuk-nepuk pelan pucuk kepala Yugao. Bagi Hinata Yugao sudah dianggap sebagai saudaranya sendiri.

...

Dengan gerakan cepat Hinata memasukan kotak bekal kedalam paper bag jinjingannya, ia akan mengantarkan makanan masakannya sendiri kepada Naruto. Setidaknya itu adalah usaha kecilnya untuk kembali merebut hati pria itu, juga beberapa buah persik yang sengaja ia bawakan untuk Kushina. Wanita paruh baya bersurai merah itu sangat menyukai buah persik.

"Hinata..."

Kepala indigonya tertoleh saat namanya dilafalkan, Hyuuga Hiashi, ayahnya tengah berdiri di pintu dapur memperhatikan puteri kesanyangannya. Sepagi ini Hinata telah siap dengan dress selutut bemotif floral kesayangannya dengan dipadukan stocking warna pastel yang lembut dan sangat serasi dengan pakaian yang ia kenakan.

Sweet DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang